Laporkan Masalah

SISTEM PENAMAAN NAMA DIRI ETNIK TIONGHOA DI KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Irmayani, Dr. Suhandano, M.A.,

2012 | Tesis | S2 Linguistik

Sebuah label identitas akan selalu melekat pada apapun di dunia ini, termasuk manusia. Label identitas pada manusia berupa nama diri yang menunjukkan jati diri yang bersifat pribadi itu pada akhirnya nanti akan memperlihatkan identitas kelompok yang lebih besar, seperti kelompok etnik. Keniscayaan label identitas budaya ini juga berlaku pada semua kelompok etnik, termasuk etnik Tionghoa di Pontianak. Nama diri bagi etnik Tionghoa ini tidak hanya menunjukkan identitas personal dan etniknya, melainkan juga menunjukkan identitas kelompok keluarga. Akan tetapi, pada perkembangannya penyandangan nama diri di kalangan etnik ini di Pontianak memunculkan dua kemungkinan, yaitu (1) tetap terjaga dan (2) dapat bergeser. Tulisan ini didasarkan pada data nama diri etnik Tionghoa yang diperoleh dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pontianak dan Berita Duka Cita pada Harian Ap Post. Data ini dikumpulkan melalui metode simak dengan teknik sadap. Pada tahap penganalisisan, data tertulis tadi dibahas menggunakan metode padan ekstralingual. Sementara itu, data hasil wawancara yang juga menggunakan teknik sadap dianalisis dalam bentuk pengklasifikasian dan tema budaya. Pada akhirnya, hasil analisis itu disajikan dalam bentuk tabel pengklasifikasian (metode formal) dan menggunakan kata-kata biasa (metode informal). Masyarakat Tionghoa di Pontianak menyandang nama diri dalam bentuk empat tipe, yaitu menyandang nama Tionghoa, Indonesia, Eropa/Amerika, dan beralias. Dari keempat tipe tadi, nama Tionghoa paling sering digunakan oleh mereka yang lahir sebelum tahun 1920-an hingga tahun 1969. Sementara itu, dari tahun 1970 sampai dengan 1980-an, nama Indonesia menjadi nama yang paling sering muncul. Akan tetapi, suatu perubahan kembali terjadi pada tahun 1990-an hingga sekarang dengan meningkatnya intensitas pemakaian nama Eropa/Amerika. Pemakaian namanama tadi diiringi dengan penyandangan konsep elemen semantis yang disejajarkan dengan konsep budaya asal masing-masing nama tersebut. Pada umumnya, masyarakat ini mulai menggeser bentuk nama diri dari konsep asli budaya mereka. Uniknya, penggeseran tersebut masih memunculkan karakter ke-Tionghoa-an dengan menggunakan unsur marga dan generasi dalam konsep baru.

A label of identity will always stick to anything in the world including mankind. A label of identity in mankind is proper name showing themselves as an individual which later on reflects the identity of bigger groups such as ethnic group. The label of this cultural identity also works on all ethnic groups including Chinese in Pontianak. The proper name of the Chinese not only shows the personal and ethnic identity, but also shows the family identity. However, today the use of the proper name creates two posibilities, i.e. (1) it stays the same and (2) it may shift. This writing is based on the data of Chinese proper name taken from Population and the Civil Registry Service in Pontianak and Obituary in newspaper Ap Post. The data are collected through method of listening with taping technique. To analyze the data, the written data are discussed using extralingual comparative method. Meanwhile, the interview data are analyzed in the form of classification and cultural theme. Finally, the analysis result is presented in the form of classification table (formal method) and using words (informal method). Chinese community in Pontianak uses the proper name that are classified into four types, i.e. using Chinese name, Indonesian name, European/American name, and alias. From those four types, Chinese names are the most common one used for those who are born before 1920s up to 1969. Whereas, from 1970 to 1980s, Indonesian names are the most commonly used. Yet, a change takes places again from 1990s until todal when European/American names are widely used. The use of the names is followed by the use of semantic element concept that parallels with the cultural concept which the names derive. Generally, the Chinese community begins to change the proper name form different from their own cultural concept. What is unique is that the change still reflects their Chinese name by using family and generation elements in the new concept.

Kata Kunci : nama diri, etnik Tionghoa di Pontianak


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.