REKONSTRUKSI AKSES DAN KONTROL LAHAN TERHADAP ASET PENGHIDUPAN MASYARAKAT PASCA BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI 2010 DI KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PETRASA WACANA, Prof. Dr. H. Sutikno

2013 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan

Lingkungan Gunungapi Merapi adalah kesatuan ruang yang di dalamnya terdapat komponen-komponen makluk hidup yaitu tumbuhan, hewan dan manusia sebagai komponen utamanya yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya, dan berpusat pada Gunungapi Merapi. Bencana erupsi Gunungapi Merapi 2010 yang terjadi telah mengakibatkan dampak yang besar antara lain hilangnya aset penghidupan masyarakat antara lain permukiman, peternakan, hutan, lahan perkebunan, lahan pertanian serta adanya korban jiwa manusia. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara lahan dan aset penghidupan yang terkena dampak bencana, dari permasalahan di atas dapat dirumuskan tiga pertanyaan penelitian, antara lain (1) bagaimana karateristik endapan awan panas berdasarkan sifat dan distribusi endapan, (2) bagaimana akses dan kontrol lahan masyarakat terhadap aset penghidupan sebelum dan sesudah bencana erupsi Gunungapi Merapi 2010, dan (3) bagaimana rekonstruksi kerusakan dan kerugian aset penghidupan akibat bencana erupsi Gunungapi Merapi 2010. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cangkringan Kabupten Sleman, D.I. Yogyakarta, bertujuan untuk (1) mengkaji karateristik ancaman awan panas berdasarkan sifat, sebaran dan distribusi endapan piroklastik; (2) mengkaji akses dan kontrol lahan terhadap aset penghidupan masyarakat; dan (3) merekonstruksi akses dan kontrol lahan terhadap aset penghidupan masyarakat. Penelitian ini merupakan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif yang bersifat partisipatif. Metodologi pengambilan data melalui survey dan observasi dilapangan dengan pengambilan sampel secara purposive sampling di 84 lokasi pengamatan yang terkena dampak langsung erupsi Gunungapi Merapi 2010 serta wawancara mendalam (in-dept interview), pemilihan sampel secara purposive sampling dengan populasi sampel 53 keluarga yang terkena dampak langsung bencana erupsi Gunungapi Merapi. Analisis data dilakukan secara kualitatif deskriptif berdasarkan pengumpulan data-data kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan sifat dan distribusi endapan piroklastik, ancaman awan panas Gunungapi Merapi dibagi menjadi 3 yaitu : (1) awan panas piroklastik aliran, (2) awan panas piroklastik jatuhan, dan (3) awan panas piroklastik hembusan. Karateristik awan panas erupsi Gunungapi Merapi dipengaruhi oleh jumlah produk material asal Gunungapi Merapi, kecepatan luncur, kemiringan lereng sungai, morfologi sungai dan besarnya tekanan atau tenaga dorong luncuran material pada saat menuruni lereng. Akses dan kontrol lahan terhadap aset penghidupan masyarakat adalah akses masyarakat terhadap hak atas kepemilikan lahan dan hak atas pengelolaan lahan sehingga, lahan menjadi sumber-sumber penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup, kebutuhan ekonomi, kebutuhan sosial, kebutuhan tempat berlindung dan kebutuhan untuk beradaptasi dalam menghadapi ancaman bencana erupsi Gunungapi Merapi terutama di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi. Berdasarkan hasil rekonstruksi Kecamatan Cangkringan dampak bencana dipengaruhi oleh keberadaan aset penghidupan masyarakat pada lahanlahan yang masuk ke dalam Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Merapi, dari hasil rekonstruksi yang dilakukan peneliti dibagi dua zona penghidupan utama yaitu (1) zona penghidupan peternakan meliputi zona Kecamatan Cangkringan bagian tengah dan bagian utara, dan (2) zona penghidupan pertanian meliputi zona Kecamatan Cangkringan bagian selatan.

Merapi Volcano environment is the unity of the space where the components of living creature such as plants, animal and humans, as its main component, interact each other, and Merapi Volcano is the center of it. Merapi Volcano eruption in 2010 caused a great impact in the form of livelihood assets loss such as residential communities, farms, forests, plantations, agricultural land and the presence of human casualties. To see the relationship between the disaster effects of land and livelihood asset of the above problems, the researcher formulated three research questions: (1) how are the characteristics of pyroclastic deposit based on the nature and distribution of sediment, (2) how are the access and control of public lands to livelihood assets before and after the Merapi Volcano eruption in 2010, and (3) how is the reconstruction of the damage and loss of livelihood assets due to Merapi Volcano eruption in 2010. This study conducted in the Cangkringan Sub-district, Sleman Regency in Yogyakarta, aim to (1) assess the characteristics of the hot cloud based on the nature and distribution of pyroclastic deposits, (2) assess of the access and control of public land to livelihood assets, and (3) reconstruct the access and control of land to livelihood assets. This research combined participatory quantitative and qualitative methods. Data collection methodology was conducted through survey and field observations by purposive sampling in 84 observation location of the objects that were directly affected by the Merapi Volcano eruption in 2010of and in-depth interviews sample selection with purposive sampling with a sample population of 53 families who were directly affected by Merapi Volcano eruption in 2010. Data analysis was conducted in qualitative descriptive data gathering based on qualitative and quantitative data. Based on the nature and distribution of pyroclastic deposits, Merapi Volcano hazards of hot clouds are divided into 3 kinds: (1) hot cloud of pyroclastic flows, (2) hot cloud pyroclastic air fall, and (3) hot cloud pyroclastic surge. The access and control of land to livelihood assets is the public access of the right to land ownership and the right to land management, so that the land becomes the important source for the community to fulfill the needs of life, economic, social, shelter and adaptation to overcome the hazards of Merapi Volcano eruption, especially at Merapi Volcano disaster prone areas. According to the results of the reconstruction in Cangkringan Sub-district, the disaster impact was affected by the existence of livelihood assets in the Merapi Volcano disaster prone areas. The researcher divided the two main livelihood zones of the conducted reconstruction (1) farms livelihood zone covers the central and northern zones of Cangkringan Sub-district and, (2) agriculture livelihood zone covers the southern zone of Cangkringan Sub-district.

Kata Kunci : awan panas, piroklastik, aset penghidupan, ancaman, rekonstruksi, Kawasan Rawan Bencana, zona penghidupan