Laporkan Masalah

AKSIOLOGI SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU DALAM LAKON “ALAP-ALAP SUKESI” OLEH KI NARTOSABDHO: RELEVANSINYA TERHADAP PERKEMBANGAN MORALITAS BANGSA INDONESIA

NGUTSMAN MUKROMIN, Dr. Sri Soeprapto, M.S.

2013 | Tesis | S2 Ilmu Filsafat

Penelitian ini menganalisis Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu dalam lakon 'Alap-alap Sukesi' yang dibawakan oleh Ki Nartosabdho: relevansinya terhadap perkembangan moralitas bangsa Indonesia sebagai objek material, dengan objek formal aksiologi Scheler. Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu merupakan bagian dari pandangan hidup Jawa yang dilakonkan dalam pertunjukan wayang purwa, yakni lakon 'Alap-alap Sukesi'. Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ialah ajaran raja (ratuning basuki) untuk kesejahteraan semesta (rahayu nigrat) dengan cara melebur angkara murka (pangruwating diyu). Masyarakat Jawa meyakini bahwa dengan melebur nafsu angkara maka manusia akan menjadi makhluk sempurna, derajatnya sama dengan para dewa. Penelitian Sastrajendra bertujuan untuk memahami, antara lain: (1) Apa yang dimaksud dengan Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu dalam lakon 'Alap-alap Sukesi' Nartosabdho?; (2) Apa nilai-nilai yang terkandung dalam Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu?; dan (3) Bagaimana relevansi Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu terhadap perkembangan morlitas Bangsa Indonesia? Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif, proses pengumpulan data diperoleh melalui dokumentasi serta studi pustaka. Data dianalisis menggunakan proses deskripsi, hermenutika dan heuristika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, baik sebagai ajaran kebatinan maupun sebagai pagelaran wayang, memiliki kandungan nilai-nilai yang berhirarkhi, yakni: (1) Sastra sinengker mengandung nilai kekudusan; (2) Sastra cetha mengandung nilai spiritual; (3) Lakon 'Alap-alap Sukesi' mengandung nilai vital / nilai kehidupan; dan (4) Pertunjukan wayang mengandung nilai kesenangan. Pagelaran wayang merupakan pengejawantahan ajaran hidup Jawa, sehingga etika dan estetika merupakan satu-kesatuan, keduanya saling melengkapi. Kajian moral menunjukan bahwa Sastrajendra sebagai pengenalan terhadap Tuhan, Hayuningrat sebagai harmonisasi antara manusia dan semesta, Pangruwating diyu sebagai perbaikan diri, dan Sastra sinengker merupakan godaan bagi manusia dalam menuju Tuhan. Relevansi Sastrajendra terhadap perkembangan moralitas bangsa Indonesia bahwa Sastrajendra sebagai ajaran hidup yang dipentaskan dalam pertunjukan wayang, sehingga pemahaman terhadap Sastrajendra dapat menjadi sumber pemikiran bagi perkembangan moralitas bangsa Indonesia.

The research analized Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu in 'Alap-alap Sukesi' story by Ki Nartosabdho. The relevance of this research is evident because it has as material object the moral development of the Indonesian nation as Scheler’s axiology is its formal object. The Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu is part of the Javanesse philosophy of live as shown in the wayang purwa performance with the title 'Alap-alap Sukesi' story. Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu' s basic concept is the power (ratuning basuki) that functions for the welfare of the universe (rahayu ningrat) in eliminating brutal desire of human beings (pangruwating diyu). Javanese people believe that by eliminating the brutal desire man would become a perfect being, liked Gods. The research of Sastrajendra is structured as follows: (1) the description of Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu in 'Alap-alap Sukesi' story Nartosabdho (2) the analysis of the values embodied in Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu (3) the relevance Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu to the moral development of Indonesian nation. The research is based upon the qualitative methode which implies the process of collecting data and documentation by library research. The collected data are analized accorrding to the following methods: description, hermeneutics and heuristics. The research results show that Sastrajendra Hayuningrat Pangruwating Diyu –the story as well as the wayang performance– contain a hierarchy in values , from (1) holy values in Sastra sinengker (2) spiritual values in Sastra cetha (3) life values in 'Alap-alap Sukesi' story (4) pleasure values in wayang performance. The Wayang performance is the theatrical manifestation of the Javanese philosophical life, where ethical and aesthetic life come together in a unified form, which complement each other. The moral concept in Sastrajendra serves as introduction to God, the teaching of Hayuningrat aims to harmonise men and the universe, Pangruwating diyu is focused upon self improvement, and the Sastra sinengker is the secret teaching how to realise God. In the wayang performance the concept of life as taught in the Sastrajendra is manifested on a theatrical way. This way of presentation is beneficial for the moral development of the Indonesian nation as by this popularisation the life concept of Sastrajenda is more easily understood.

Kata Kunci : lakon 'Alap-alap Sukesi', Sastrajendra, nilai, moralitas bangsa.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.