DEGUNG KREASI: KREATIVITAS DALAM FENOMENA KARAWITAN SUNDA
Aloisia Yuliana Yanuartri Widyaningsih, Prof. Dr. Victor Ganap, M.Ed.
2013 | Tesis | S2 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni RupaKreativitas dalam degung merupakan wujud nyata dari berkembangnya konsep musik para seniman Sunda mengikuti era perkembangan jaman. Berbagai ide muncul dengan inovasinya masingmasing dalam menciptakan kreasi-kreasi baru degung. Hal tersebut menjadi fenomena dalam karawitan Sunda dengan memunculkan fase baru yang dinamakan degung kreasi. Kebaruannya ini belum dituangkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk mengungkap lebih dalam mengenai pemikiran-pemikiran baru dalam degung kreasi, serta bagaimana ide yang menjadi fenomena kreatif dalam berbagai model kreativitas degung itu tetap dilihat sebagai bagian dari karawitan Sunda. Degung kreasi untuk sementara masih menjadi fase akhir dalam degung. Nano yang muncul sebagai agen perubahan di dalamnya berhasil menjadi pintu gerbang semakin maraknya kreativitas yang terjadi. Beberapa model yang diangkat bentuk kreativitasnya, masingmasing mewakili perubahan yang muncul pada laras, tema, dan instrumen. Dedikasi memberi warna baru dengan degung diatonisnya. Ide kreatifnya memunculkan berbagai jenis lagu (daerah, pop, lokal, non lokal) dalam kemasan Sunda yang apik. Kemudian degung pupujian yang kental dengan nuansa religius. Konsepnya menciptakan suasana doa yang selaras dengan rasa, jiwa, dan budaya setempat, tidak hanya sekedar menjadi hiburan tetapi juga sebagai media kontemplasi. Model terakhir adalah gitar-degung yang muncul sebagai bentuk keprihatinan pada generasi muda Sunda yang semakin menjauh dari musik-musik tradisinya. Meskipun repertoarnya adalah degung klasik, namun penggunaan gitar konvensional Barat menjadi bagian dalam fenomena degung kreasi. Kata Kunci: Perubahan yang muncul semakin menjauhkannya dari akar keklasik- an degung, karena kreativitas-kreativitas yang agak kebablasan. Namun biar bagaimanapun model-model kreatif ini tetap memiliki modal awal yang sama yaitu tradisi Sunda, baik instrumen, laras, pola-pola garapan, penggarap, hingga penikmatnya, sehingga masyarakat merasa cocok dan tetap menerima serta melihatnya sebagai bentuk perkembangan degung.
Creativity in the degung is a concrete manifestation of the development of the concept of Sundanese music artists along with the changing times. Many ideas come up with its each innovative ideas in creating new creations degung. It is a musical phenomenon in Sundanese karawitan, which gave rise to a new phase called degung kreasi. The novelty has not been set forth in writing. Therefore, this paper aims to reveal more about the new ideas in the degung kreasi, as well as how creative ideas that became a phenomenon in various models of creativity degung is still seen as a part of Sundanese karawitan. Degung kreasi for a while still to be the final phase of the degung. Nano, which appears as a change agent in it, has become the gate for the increasing creativity. Some models of his creativity, each representing a change that appears on the scale, themes, and instruments. Dedikasi gave a new color to his diatonic degung. His creative ideas led to various types of songs (daerah, pop, local, non local) in a slick package with Sundanese style. Then degung pupujian with its religious nuances. The concept is to create an atmosphere of prayer in harmony with the rasa, spirit, and the local culture, not just as an entertainment, but also as a medium of contemplation. The last model is a gitar-degung is emerging as a form of concern to the younger generation is getting away from the Sundanese music tradition. Though degung repertoire is classical, but the use of conventional Western guitar become a part of the phenomenon of degung kreasi. Changes which appear increasingly away from the classic roots of degung, because of creativiti es that a bit too far. However, after all, these creative models still have the same initial capital that is the tradition of Sunda, both instruments, tunings, patterns of cultivation, farmers, up to the audience, so that people feel comfortable and still receive and view it as a form of development of the degung.
Kata Kunci : kreativitas, fenomena, konsep, cocok