PENGARUH LETAK GEOGRAFIS TERHADAP DISPARITAS PDRB PER KAPITA ANTARKABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA, 1993-2010

Muhammad Muliadi, Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc.,

2012 | Tesis | S2 Magister Ek.Pembangunan

Dalam ekonomi geografi faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian yaitu density (kepadatan), distance (jarak), division/inequality (ketimpangan). Daerah yang lebih padat merupakan daerah yang lebih maju, karena orang-orang cenderung bermigrasi dari tempat yang geografisnya keras ketempat yang menawarkan kenyamanan dan peluang ekonomi yang lebih baik. Jarak yang jauh dari kepadatan akan menjadi daerah yang tertinggal karena semakin terbatasnya aksesbilitas terhadap pusat pertumbuhan. Setiap daerah memiliki sumber daya dan potensi yang berbeda-berbeda tergantung pada kondisi tiap-tiap daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh letak geografis terhadap kinerja pembangunan di Sumatera Utara Dengan analisis tipologi daerah diketahui terdapat perbedaan klasifikasi daerah sebelum dan setelah otonomi daerah. Sebelum otonomi daerah yang merupakan kutub pertumbuhan adalah Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Asahan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Karo. Setelah otonomi daerah menjadi Kota Medan dan Kabupaten Toba Samosir. Kabupaten Nias, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Langkat konsisten berada pada klasifikasi daerah tertinggal. Analisis indeks transformasi struktural menunjukkan peningkatan peranan sektor tersier. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sumatera Utara tidak hanya mengandalkan sektor primer saja tetapi juga mengandalkan sektor sekunder dan tersier dalam kegiatan perekonomian daerah. Hasil analisis transformasi struktural dapat membantu pemerintah daerah dalam menentukan program pembangunan berdasarkan potensi daerah. Secara umum indeks ketimpangan di Sumatera Utara menunjukkan kecendrungan penurunan. Indeks Williamson pada periode awal pengamatan sebesar 0,516 menjadi 0,496 pada periode akhir pengamatan. Sementara koefisien variasi sebesar 0,386 pada periode awal pengamatan menjadi 0,364 pada periode akhir pengamatan. Penelitian ini menemukan bahwa kurva Kuznets tidak berlaku di Sumatera Utara. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis pengaruh dana alokasi umum (DAU), dana bagi hasil sumber daya alam (DBHSDA), serta pendapatan asli daerah terhadap pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Utara. Untuk tujuan analisis digunakan analisis regresi sederhana dengan metode OLS. Hasil analisis diketahui bahwa DAU dan DBH berpengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi PDRB per kapita dengan derajat α = 1 persen. Sementara PAD berpengaruh positif dan signifikan pada α = 1 persen.

In the economic geography of the factors that influence the economy are density, distance, division/inequality. Denser regions are more developed region, because peoples tend to migrate from the harsh geographical regions to the place that offers comfort and better economic opportunities. Distances from the density will be underdeveloped regions because of the lack of accessibility to the growth pole. Each region has the resources and potential are different depending on the conditions of each area. This study aimed to analyze the influence of geography on the performance development in North Sumatera. By analysis of the typology area known to have differences in the classification of the area before and after decentralization. Before decentralization which is the growth pole is Labuhan Batu Regency, Asahan Regency, Deli Serdang Regency, and Karo Regency. After decentralization becomes Medan City and Toba Samosir Regency. Nias Regency, North Tapanuli Regency, Simalungun Regency, and Langkat Regency consistently on the classification of underdepeloved areas. Analysis of the structural transformation showed increased tertiary sector. This suggests that the North Sumatra did not just rely on the primary sector, but also rely on secondary and tertiary sectors in the activities of the regional economy. The results of a structural transformation analysis to assist local governments in determining development programs based on potential areas. In general the inequality index in North Sumatra showed decreased trend. Williamson index at the beginning of the observation period of 0.516 to 0.496 at the end of the observation period. While the coefficient of variation of 0.386 at the beginning of the observation period to 0.364 at the end of the observation period. This study found that the Kuznets curve does not apply in North Sumatra. In addition, this study also analyzes the effect of the general allocation fund (DAU), revenue sharing from natural resources (DBHSDA), as well as local revenue to the income per capita in the province of North Sumatera. For the purpose of analysis used simple regression analysis with OLS. The results of the analysis it is known that DAU and DBH showed a negative value, and significantly affect the GDP per capita of degree α = 1 percent. While PAD positive and significant at the α= 1 percent.

Kata Kunci : Pendapatan Per Kapita, Tipologi Daerah, Transformasi Struktural, Indeks Williamson, Koefisien Variasi, Analisis Regresi