Laporkan Masalah

BUTULAN – JEPITAN DI KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA

Nadrah, Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D.

2013 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Kampung Kauman Yogyakarta terletak di sebelah Barat Masjid Agung Yogyakarta. Pemukiman lama yang terbentuk bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung diperuntukkan bagi para qaum atau abdi dalem keagamaan Kesultanan Yogyakarta. Kampung Kauman dan elemen ruangnya sebagai wujud budaya Jawa dan Islam memiliki bentuk dan konfigurasi khas dengan adanya butulan dan jepitan sebagai penghubung rumah ke rumah. Di masa sekarang, butulan dan jepitan telah jarang ditemui seiring perkembangan keruangan dan sosial budaya masyarakat Kauman. Penelitian ini menggunakan metode grounded theory. Analisis data menggunakan prosedur yang disebut dengan koding atau konseptualisasi data untuk mengungkapkan tatanan fisik, makna dan fungsi butulan – jepitan di Kampung Kauman. Butulan dari kata mbutul (tembus), yaitu pintu yang menghubungkan rumah ke rumah. Terdapat dua tipe hubungan pada butulan; (1) Butulan Langsung, yaitu bukaan langsung ke bangunan tetangga, (2) Butulan Tidak Langsung, yaitu melalui perantaraan jepitan. Jepitan dari kata njepit adalah area yang terjepit di antara dua rumah dan terbentuk dari pemunduran ke samping dua bangunan. Pola akses dan karakteristik bentuk jepitan ada empat; (1) Jepitan Berpintu Buntu, (2) Jepitan Tertutup Buntu, (3) Jepitan Terbuka Buntu, dan (4) Jepitan Terbuka Menerus. Butulan-Jepitan sebagai elemen ruang yang memiliki fungsi dan makna khas Kampung Kauman Yogyakarta, secara konseptual merupakan merupakan ruang liminal. Ruang ini menggambarkan keperantaraan sebagai batas ambigu fisik dan non-fisik. Di masa lalu elemen ruang ini merupakan transisi sekaligus ambang yang menghubungkan “milikku” dan “milikmu” yang dimaknai sebagai ruang pertalian. Di masa kini merupakan area yang membatasi “milikku” dan “milikmu” atau dimaknai telah terjadi komodifikasi ruang. Pada tataran ini, terjadi perubahan makna dari aset sosial menjadi aset pribadi yang telah mengubah konsep “milikku dan milikmu” (both-and) menjadi “milikku atau milikmu” (either or). Pada akhirnya hal tersebut merupakan bagian dari proses menghilangnya ruang “kita” dalam konsepsi keruangan masyarakat Kauman Yogyakarta.

Kauman Village, Jogjakarta, is located in the west of Jogjakarta‟s Agung Mosque. The old settlement, formed at the same time Agung Mosque was build, was intended for the qaums or high ranking religion court servants of Jogjakarta Sultanate. Kauman Village and its spatial element is an embodiment of Javanese and Islamic Culture as it has a specific shape and configuration with the presence of butulan and jepitan which connect house to house. Nowadays, butulan and jepitan are rarely seen along with the development of spatial and socio-culture of the community. This research used grounded theory method, which is a qualitative research method which develops theories inductively from a series of empirical field data. Data analysis used a procedure called data coding and conceptualization to reveal the physical arrangement, purpose, and function of butulan – jepitan in Kauman Village. Butulan from the word mbutul means „through‟ is a passage door, which is a door that connects from house to house. There are two ways of connection in butulan: (1) Direct Butulan, through a direct opening to neighboring building; and (2) Indirect Butulan, through jepitan. Jepitan from the word njepit is an area squeezed between two houses and formed from the side-back up of two buildings. There are four access patterns and characteristic forms of jepitan: (1) Dead-end Door Jepitan; (2) Closed Dead-end Jepitan; (3) Open Dead-end Jepitan; and (4) Constantly Open Jepitan. Butulan – jepitan as spatial element has a specific function and purpose for Kauman Village, conceptually as a liminal space. The space depicts its intermediary as an ambiguous border between physical and non-physical. In the past it‟s a transition as well as a threshold which connects what is mine and what is yours, or relationship space. Nowadays it‟s an area which borders mine and yours, or commodification space. Social purpose becomes asset, and public becomes private, had changed the conception of “mine and yours” to “mine” or “yours or “both-and” become “either or”, is the disappearing process of “us” space in spatial conception of Kauman Community.

Kata Kunci : Kampung Kauman Yogyakarta, Butulan, Jepitan, Ruang, Pertalian, Komodifikasi, Liminal


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.