ONTOLOGI APEIRON ANAXIMANDER DAN RELEVANSINYA DENGAN DEMITOLOGISASI DI YUNANI KUNO
JIMMY JENIARTO, Prof. Dr. Joko Siswanto
2012 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatApeiron merupakan pemikiran filsafat Anaximander. Istilah apeiron berasal dari gabungan a dan peras yang berartit tanpa batas. Pemikiran tentang ketidakterbatasan dan ketidaktertentuan apeiron menjadi diskusi yang panjang di kalangan filosof maupun komentator. Isi pemikiran apeiron terkesan paradoks, yakni menyangkut persoalan eksternal, internal, dan temporal. Karya tulis Anaximander yang tersisa tidak utuh sehingga maksud Anaximander dengan pemikirannya belum bisa dimengerti secara lebih utuh. Penelitian ini berupaya menemukan pemikiran pokok filsafat Anaximander, hakikat kualitas dan kuantitas apeiron, serta relevansi pemikiran Anaximander dengan kebudayaan masyarakat Yunani Kuno. Penelitian ini merupakan penelitan pustaka. Model penelitian yang digunakan adalah model penelitian historis-faktual mengenai tokoh. Objek material penelitian adalah pemikiran apeiron Anaximander. Objek formal penelitan adalah ontologi. Unsur-unsur metodis yang digunakan adalah interpretasi, komparasi, dan heuristika. Pemikiran pokok filsafat Anaximander adalah apeiron. Apeiron merupakan realitas yang tidak memiliki batas dan tidak dapat ditentukan secara internal, eksternal, dan temporal. Apeiron merupakan asal, pengatur, dan akhir alam semesta. Secara kualitatif, apeiron adalah fusis yang tidak dapat ditentukan. Secara kuantitatif, apeiron adalah tunggal. Apeiron memiliki aspek gerak, namun pada dirinya sendiri merupakan permanensi. Apeiron tidak memiliki awal dan akhir. Pemikiran apeiron Anaximander, selain diskusi dengan pemikiran Thales, merupakan usaha penjelasan realitas secara rasional (logos) dan mengganti pemikiran muthos yang telah ada di Yunani Kuno. Apeiron adalah usaha penjelasan natural terhadap realita alam yang mengganti pemikiran supra-natural yang ada pada pemikiran-pemikiran muthos keagamaan di Yunani Kuno, atau upaya demitologisasi. Pemikiran Anaximander merupakan perintis tradisi saintifik yang akan berkembang di era selanjutnya.
Apeiron is a philosophical concept belongs to Anaximander. The word apeiron is derived from a and peras which means no limit. The issues of indeterminacy and infinity of apeiron have been long discussed by philosophers and commentators. Apeiron seems to have paradoxical contents of thought. There is just a fragment of Anaximander’s writing which is left, and therefore the meaning of apeiron can not yet be understood more intact. The purposes of this research are to discover Anaximander’s core of philosophical thinking, the essence of apeiron qualitatively and quantitatively, and the relevance of Anaximander’s thought with Ancient Greek culture. This research is a library research. The model of research which is used in this research is factual-historical about figure model. The material object is Anaximander’s apeiron. The formal object is ontology. Metodical factors used are interpretation, comparative, and heuristics. The most fundamental of Anaximander’s philosophical thought is the concept about apeiron. Apeiron is a reality which has no boundaries and can not be determined internally, externally, and temporally. Apeiron is the origin, governing, and the end of the universe. Qualitatively, apeiron is fusis that can not be determined. Quantitatively, the apeiron is singular. Apeiron has the aspect of motion, but in itself is a permanence. Apeiron has no beginning neither end. Anaximander’s thought of apeiron, besides as a discussion with Thales, is an effort to explain reality in a rational explanation (logos) and to replace the existing muthos thoughts in Ancient Greece. Apeiron is a natural explanation of reality, which also means changing the supernatural thinking that is in the muthos(i) which exist in religious ideas in Ancient Greece. It is a demythologizing effort. Anaximander thought is a pioneer of scientific tradition that would be developed in the next eras.
Kata Kunci : Anaximander, apeiron, ontologi