PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN LOKASI ALTERNATIF IBU KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT
ER PRABAWAYUDHA, Prof. Dr. Hartono, DEA., DESS.,
2012 | Tesis | S2 Penginderaan JauhPenginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu metode dan teknik yang lazim digunakan dalam analisis spasial, termasuk kajian potensi dan permasalahan wilayah dalam penentuan alternatif lokasi ibu kota provinsi. Ancaman tsunami serta gempabumi di Kota Padang pada tahun 2009 yang memakan banyak korban memunculkan wacana di kalangan pemerintah maupun masyarakat untuk merelokasi ibu kota Provinsi Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui peranan PJ dan SIG dalam kajian penentuan lokasi alternatif ibu kota Provinsi Sumatera Barat; (2) mengetahui sebaran potensi dan keterbatasan lahan serta sosial ekonomi dalam perspektif keruangan masing-masing wilayah di Sumatera Barat dan (3) menentukan lokasi alternatif ibu kota Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan adalah Citra Landsat Citra Landsat tahun 2006, Citra EO1- ALI Sumatera Barat perekaman tahun 2005-2011, Citra SRTM, Peta Rupa Bumi Indonesia Bakosurtanal Skala 1:250.000, Peta Hidrogeologi, Peta Geologi dan Sumatera Barat Dalam Angka Tahun 2010. Pemilihan candidate site lokasi alternatif ibu kota Provinsi Sumatera Barat menggunakan pendekatan penapis (filtering) terhadap wilayah yang secara langsung rawan bencana tsunami, gempabumi dan letusan gunungapi. Hasil penapisan kemudian dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan variabel potensi lahan, sosial ekonomi dan potensi keruangan menggunakan teknik PJ dan SIG. Metode Analitical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk analisis paramater yang berpengaruh langsung terhadap kesesuaian suatu wilayah untuk dijadikan ibu kota provinsi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa citra PJ dan SIG sangat membantu dalam kajian potensi fisik lahan dengan tingkat ketelitian 80,85% untuk kemiringan lereng, 65,96% untuk litologi dan 63,83% untuk parameter hidrologi air tanah. Menurut Campbell (2002), tingkat ketelitian pada tataran tersebut layak digunakan untuk analisis lebih lanjut. Lokasi alternatif ibu kota Provinsi Sumatera Barat yang mempunyai potensi lahan dan sosial ekonomi serta aspek keruangan yang paling tinggi adalah Kecamatan Padang Timur, Nanggalo, Kuranji dan Pauh. Disusul kemudian oleh dua kecamatan di Kota Payakumbuh yakni Kecamatan Payakumbuh Barat dan Payakumbuh Utara.
Remote Sensing (RS) and Geographic Information System (GIS) are a method and technique widely used in spatial analysis. This technique is also usefull to study region potency and limitation to determinate locations alternative of provincial capital. Threats of tsunami and Padang earthquake in 2009 caused high number of causalties eliciting discourse among government and community to relocate provincial capital of Sumatera Barat. This research aims at (1) understanding the usage of RS and GIS in studying alternative locations of provincial capital in Sumatera Barat; (2) determining distribution of land potency and limitation, socioeconomic in spatial perspective of each region in Sumatera Barat and (3) selecting alternative location of provincial capital in Sumatera Barat. Remote Sensing was used in this research, namely Landsat TM Image, EO1-ALI, SRTM Image, Bakosurtanal RBI Map scale 1:250,000, Hydrogeologic Map, Geologic Map and statistic data of Sumatera Barat Province. Classification of the disaster prone areas have been carried out through filtering approach (i.e tsunami, earthquake and volcano vulnerabilities). The filtering result was than used as the main data input for further analysis, i.e. land potency, socio-economic and regional variables based on RS and GIS analysis. Analytical hierarchy process (AHP) was applied to determine the significance of direct parameters to provincial capital selection. Result of this research shows that RS imagery and GIS are powerfull in study physical land potency with accuracy level 80.85% for slope, 65.96% for lithology and 63.83% for groundwater hydrologic parameters. According to Campbell (2002), accuracy level in this strata is high enough to be used for further analysis. Highest level of land, socio-economic and spatial potency selected are Padang Timur, Nanggalo, Kuranji and Pauh sub-districts. Followed by two in Kota Payakumbuh, namely Payakumbuh Barat and Payakumbuh Utara sub-districts.
Kata Kunci : penginderaan jauh, sistem informasi geografis, ibu kota, sumatera barat