PERSPEKTIF SPASIO TEMPORAL USAHA KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Mukhtar, Ir.,MS., Prof. Dr. H. Suratman Worosuprojo, M.Sc,

2013 | Disertasi | S3 Geografi

Komoditi Pertanian Unggulan (KPU), memiliki keterkaitan erat dengan aspek keruangan dan kewaktuan. Perkembangan luas lahan usaha KPU di Buton Utara, cenderung meningkat. Produktivitas dan jumlah penerimaan serta keuntungan usaha tersebut cenderung fluktuatif karena terkait dengan kondisi agroekologi dan tataniaga produksi. Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengevaluasi kondisi agroekologi lahan, (2) mengevaluasi kondisi tataniaga, (3) menganalisis kinerja, dan (4) menemukan model usaha KPU produktif di tingkat petani. Lokasi penelitian di Buton Utara, meggunakan metode survei dengan satuan analisis rumahtangga tani yang ditentukan berdasarkan strata secara proporsional. Analisis data secara deskriptif kualitatif Kondisi agroekologi lahan daratan untuk usahatani kelapa, jambu mete dan kakao, berada pada kategori zona budidaya, dengan lama bulan kering ± 3 bulan dan rejim suhu panas. Tipologi perairan teluk sebagai lahan budidaya rumput laut, tergolong perairan semi tertutup. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensil di setiap zona agroekologi tergolong sesuai (S2) sampai sangat sesuai (S1). Keempat jenis usaha KPU, cocok dikembangkan di Buton Utara. Eksistensi faktor-faktor pendukung tataniaga produksi KPU (transportasi, lembaga keuangan dan lembaga pemasaran) di Buton Utara, tergolong terbatas dan sangat terbatas. Harga pasar setiap jenis produksi KPU di tingkat lokal, jauh lebih kecil disbanding harga pasar di tingkat regional. Sementara itu, biaya pemasaran produksi KPU tergolong tinggi. Secara umum, aplikasi pemasaran produksi KPU cenderung tidak optimal. Perkembangan kinerja setiap jenis usaha KPU di tingkat petani, cenderung beragam. Usahatani kakao dan rumput laut memiliki kinerja yang tinggi dan terus meningkat dari waktu ke waktu. Kinerja usahatani kelapa, cenderung stagnan karena terkait dengan biaya produksi yang cenderung meningkat, seiring dengan pertambahan umur tanaman. Kinerja usahatani jambu mete, cenderung rendah karena terkait dengan produktivitas yang rendah. Model pengembangan usaha KPU produktif di tingkat petani, berbasis pada kondisi agroekologi lahan yang cocok dan kondisi tataniaga yang memadai, untuk menunjang kinerja yang optimal. Peran (intervensi) pemerintah sangat dibutuhkan dalam mewujudkan usaha KPU produktif. Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan pemerintah adalah (1) upayaupaya yang terkait dengan perbaikan kualitas lahan, pengadaan sarana produksi di tingkat usahatani, diversifikasi komoditi dan pemeliharaan tanaman yang lebih intensif, (2) pembangunan dan perbaikan jaringan jalan, dermaga pelabuhan, terminal, perbankan dan lembaga lainnya (pengembangan lembaga koperasi dan perusahaan swasta yang mampu menjadi pengolah dan eksportir), (3) pemberdayaan petani tentang pengolahan produksi skala industri rumah tangga, dan (4) perlu kajian lanjutan tentang peta kelas kesesuaian lahan yang lebih detail, kelayakan teknis dan sosial ekonomi terhadap pembangunan industri pengolahan produksi KPU di tingkat lokal.

Leading Agriculture Commodity (LAC) owns close relationship with spatial and temporal aspects. The expansion of land for LAC farm in North Buton is increasing. Productivity and the amount of income as well as the benefit of the farm tend to fluctuate due to agro‐ecological conditions and trade system of production. The research aims at (1) evaluating agro‐ecological conditions of land, (2) evaluating trade system condition, (3) analyzing the performance, and (4) identifying productive LAC farm model at the level of farmers. The research was conducted in North Buton by applying survey method with analysis unit of farm household determined by stratified proportional sampling. The data were analyzed qualitative descriptively. Agro‐ecological condition of land for coconut, cashew, and cacao farms fall into category of cultivation zone, with a ± 3‐month long dry season and hot temperature regime. The typology of bay waters as seaweed cultivation zone is considered as semi‐ enclosed waters. The actual and potential land suitability classes in each agro‐ecological zone are suitable (S2) to ‘very suitable’ (S1). All the four types of LAC farm are suitable to be developed in North Buton. The existence of supporting factors in the trade system of LAC production (transportation, financial institutions and marketing agencies) in North Buton falls into category of ‘limited’ and ‘very limited’. The market price of each type of LAC production locally is far less than the market price at the regional level. Meanwhile, the marketing cost for LAC production is high. In general, the marketing application for LAC production is not optimal. The development of each type LAC farm’s performance at the farmer level tends to vary. Cocoa and seaweed farms have high performance and are increasing from time to time. Coconut farm tends to show stagnant performance as it relates to production cost which is increasing along with the aging of plant. Cashew farm’s performance is low because it is associated with low productivity. The development model of productive LAC farm at the farmer level is based on the suitable agro‐ecological conditions of land and adequate conditions of trading system to support optimal performance. Government’s role (intervention) is needed in realizing productive LAC farm. Some aspects related to government’s policy are (1) the efforts related to the improvement of the land quality, provision of means of production at the farm level, more intensive commodity diversification and maintenance of crop, (2) the construction and restoration of roads, dock port, terminal , banks and other institutions (the development of cooperatives and private companies which are able to be processors and exporters), (3) empowerment of farmers in processing domestic industrial‐scale production, and (4) the need for further study on a more detailed map of land suitability class, technical and socio‐economic feasibility on the development of the processing industry for the LAC production at the local level.

Kata Kunci : agroekologi lahan, tataniaga produksi, kinerja KPU.