RAVANA DALAM RAHUVANA TATTWA KARYA AGUS SUNYOTO: ANALISIS RESPON ESTETIK WOLFGANG ISER
Endah Budiarti, S.S, Dr. Kun Zachrun Istanti, S.U.,
2012 | Tesis | S2 SastraRawana yang dikenal sebagai raksasa jahat dan angkaramurka, dalam novel epik Rahuvana Tattwa digambarkan secara berbeda oleh Agus Sunyoto, penulisnya. Perbedaan ini diasumsikan sebagai realisasi dari proses pembacaan Agus Sunyoto, terhadap teks-teks Ramayana. Rahuvana Tattwa ditengarai sebagai akumulasi pengalaman Agus Sunyoto dalam membaca teks-teks Ramayana. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan proses pembacaan Agus Sunyoto atas teks-teks Ramayana yang menjadi referensinya. Dalam penelitian ini diungkapkan pula strategi Agus Sunyoto sebagai pembaca dalam merealisasikan hasil bacaannya terhadap teks-teks Ramayana. Tujuan akhir penelitian ini ialah mengungkapkan fungsi Rahuvana Tattwa. Analisis respon estetik Wolfgang Iser yang memfokuskan perhatian pada hubungan dialektik antara teks, pembaca dan interaksi keduanya sebagai suatu bentuk komunikasi, dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode komunikasi sastra yang direduksi dari teori komunikasi sastra model Iser. Untuk dapat mengungkap pemaknaan Agus Sunyoto dalam karyanya tersebut, dalam penelitian ini dilacak melalui dua proses pembacaan. Pertama proses pembacaan Agus Sunyoto atas teks-teks Ramayana. Kedua proses pembacaan peneliti atas teks Rahuvana Tattwa. Pelacakan norma sosial historis dan budaya sebagai materi repertoire dimaksudkan sebagai sarana untuk mengungkap fungsi pragmatis teks Rahuvana Tattwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membaca teks Ramayana, Agus Sunyoto dengan bekal pengetahuan dan pengalamannya sebagai orang Jawa, memaknai tokoh Rawana mati karena harus memenuhi karmaphalanya. Karmaphala yang disuarakan teks Rahuvana Tattwa merupakan refleksi sekaligus kontemplasi dari peristiwa demokratisasi Indonesia tahun 1998, di mana langkahlangkah menuju proses demokratisasi tersebut dipandang tidak benar. Agus Sunyoto merasa perlu mengingatkan kembali bahwa dalam kehidupan yang realistis baik kehidupan individu maupun kehidupan kelompok, siapa pun dia, apa pun kewajiban dan tanggung jawab yang diembannya, harus berhati-hati dalam bersikap, bertindak, dan mengambil keputusan, karena baik atau buruk yang ditebarkannya, pasti akan menuai karmanya. Berkaitan dengan teks bergenre epik, penelitian ini paling tidak bisa memberi cakrawala baru bahwa epik pun dapat dibaca dan diinterpretasikan bermacam-macam. Berkaitan dengan teori komunikasi sastra model Iser yang disebut teori respon estetik, dapat dikatakan bahwa karya seni sastra tidak hanya memiliki makna tunggal ketika berada di tangan para pembacanya. Karya sastra sebagai realitas akan melahirkan realitasrealitas yang lain tergantung dari sisi mana karya sastra itu dibaca dan bekal pengetahuan serta pengalaman pembacanya. Oleh karena itu sangat tepat jika Iser menolak pemaknaan tunggal atas karya seni sastra dengan melahirkan teori komunikasi sastra (teori respon estetik) yang memfokuskan perhatian pada pembaca ketika melakukan tindak pembacaan.
Rawana is known as an evil giant, but in Rahuvana Tattwa epic novel Rawana was potrayed differently by Agus Sunyoto. The difference is assumed as realization of Agus Sunyoto’s reading process on Ramayana texts. Rahuvana Tattwa is suspected as an accumulation of Agus Sunyoto’s reading on Ramayana text. The research is aimed to reveal Agus Sunyoto’s reading process on Ramayana texts as his references. In the research it is also discovered Agus Sunyoto’s strategy as a reader in realizing his reading result on Ramayana text. The final aim of this research is to uncover Rahuvana Tattwa function. Wolfgang Iser literary communication analysis is employed to achieve research goal. Wolfgang Iser literary communication analysis focuses on dialectic relation among text, reader, and the interaction between text and reader as a form of communication. The analysis is carried out by using literary communication method that is reduced from Iser model of literary communication. To reveal Agus Sunyoto’s meaning on his work, in the research the meaning is seek by conducting two reading process. The first is Agus Sunyoto’s reading process on Ramayana. The second is researcher’s reading process on Rahuvana Tattwa text. The seek of historical social norm and culture is intended to be repertoire material which is aimed to be mean of revealing pragmatic function of Rahuvana Tattwa text. The research showed that in reading Ramayana text Agus Sunyoto, provided by his knowledge and experience as Javanese person, gave meaning on the death of Rawana character as Rawana’s obligation to fulfill his karmaphala. Karmaphala which was voiced in Rahuvana Tattwa text was the reflection and also contemplation of Indonesia democratization era in 1998, at that time the step to reach democratization was viewed unrightfully. Agus Sunyoto felt that it is necessary to remind that in realistic life both of individual life and group life, who ever he is, what ever his the obligation and responsibility, a man must be careful in attitude, action, and making decision because good or bad deed that he spreads will eventually gained its karma. Relating to epic genre text, the research at least can gave new horizon that epic can be read and interpreted variously. Regarding Iser model literary communication theory, it can be said that literary work not only has single meaning when it is on the hand of its reader. Literature as reality can deliver other realities depended on from which angle the literary work is read and the reader’s knowledge and experience. Therefore, it is obviously right if Iser refused single meaning on literature work by proposing literary communication theory (esthetic respond theory) which focuses its attention on reader when reading.
Kata Kunci : Rawana – analisis respon estetik Wolfgang Iser – proses pembacaan dan realisasi – fungsi pragmatis