Laporkan Masalah

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA MENURUT KAWASAN PANTAI DAN PEDALAMAN DI KABUPATEN PONTIANAK TAHUN 2011

I Wayan Sugihana Aradea, Prof.dr. Hari Kusnanto, Dr. PH.,

2012 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang : Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian global dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana masih sering menimbulkan KLB, berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta dapat mengakibatkan kematian. Kabupaten Pontianak merupakan kabupaten endemis malaria, diman API 2010 mencapai 2,4 ‰ dengan status endemisitas adalah Moderate Case Incidence. Penyebarannya malaria dipengaruhi oleh karakteristik lokal, perbedaan ekologis wilayah seperti kawasan pantai, persawahan, pegunungan dan hutan. Perbedaan ekologi menyebabkan perbedaan perilaku masyarakat maupun jenis nyamuknya, sehingga penularan malaria pada berbagai jenis ekologi akan berbeda baik berdasarkan waktu penularan, tempat penularan maupun kelompok mayarakat yang berisiko. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria menurut kawasan pantai dan pedalaman di Kabupaten Pontianak. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan case control. Sampel untuk kawasan pantai adalah kasus malaria positif di wilayah kerja Puskesmas Sungai Bakau Kecil, Sungai Purun Kecil dan Semudun, sedangkan untuk kawasan pedalaman adalah kasus malaria positif di wilayah kerja Puskesmas Toho dan Takong. Besar sampel seluruhnya adalah 188 sampel dengan kasus 94 sampel dan kontrol 94 sampel. Pengumpulan data terhadap variabel yang diteliti dilakukan dengan wawancara dan observasi. Hasil : Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menemukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan secara bermakna terhadap kejadian malaria pada kawasan pantai adalah kebiasaan di luar rumah malam hari, penggunaan kelambu, pergi ke hutan/berkebun, pemakaian kawat/kasa dan keberadaan genangan air di sekitar rumah. Faktor risiko yang berhubungan secara bermakna terhadap kejadian malaria pada kawasan pedalaman adalah penggunaan kelambu, jenis dinding rumah dan pemakaian kawat/kasa. Hasil analisis multivariat menemukan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna terhadap kejadian malaria pada kawasan pantai adalah penggunaan kelambu (p=0,010, OR=3,8, 95% CI=1,38 – 10,48) dan pergi ke hutan/berkebun(p=0,012, OR=3,7, 95% CI=1,34 – 10,22), sedangkan variabel yang berhubungan secara bermakna terhadap kejadian malaria pada kawasan pedalaman adalah penggunaan kelambu (p=0,021, OR=2,9, 95% CI=1,12 – 7,61). Kesimpulan : Kebiasaan tidak menggunakan kelambu pada waktu tidur malam hari dan pergi ke hutan/berkebun merupakan faktor risiko kejadian malaria pada kawasan pantai. Faktor risiko kejadian malaria pada kawasan pedalaman adalah kebiasaan tidak menggunakan kelambu.

Background : Malaria is the infectious diseases of global concern and is still a public health problem which is still often cause outbreaks, have broad impact on quality of life and economy, and can lead to death. Pontianak District was malaria endemic districts, where the API 2010 was 2.4 ‰, the endemicity status is Moderate Case Incidence. Incidence malaria is influenced by local characteristics, differences on the ecological areas such as coastal areas, rice fields, mountains and forests. Ecological differences lead to differences in people's behavior and type of mosquitoes, so malaria transmission in different ecological types will differ by time of transmission, place of transmission and population at risk.The objective of this study to identify risk factors associated with malaria incidence in coastal and inland areas in Pontianak District. Methods : The study was observational analytic study with case control design. Samples for coastal areas was positive malaria cases in Public Health Center of Sungai Bakau Kecil, Sungai Purun Kecil and Semudun, while for inland areas was positive malaria cases in Public Health Center of Toho and Takong. Total sample size is 188 samples, consisting of 94 cases and 94 controls. The collection of data on the variables in this study conducted by interviews and observation. Results : The results of bivariate analysis in the study found that risk factors were significantly related to malaria incidence in coastal areas was habit of outdoors at night, the use of bed nets, go to the forest/farm, the use of wire netting in house ventilation and the presence of stagnan water around the house. Risk factors were significantly related to malaria incidence in inland areas was the use of bed nets, type wall of house and the use of wire netting in house ventilation. The multivariate analysis found that variables were significantly related to malaria incidence in coastal areas is the use of bed nets (p=0.010; OR=3.8;95% CI=1.38– 10.48) and go to the forest/farm (p=0.012;OR=3.7; 95% CI=1,34–10,22), while the variables were significantly related to malaria incidence in inland areas was the use of bed nets (p=0.021;OR=2.9; 95% CI=1.12–7.61). Conclusion: Habit of not using bed nets at night and go to the forest/farm were risk factor of malaria incidence in coastal areas. Risk factors of malaria incidence in inland areas was habit of not using bed nets at night.

Kata Kunci : faktor risiko, malaria, pantai, pedalaman, Kabupaten Pontianak


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.