Analisis Strategi Pemilihan Negara-Negara Tujuan Ekspansi Hulu Migas Studi Kasus pada PT Pertamina (Persero)

Saptianta Aribawa Sabaris, Amin Wibowo, M.B.A., Ph.D.

2013 | Tesis | S2 Magister Manajemen

Kondisi produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sementara tingkat konsumsi terus mengalami kenaikan. Kementerian ESDM mencatat tahun 2012 setiap hari Indonesia direncanakan melakukan import minyak dan produk minyak sampai sebesar 802 ribu barel per hari. Sedangkan kondisi pemenuhan kebutuhan gas Indonesia akan segera defisit satu dua tahun kedepan jika alternatif produksi atau strategi import tidak segera dilakukan. Sehingga secara keseluruhan Indonesia mengalami kondisi defisit migas. Jalan keluar di sektor hulu untuk memenuhi kebutuhan migas adalah dengan aktif mencari sumber daya migas baru di Indonesia dan lebih jauh dengan melakukan ekspansi ke luar negeri. Upaya sudah dilakukan sejak tahun tahun 1990- an dan sampai saat ini ada 8 aset di tujuh negara menjadi milik Pertamina. Sayangnya hampir semua masih merupakan aset ekplorasi dan belum mampu menyumbang banyak bagi kebutuhan migas Indonesia. Untuk terus tumbuh menjadi perusahaan migas kelas dunia Pertamina telah menetapkan tema strategis Agresive Upstream Profitable Downstream dimana salah satunya melakukan ekspansi bisnis hulu ke luar negeri adalah salah satu cara yang terus ditempuh dengan konsentrasi aset migas berupa lapangan produksi atau lapangan pengembangan. Thesis ini mencoba memberikan alternatif negara-negara tujuan ekspansi bisnis migas di seluruh dunia dimana terdapat 31 negara kandidat sebagai berikut : Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Venezuela, Brazil, Ekuador, Peru, Argentina, Kolombia, Bolivia, Rusia, Kazakhstan, Norwegia, Inggris, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Siria, Yaman, Nigeria, Algeria, Mesir, Ghana, Mozambik, China, Australia, Malaysia, Vietnam, Papua New Guinea, Thailand, dan Brunei.

The condition of Indonesia's oil production continued to decline from year to year while consumption continues to rise. Ministry of Energy notes that Indonesia every day is planned to import oil and oil products up to 802 thousand barrels per day in 2012. While the condition of the gas fulfillment of Indonesia will be a deficit era in next two years if alternative production or import strategies are not immediate performed. Overall Indonesia faced a deficit condition of the oil and gas. In the upstream sector to meet the needs of oil and gas is actively looking for new oil and gas resources not only in domestic and furthermore through overseas expansion. Efforts have been conducted since 1990's and to date there are eight assets in seven countries belonging to Pertamina. Unfortunately almost all of the assets in exploration phase and still have not been able to contribute much to the Indonesian oil and gas needs. To continue to grow become World-Class oil and gas company Pertamina has set strategic themes “Aggressive Upstream Profitable Downstream” where one of the programs is to expand upstream business in overseas in the production field or development field. This thesis tries to provide alternatives as the expansion target countries of oil and gas business throughout the world where there are 31 candidate countries as follows: United States, Canada, Mexico, Venezuela, Brazil, Ecuador, Peru, Argentina, Colombia, Bolivia, Russia, Kazakhstan, Norway , England, United Arab Emirates, Qatar, Oman, Syria, Yemen, Nigeria, Algeria, Egypt, Ghana, Mozambique, China, Australia, Malaysia, Vietnam, Papua New Guinea,Thailand, and Brunei.

Kata Kunci : defisit migas, ekspansi ke luar negeri, lapangan produksi, lapangan pengembangan