KONSEP KEBAHAGIAAN MENURUT PANDANGAN ORANG TENGGER DALAM TINJAUAN ETIKA ARISTOTELES
MOHAMMAD BAHRUL ULUM, Dr. M. Mukhtasar Syamsuddin
2013 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatPenelitian yang berjudul Konsep Kebahagiaan Menurut Pandangan Orang Tengger dalam Tinjauan Etika Aristoteles ini dilatarbelakangi hipotesis bahwa kearifan-kearifan moral yang mengakar dalam kehidupan orang Tengger dapat menjadi cara pandang alternatif di tengah krisis multidimensional saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan konstruksi teoritis tentang konsep kebahagiaan dalam pandangan orang Tengger serta bagaimana jalan untuk meraihnya, yang ditinjau menggunakan teori etika Aristoteles (eudaimonisme). Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research). Etika Aristoteles adalah objek formal penelitian, sementara objek materialnya ialah pandangan orang Tengger tentang hakikat kebahagiaan. Metode yang digunakan adalah induksi, interpretasi, dan komparasi. Metode tersebut digunakan untuk menganalisis makna kebahagiaan dalam pandangan orang Tengger yang kemudian ditinjau dari perspektif etika kebahagiaan Aristoteles. Hasil penelitian ini adalah, pertama, kebahagiaan dalam pandangan orang Tengger berarti tercapainya keadaan ekuilibrium dalam relitas yang total, sehingga kebahagiaan dapat disebut sebagai tujuan puncak dari seluruh realitas alam ini. Kedua, Aristoteles memandang kebahagiaan sebagai suatu “kepenuhan†yang nilainya tak dapat dibatasi (without qualification). Pencapaiannya dilakukan dengan merealisasikan potensi khas manusia (rasionalitas) secara penuh dan disertai dengan keutamaan-keutamaan (areté). Ketiga, konsep kebahagiaan orang Tengger memiliki kesamaan struktural dengan konsep kebahagiaan dalam etika Aristoteles. Orang Tengger, sebagaimana Aristoteles, memandang bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan instrumental, melainkan tujuan puncak dari seluruh tindakan manusia. Di samping kesamaan struktural itu, terdapat perbedaan dalam hal memandang hubungan antara manusia dengan alam. Aristoteles memandang manusia dari sisi perbedaannya dengan makhluk lain (soal rasionalitas), tapi orang Tengger memandang manusia dan makhluk-makhluk lain dari sisi kesamaannya dan menemukan keselarasan sebagai prinsip dari kesatuan semesta itu. Orang Tengger memandang adanya relasi “tritunggal†dalam kehidupan, yakni dalam konteks sosial, natural dan spiritual. Atas dasar pola relasi inilah maka hidup yang utama adalah hidup menjaga keselarasan. Pandangan tentang prinsip keselarasan ini lantas menghasilkan keutamaan-keutamaan etis yang sejalan dengan prinsip itu (hormat, rukun dan sederhana). Keutamaankeutamaan tersebut menjadi sumber bagi segala kebaikan dalam hidup.
This study, entitled The Concept of Happiness According to Tengger People’s View in Aristotle's Ethics Review, was based on hypothesis that moral wisdoms, which rooted in the lives of Tengger people, could be an alternative perspective among the current multidimensional crisis situation. This study aims to build a theoretical construction of the concept of happiness in the view of the Tengger people and how the path to seize it, which analyzed using Aristotle's ethical theory (eudaimonisme). This library research uses Aristotelian ethics theory as formal object, while material objects are the Tengger people’s views of happiness. This study is using induction, interpretation and comparison method. The methods are used to analyze the meaning of happiness in the view of the Tengger people which, then, reviewed from the perspective of Aristotelian ethics. The result of this study was, first, the happiness in the view of Tengger people means reaching equilibrium conditions in the reality totally, so happiness can be noticed as the ultimate purpose of the whole reality in universe, include human being. Second, Aristotle views that happiness is a \"completeness\", that the value can not be constrained (without qualification). The outcome has done by realize the characteristic potention of the human being (rationality) in accompanied by virtues (arete). Third, the Tengger people’s concept of happiness have a structural similarity with the concept of happiness in Aristotle's ethics. Tengger people, as Aristotle, considers that happiness is not the instrumental purpose, but the highest purpose of the whole of human action. In other hand, beside this structural similarity, there are differences in terms of looking at the relationship between human being and universe. While Aristotle differentiated the human beings with the other creatures in the universe based on their unique characteristic (about rationality), Tengger people looked that the human being and other creatures in the universe are equal, and they (Tengger people) looked that harmony is the basic principle of the unity of universe. Tengger people looked the \"three-in-one\" relationships in life, which happened in the social, natural and spiritual context. Based on this pattern of relationships, so the virtuous life noticed as the life in keeping harmony. Tengger people’s view of harmony resulting some ethical virtues (respect, harmonious and temperance). These virtues is the source of all goodness in life.
Kata Kunci : Kebahagiaan, Keutamaan, Keselarasan, Etika Aristoteles, Etika Orang Tengger