Laporkan Masalah

PERILAKU MINUM CUKA (MINUMAN BERALKOHOL TRADISIONAL) PADA REMAJA DI KECAMATAN PADANG BOLAK KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

Mawaddah Tsaniyah, Dra. IM, Sunarsih, SU, Apt

2012 | Tesis | S2 Kesehatan Masyarakat/PPK

Latar belakang: Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2007, prevalensi peminum alkohol di Sumatera Utara sebesar 6,1% , di atas prevalensi nasional yaitu sebesar 4,6 %. Sebagian besar peminum mulai minum alkohol pada masa remaja. Alkohol tidak hanya diproduksi oleh pabrik tetapi juga dapat dibuat secara tradisional dari fermentasi buah-buahan, biji-bijian, dan bunga pohon kelapa. Walaupun dibuat secara tradisional, minuman ini juga memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan. Tujuan: Mengetahui perilaku minum cuka (minuman beralkohol tradisional) pada remaja di Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Metode Penelitian: Penelitian kualitatif dengan rancangan eksplorasi dan pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian adalah remaja yang minum cuka, orangtua yang minum cuka, tokoh adat, tokoh agama, petugas kesehatan, dan penjual cuka yang berjumlah 21 orang yang diperoleh dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan diskusi kelompok terarah (DKT) dan wawancara mendalam. Teknik untuk mendapatkan derajat kepercayaan dilakukan dengan triangulasi sumber dan metode. Analisis data dilakukan dengan content analysis. Hasil : Remaja biasanya minum cuka 3-4 kali seminggu, dilakukan bersama teman-teman pada malam hari di gubuk-gubuk kosong Menurut remaja, cuka adalah minuman tradisi Paluta, rasanya enak dan efek yang ditimbulkan tidak sebesar minuman botolan karena proses pembuatannya tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Remaja minum cuka karena ikut-ikutan teman, untuk menghilangkan stres dan untuk bersenang-senang. Cuka erat kaitannya dengan tradisi margondang dan acara keramaian dan bisa didapat dengan mudah. Kesimpulan: Perilaku remaja minum cuka di Kecamatan Padang Bolak cukup mengkhawatirkan. Perilaku remaja dipengaruhi oleh persepsi mereka tentang cuka. Belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang peredaran cuka, sehingga perlu untuk dibuat oleh pemerintah daerah setempat.

Background: Based on National Basic Health Research in 2007, the prevalence of alcohol consumption in North Sumatera is 6.1%, above the national prevalence at 4.6%. Most of the drinkers began drinking alcohol in adolescence. Alcohol is not only produced by factories but also produced traditionally from fruits, grains, or palm trees. Though produced traditionally this type of alcoholic drink brings bad impact to health. Objective: To identify the behavior of drinking cuka (traditional alcoholic drink) in teenagers at Subdistrict of Padang Bolak, District of Padang Lawas Utara. Method: The study was qualitative with explorative approach and phenomenological design. Subjects were teenagers and parents that drank cuka, ethnic leaders, religious leaders, health staff and cuka sellers as many as 21 people taken through purposive sampling. Data were obtained from focus group discussion and indepth interview. Triangulation of sources and method was taken to assess significance. Data analysis used content analysis. Results: Teenagers usually drank cuka 3-4 times a week; they did it with friends during the night at an empty hut. According to teenagers, cuka was traditional drink of Padang Lawas Utara and its effect was not as serious as bottled alcoholic drink because it was not processed using chemicals. They drank cuka just because of their friends, to relieve stres and get fun. Cuka was closely associated with margondang tradition and celebration which was easily accessible. Conclusion: The behavior of teenagers who drink cuka at District of Padang Bolak is quite worrying. The behavior of teenagers who drink cuka is influenced by their perception of cuka. There was no regulation that controlled the distribution of cuka, thus it was necessary for the local government to make one.

Kata Kunci : perilaku, remaja, minum cuka


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.