DINAMIKA KONFLIK GEREJA DAN ADAT ISTIADAT (Studi Kasus Gereja Bebas di Sumba Timur)
MARIA IMACULATA PILOMENA RASI, Dr. M.Najib, M.A
2012 | Tesis | S2 Sosiologi minat Studi PembangunanGereja Bebas merupakan salah satu denominasi Kristen Protestan yang berkembang di Sumba Timur, sebagai hasil dari penyebaran zending Belanda. Sejarah Gereja Bebas di Sumba Timur terbagi dalam tiga periode kepemimpinan. Dalam perkembangannya, Gereja Bebas menentang keputusan-keputusan Zending dan memisahkan diri. Di sisi lain, Gereja Bebas menentang pelaksanaan belis dan upacara kematian dalam kehidupan masyarakat Sumba Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah Gereja Bebas di Sumba Timur dan dinamika konflik Gereja Bebas berkaitan dengan adat istiadat, terkait belis dan upacara kematian di Sumba Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus secara deskriptif mengenai sejarah Gereja Bebas di Sumba Timur dan dinamika konflik Gereja Bebas di Sumba Timur terkait belis dan upacara kematian. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi terlibat, serta wawancara terbuka dan mendalam. Informan kunci terdiri dari Akturius (penulis gereja), para pendeta Gereja Bebas dan jemaat yang melaksanakan belis dan upacara kematian, sedangkan informan pendukung terdiri dari jemaat Gereja Reformasi dan pendidik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejarah Gereja Bebas dimulai dari proses awal penolakan Gereja Bebas terhadap keputusan zending, kemudian perbedaan wawasan dalam menjalankan misi zending diantara sesama pendeta zending dan perbedaan pendapat antara Gereja Bebas dan Gereja Reformasi. Pada akhirnya Gereja Bebas memisahkan diri dari zending dan Gereja Reformasi. Gereja Bebas menolak belis dan upacara kematian disebabkan oleh dua faktor, yakni, pertama, berdasarkan nilai Kristiani dalam Injil yang menjadi landasan utama dalam menjalankan segala aturan gerejanya. Kedua, proses belis dan upacara kematian menimbulkan kerugian material bagi masyarakat. Gereja Bebas menentang tiga hal inti, yakni, proses belis, materi belis dan otoritas yang ada tersirat dalam belis. Sedangkan dalam upacara kematian terdapat 7 proses yang tidak diterima oleh Gereja Bebas, diantaranya membawa hewan, memukul tambur dan gong kematian, penguburan orang mati yang sudah bertahun-tahun, menarik batu kubur, mendoakan orang mati, pengucapan syukur sesudah penguburan dan menyiram rampe. Walaupun pertentangan tersebut seringkali muncul, namun tidak berwujud pada kekerasan karena ada tiga alasan, yakni, pertama, Gereja Bebas merupakan kelompok minoritas dengan jumlah jemaat yang tidak membesar. Kedua, Gereja Bebas dan masyarakat yang melaksanakan belis dan upacara kematian adalah sesama pengikut Kristus, dan ketiga, Gereja Bebas tidak bersifat agresif dalam menyebarkan ajarannya kepada massa.
Independent Church is one of Protestant denomination spreading in East Sumba, as result of Dutch zending spreading. History of Independent church in East Sumba is divided into three periods of leadership. In its development, Independent church opposes the Zending decisions and then dissociates itself. On the other hand, Independent church opposes the implementation of belis and funeral in society of East Sumba. This research is aimed to find out the history of Independent church in East Sumba and the dynamics of Independent church conflict associated with customs, related to belis and funeral in East Sumba. This research used qualitative approach using a descriptive case study method of the history of Independent church in East Sumba and dynamics of conflict in East Sumba related to belis and funeral. The technique of collecting data is conducted through participant observation and open interview and in-depth. The key informants are consisted of actuaries (church writers), priests of Independent church and congregations that conducting belis and funeral, while supporting informants are congregations of Reformed church and preceptors. The result of research shows that history of Independent church starting from initial rejection of Independent church to Zending decisions, then the difference of insight in implementing zending mission between zending priest fellows and the difference of opinion between Independent Church and Reformed Church. In the end Independent Church dissociated from zending and Reformed Church. Independent Church refused belis and funeral due to two factors, namely, first, based on Christian values in The Bible which is the principle basis in conducting every rule in the church. Secondly, the implementation of belis and funeral caused material disadvantages for society. Independent Church opposes three main things, namely, the implementation of belis, the material of belis and the implicit authority in belis. Meanwhile, in funeral there are 7 processes that cannot be accepted by Independent Church, such as bringing animal, beating drums and gong of death, burial of the dead for years, placing tombstone, praying for the dead, thanksgiving after burial and giving flowers. Although the conflict often appears, but there is no violence form because of three reasons, namely, first, Independent Church is minority group whose congregations are not many. Secondly, Independent Church and society that conducting belis and funeral is a fellow follower of Christ and the third is Independent Church is not being aggressive in spreading its teachings to society.
Kata Kunci : Gereja Bebas, Konflik, Belis, Upacara kematian