Laporkan Masalah

ISLAMISASI SEKOLAH NEGERI: Upaya Dominasi Kelompok Islamis atas Ruang Publik (Studi Kasus SMU Rajawali Yogyakarta)

Nikmal Azekiyah, Dr. Aris Arif Mundayat

2013 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

Tesis ini membahas tentang islamisasi di SMU Rajawali -salah satu sekolah menengah umum favorit di Yogyakarta. Analisis difokuskan pada konteks sosial politik yang mendorong proses islamisasi di SMU Rajawali. Selain itu, studi ini juga berupaya menggambarkan bagaimana proses islamisasi tersebut di konstruksikan di ruang publik sekolah serta respon siswa terhadap proses tersebut. Studi ini menunjukkan bahwa proses islamisasi ini didukung oleh sedikitnya dua faktor. Pertama, faktor eksternal, yaitu adanya kebutuhan akan kader dakwah Islam yang berperan sebagai aparat ideologis untuk kelanjutan proses islamisasi di masyarakat. SMU Rajawali -sebagai aparat negara ideologis yang seharusnya melayani kepentingan negara- telah berhasil dikendalikan oleh kelompok Islam untuk melayani kepentingan kelompok komunitarian tersebut. Mereka bekerja dengan cara merekrut siswa melalui program Mentoring dan kemudian mengubah mereka menjadi kader-kader dakwah Islam yang nantinya akan bertindak sebagai agen islamisasi. Kedua, faktor internal, adanya kebutuhan dari birokrasi sekolah untuk menjaga citra SMU Rajawali sebagai sekolah model Pendidikan Agama Islam yang sampai batas tertentu telah mempengaruhi penerimaan birokrasi sekolah atas proses islamisasi di lingkungan sekolah. SMU Rajawali mengalami proses islamisasi dalam konteks menguatnya gerakan Islam untuk melakukan \"islamisasi dari bawah\". Proses islamisasi dibangun melalui gagasan \"Islam kaaffah\" dan didorong oleh skenario 'Rajawali Darussalam. Selain itu, proses ini didukung oleh lembaga alumni Muslim dan sekelompok guru yang tergabung dalam Forum Guru, yang sejak akhir 1980-an memang dibentuk untuk mendukung kegiatankegiatan Islam di sekolah. Dalam melakukan dakwah Islam, mereka menggunakan banyak media seperti program Masa Orientasi Siswa, lembaga alumni Muslim, Kerohanian Islam, kegiatan ekstrakurikuler dan forum guru. Melalui media-media tersebut mereka mendominasi ruang publik sekolah, yang pada gilirannya menyebabkan diskriminasi terhadap siswa non-Muslim maupun siswa Muslim yang memiliki pandangan yang berbeda dengan lembaga alumni Muslim tersebut. Mereka juga berhasil mendorong birokrasi sekolah untuk membuat \"Program Mentoring Islam\" sebagai kegiatan wajib bagi siswa Muslim. Meskipun terdapat upaya yang kuat untuk melakukan islamisasi di lingkungan sekolah, tetapi hal tersebut telah memunculkan resistensi dan negosiasi dari sekelompok siswa, guru dan alumni. Beberapa siswa yang disebut sebagai \"kelompok kiri\" menunjukkan perlawanan mereka dengan membentuk 'geng pemberontak', menulis di majalah sekolah, tidak aktif terlibat dalam kegiatan Mentoring, dan menolak untuk mengenakan jilbab di lingkungan sekolah. Sementara itu, sekelompok guru memilih untuk tidak melakukan perlawanan secara terbuka untuk menghindari konflik yang akan merugikan institusi sekolah. Proses islamisasi yang telah memunculkan resistensi dari beberapa kelompok siswa, guru dan alumni telah menggambarkan benturan antara kelompok-komunitarian Islam yang menekankan kepatuhan terhadap nilai-nilai Islam dan masyarakat Islam, dengan kelompok komunitarian non-Islam yang menempatkan sekolah pada fungsinya untuk memberikan pelayanan publik serta memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan keberagaman.

This thesis examines the islamization of public high school at the pre-university level. It analyses the condition contributes to the process of islamization in SMU Rajawali, as one of public high school in Yogyakarta. Furthermore, it seeks to illustrate the way of islamizing school environment and how the students respond toward that process. The study indicates that the process of islamization was supported by at least two factors. First, external factor, it was the need for Islamic missionary cadres that serves as an ideological apparatus for the continuing process of islamization. SMU Rajawali -as the ideological state apparatus that should serve the interests of the state- has been successfully controlled by the Islamist group for serving the interests of Islamic communitarian group. They work by way of recruiting individuals through Mentoring program and then transform them into Islamic missionary cadres who will act as agents of islamization. Second, internal factor, it was the school needs to keep its image as an Islamic Religious Education model that to some extent affects school bureaucracy acceptance to the process of islamization in the school milieu. SMU Rajawali encountered a process of islamization in the context of the strengthening of Islamist movement to conduct “islamization from below”. The process of islamization was built on the idea of “Islam kaaffah” and was driven by the scenario of 'Rajawali Darussalam'. Moreover, the process was supported by Muslim alumni association and a group of teachers, who were incorporated in the Teacher Forum and since the late 1980s was committed to support Islamic activism in the school. In doing their Islamic missionary activism (da’wah), they used many channels such as Student Orientation Program, Muslim alumni association, Islamic Studies Group (Kerohanian Islam), extracurricular activities and teachers. Through those channels they dominate school public space, which in turn lead to discrimination not only for non-Muslim students but also Muslim students who have different views with Muslim alumni association. They are also successful in encouraging school bureaucracy to make the “Islamic Mentoring Program” as a required activity for Muslim students. Despite forceful attempts of islamization in school milieu, but it has led to resistance and negotiation from a group of students, teachers and alumni. Some students who are called as the “Left group” showed their resistance by forming 'a rebel gang', wrote in the school magazine, did not actively engaged in Mentoring program, and refused to wear headscarves in school environment. Meanwhile, a group of teachers prefer not to take a fight openly to avoid a conflict that is perceived to be detrimental to the institution. The strong attempts for islamizing school, as well as the resistance efforts of some groups of students, teachers and alumni have illustrated a clash between Islamic communitarian group -that emphasizes adherence to Islamic values and Islamic communities, with non-Islamic communitarian group -that attempts to place the school on its function to provide public services and reinforce respect for human rights and diversity.

Kata Kunci : dominasi, kelompok Islamis, sekolah menengah umum


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.