KAJIAN EPIDEMIOLOGI BRUSELOSIS DAN DAMPAKNYA PADA SAPI PERAH DI DAERAH PERBATASAN KABUPATEN KLATEN - BOYOLALI

Ely Susanti, Dr. drh. Widagdo Sri Nugroho, MP

2012 | Tesis | S2 Sain Veteriner

Bruselosis merupakan penyakit endemis di Indonesia, dengan prevalensi di berbagai daerah bervariasi. Wilayah Kabupaten Klaten yang berbatasan dengan Kabupaten Boyolali memiliki resiko tinggi tertular bruselosis karena tingginya lalulintas ternak. Kajian ini bertujuan untuk menyidik prevalensi bruselosis pada sapi perah, faktor resiko kejadian bruselosis pada sapi perah dan dampak bruselosis dan faktor-faktor lain terhadap calving interval dan service perconception sapi perah di wilayah Kabupaten Klaten yang beresiko tinggi Kajian lintas seksional yang melibatkan 353 ekor sapi perah yang berasal dari 146 peternak. Diagnosis bruselosis ditentukan melalui uji RBT dan dilanjutkan CFT. Faktor-faktor resiko diperoleh dengan kuesioner yang meliputi, informasi umum, tipologi peternak, jenis ternak, jumlah ternak, tata kelola ternak, pengetahuan peternak, data individu ternak. Sebelas dari 353 ekor sapi perah (3,1%) terdiagnosis bruselosis. Kesebelas ternak tersebut berasal dari lima peternak (3,4%). Faktor resiko bruselosis pada sapi perah di wilayah beresiko tinggi Kabupaten Klaten tersebut adalah jumlah ternak dalam satu kandang 2-4 ekor (OR=0,30), keluron (OR=21,87) dan pincang (OR=7,19). Kepemilikan sapi perah lima ekor atau lebih oleh peternak beresiko 13,6 kali menderita bruselosis (OR=13,6). Pengaruh bruselosis terhadap calving interval tidak ditemukan dalam kajian ini, namun dapat menurunkan angka service perconception.

Brucellosis is the endemic disease in Indonesia, were have high variation of prevalence. In Border Area of Klaten and Boyolali district were brucellosis high risk because of cows mobility. This study were conducted to assess brucellosis prevalence on dairy cows, to identify risk factors and its impacts to calving interval and service perconception in borders area of Klaten and Boyolali districts. Cross-sectional study was conducted from 353 cows (146 farmers). The diagnosed of brucellosis tested using RBT. Then, all the RBT positives were tested using complement-fixation test (CFT) to confirm. Questionnaires were used to collect risk factors as general information and intelligence on farming management, farmers’ knowledge and each cow’s data. Among all the samples tested, there were five farms found positive Brucellosis (3.4%) with 11 cow dairys (3,1%). Risk factors of brucellosis in dairy cows were population of cows 2-4 per cage (OR=0,30), abortion history (OR=21,87) and lameness (OR= 7,19). Farmers’ data shows that Brucellosis cases increase when five or more cows are placed in the same cage (OR=13,6). There is no evidence showing Brucellosis impacts on calving interval. However, Brucellosis can reduce service preconception (SC) rate.

Kata Kunci : bruselosis, sapi perah, prevalensi, faktor resiko, Klaten