SISTEM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM OLEH MASYARAKAT ADAT DALAM PELESTARIAN KAWASAN HUTAN SAGU DI DISTRIK SENTANI KABUPATEN JAYAPURA
YOHANNES PALANGAN, Ir. Gunung Radjiman, M.Sc
2013 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & DaerahTerwujudnya swasembada pangan, perlu dikembangkan sumber daya hayati yang secara struktural diatur sebagai RUTRW atau kawasan, sesuai UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Pengembangannya dimulai pengembangan jati diri masyarakat berdasar keungggulan daerah yang dimilikinya, yaitu kearifan tradisional setempat dalam pengelolaan lingkungan, komponen keanekaragaman hayati yang khas dan memiliki potensi pasar dan berbagai kondisi yang menguntungkan dalam bioregionalnya.. Penelitian ini bertujuan : (1). Mengetahui seperti apa pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan sagu oleh masyarakat adat menurut nilai dan norma yang melembaga sebagai upaya melestarikan kawasan hutan sagu; (2). Mengetahui peran pemerintah dalam upaya ciptakan pengelolaan kawasan hutan sagu yang lestari diperkotaan. Penelitian ini menggunakan metode Induktif-kualitatif-eksploratif. Sumber data dilakukan melalui pengumpulan data primer dan sekunder. Teknik mendapatkan informan melalui Purpose sampling. Unit informasi sebagai tokoh kunci yaitu Ondofolo, Khoselo (kepala suku), kepala kampung, dan Petani Sagu, Yoboi,kat Ifale dan Yahim dan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura Pemberian hak pengelolaan atas tanaman sagu dan pengetahuan lokal masyarakat adat merupakan nilai-nilai budaya yang bersifat konservatif dalam pengelolaan hutan sagu hingga saat ini masih eksis sebagai upaya keberlanjutan hutan sagu. Terjadinya proses alih fungsi lahan sagu akibat dikontraskannya nilainilai budaya hubungan ekonomi tradisional masyarakat adat dalam pengelolaan hutan sagu. pelaksanaan sosialisasi PERDA Nomor 3 Tahun 2000 yang belum optimal dan belum adanya kebijakan dalam memposisikan sagu sebagai komoditi unggulan daerah oleh pemerintah daerah, disamping indikasi keruang untuk sagu dalam RTRW Kabupaten Jayapura.
The realization of self-sufficiency, need to be developed biological resources that are structurally organized as RUTRW or region, in accordance with Law No.. 24 of 1992 on Spatial Planning. Its development was started development of community identity based keungggulan area has, the local traditional knowledge in environmental management, biodiversity components unique and has the potential markets and various favorable conditions in bioregionalnya This study aims to: (1). Knowing what kind of management and utilization of forest resources by indigenous sago by values and norms are institutionalized in an effort to preserve the sago forest, (2). Knowing the role of government in an effort to create sago forest management, sustainable urban This study uses inductive-qualitative-explorative. Sources of data through primary and secondary data collection. Techniques to get informants through sampling Purpose. The unit of information as a key figure that is Ondofolo, Khoselo (chieftain), the village chief, and Sago Farmer, Yoboi, kat Ifale and Yahim and performance Jayapura District Government Provision of management rights sago palms and indigenous local knowledge is one of the cultural values that are conservative in forest management sago are still exist as sago forest sustainability efforts The process of land conversion due dikontraskannya sago cultural values of traditional economic ties of indigenous people in forest management sago. socialization PERDA No. 3 of 2000 which have not been OptiML and not a policy in positioning sago as commodities by local governments, as well as indications chamber for sago in Jayapura RTRW
Kata Kunci : Masyarakat Adat, Pengelolaan, Hutan Sagu, Pelestarian, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura