BUDAYA LONGKO’ TORAJA DALAM PERSPEKTIF ETIKA LAWRENCE KOHLBERG DAN RELEVANSINYA BAGI PENGEMBANGAN KEARIFAN LOKAL DI SULAWESI SELATAN
DIKS SASMANTO PASANDE, Prof. Dr. Lasiyo selaku promotor
2012 | Disertasi | S3 Ilmu FilsafatTulisan ini berusaha mengangkat salah satu kearifan lokal yang berkembang di kalangan masyarakat Toraja, yakni budaya longko’ atau budaya malu. Masyarakat Toraja dengan segala karakteristik dan keunikannya, mampu untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipelihara secara turun-temurun meski harus mengahadapi gelombang kebudayaan besar. Di balik pelaksanaan ritual yang dianggap berbiaya mahal bahkan pemborosan, terkandung nilai-nilai etik religius dan semangat komunal untuk menjaga harga diri dan kewaspadaan agar tidak dipermalukan (kalongkoran). Budaya longko’ berusaha ditinjau dari perspektif etika Lawrence Kohlberg terutama teori tahap-tahap perkembangan moral. Teori Kohlberg pada awalnya menganalisis perkembangan moral individu, namun dalam perkembangan selanjutnya digunakan secara lebih luas. Budaya longko’ sebagai suatu kesadaran moral orang Toraja berusaha ditelaah dari teori tersebut guna menganalisis nilai-nilai etis yang terkandung dalam budaya tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan literatur, buku-buku dan karya tulis ilmiah sebagai sumber penelitian, terutama yang berkaitan dengan masyarakat Toraja dan pemikiran Lawrence Kohlberg. Objek formal dalam penelitian ini adalah etika, khususnya pandangan Kohlberg di bidang moral dan objek materialnya adalah kebudayaan masyarakat Toraja, dalam hal ini budaya longko’. Jalannya penelitian berlangsung dengan cara; mengumpulkan data berdasarkan lingkup penelitian, mensistematisasi data, klasifikasi data, evaluasi data berdasarkan klasifikasi data, analisis data berdasarkan metode yang telah ditentukan, penyusunan hasil penelitian dan laporan hasil penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari perspektif teori tahap-tahap perkembangan moral Kohlberg, masyarakat Toraja cenderung berada pada tingkat konvensional dan tahap ketiga yang dicirikan oleh suatu moralitas sosial di mana persatuan dengan kelompok akrab menjadi nilai yang tertinggi. Hal ini sejalan dengan ikatan komunal yang sangat kuat dalam masyarakat Toraja yang dikenal dengan sebutan tongkonan. Budaya longko’ sebagai hasil internalisasi dari berbagai pemahaman yang dipegang teguh oleh masyarakat Toraja, tidak saja mengandung nilai kehormatan, harga diri dan rasa malu tetapi juga terdapat nilainilai positif lainnya berupa semangat dan etos kerja. Kamalamburan (kejujuran) dan karapasan (harmoni dan keselarasan) merupakan nilai yang diutamakan oleh masyarakat Toraja. Budaya longko’ jika dikaitkan dengan upaya untuk menggali kearifan lokal guna kepentingan nasional sangat relevan terutama dalam kaitannya dengan upaya bangsa untuk mengatasi bahaya korupsi melalui pendekatan kultural.
This dissertation intended to study one element of local wisdom that prevalent in Toraja community, that is longko’ or shame culture. Toraja society with all its characteristics and peculiarities is able to maintain its hereditary values, even if they had to face the waves of larger cultures. The implementation of the ritual, that is considered costly and even waste, embodied the values of religious ethics and communal spirit to maintain self-esteem and vigilance so as not to be humiliated or shamed (kalongkoran). The shame culture of the Toraja is observed from Lawrence Kohlberg’s ethics perspective, particularly on moral development theory. Kohlberg’s theory at the begining to analyze moral development of person, but its developt to analyze a society. The longko’ culture as a moral consciousness of Toraja people is to be observed from this theory and to analyze ethics values in this culture. The current study is a literature review that employs literatures, textbooks, and scientific papers as the resources, especially those related to the Toraja and Lawrence Kohlberg’s thinking. The formal object in this research is ethics, especially Kohlberg’s thinking in morals and the material object is Toraja culture, especially in longko’ culture or shame culture. The research procedure is done by: collecting data based on research scope, systematize of data, classification of data, data evaluation based on data classification, data analyze based on current method, composing the result of research and reporting the result of research. The results indicated that from the perspective of the Kohlberg’s theory of moral development stages, Toraja society tend to be at the conventional level and at the third stages characterized by a social morality where the union with familiar groups being of the highest value. This is in accordance with communal ties that are very strong in Toraja society, known as tongkonan. Longko’ as a result of internalization of a variety of understandings held steadfast by the Toraja society, contains not only values of honor, self esteem and shame, but also other positive values in the form of the spirit and work ethos. Kamalamburan (honesty) and karapasan (harmony and peace) are the main values in Toraja society. Longko’, when associated with attempts to explore local wisdom for national interest, is quite relevant, especially in relation to the nation’s efforts to address the dangers of corruption through the cultural approaches.
Kata Kunci : budaya longko’, etika, perkembangan moral