Laporkan Masalah

METAFORA DALAM WACANA SURAT PEMBACA DI SURAT KABAR HARIAN BERBAHASA INDONESIA (Tinjauan Linguistik Kognitif)

DELI NIRMALA, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, SU., MA

2012 | Disertasi | S3 Linguistik

Metafora dalam wacana surat pembaca berbahasa Indonesia diformulasikan dari ungkapan yang digunakan penulis surat pembaca yang merepresentasikan pikiran, perasaan, serta pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji metafora dari segi bentuk, jenis, sistem konsep, dan fungsinya untuk mendapatkan kaidah yang berhubungan dengan pembentukan ungkapan metaforis dan sistem pemaknaan serta sikap penuturnya. Untuk menyajikan data, metode nonparticipant observation dan notetaking and page filing techniques digunakan. Data yang berupa ungkapan metaforis dipilih secara sengaja berdasarkan tema dari sumber data yang berupa wacana surat pembaca di surat kabar harian yang dipilih secara acak. Metofe referensial, distribusional, refleksif introspektif, dan abduktif inferensial digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frase nomina dan verba mendominasi ungkapan metaforis, yang didukung oleh bentuk dasar nomina dan kata bentukan verba karena afiksasi dan deafiksasi. Imbuhan me-, -kan, ber-, di-, ter-, -nya menjadi pembentuk kedinamisan aspek morfologis ungkapan metaforis. Menurut jenisnya, keuniversalan dan kespesifikan ditunjukkan oleh konsep ranah target dan sumber karena pengalaman inderawi, pengalaman fisik, pemanfaatan ruang, gerak, waktu, dan teknologis. Ada delapan belas topik yang khas dalam wacana surat pembaca, yaitu: ‘dana’, ‘korupsi’, ‘lingkungan’, ‘pemerintahan’, ‘hukum’, ‘perasaan’, ‘persoalan’, ‘promosi’, ‘ pendidikan’, ‘ideologi’, ‘budaya’, ‘politik’, ‘kehidupan’, ‘informasi’, ‘layanan bank’, ‘waktu’, ‘kemiskinan’, dan ‘pikiran’. Kedelapan belas topik itu merepresentasikan pengalaman sosiokultural masyarakat yang bersifat negatif antara lain ditunjukkan oleh konsep ‘merugikan’, ‘rusak berat’, ‘tidak dipentingkan’, tidak nyaman’, tidak jelas, ‘harus dihapus’, ‘tidak sempurna’, ‘tidak berdaya’, ‘dikurangi’, ‘tidak tuntas’, ‘menyulitkan’, ‘keropos’, ‘tidak seimbang’, ‘hancur’, ‘tidak berfungsi’, ‘sulit ditekan’, ‘menjengkelkan’, ‘tidak teratur’, ‘buruk’, dan ‘menjijikkan’. Ada enam belas pembanding, yaitu: ‘benda cair’, ‘manusia’, ‘makanan’ / ‘masakan’, ‘bangunan’, ‘kendaraan’, ‘benda padat’, ‘sasaran perang’, ‘penyakit’, ‘tanaman’, ‘binatang’, ‘api’, ‘cahaya’, ‘gunung’, ‘sungai’, ‘warna’, dan ‘jarak’. Menurut sistem konsepnya, metafora memiliki tiga lapis makna, yaitu: literal, metaforis, dan literer. Makna literal merupakan makna lugas (dasar), makna metaforis mengimplikasikan lima fungsi, yaitu: emotif (menyangatkan), kesantunan (memperhalus), situasional (mengubah ragam), kognitif (membuat nyata suatu konsep abstrak), dan puitik (memperindah), dan makna literer adalah makna yang menunjukkan ketidakkongruenan antara kata dan makna yang diacu. Lima fungsi itu direpresentasikan oleh lima daya metafora yang mengimplikasikan prinsip ekonomis-semantis dan kognitif. Prinsip itu memicu sikap penutur bahasa Indonesia yang lebih memilih ungkapan metaforis daripada ungkapan nonmetaforis.

Metaphors in the letters to the editors written in bahasa Indonesia are formulated from the metaphorical expressions representing thoughts, feelings, and experiences in daily life. This research aims at finding out the metaphors in terms of their forms, types, concept categories, and functions in order to forumulate rules in relation with the forms and meanings of the metaphorical expressions, and the attitudes of the users. To present the data, nonparticipant observation and notetaking and page filing techniques were used. The data were selected and chosen purposively based on the themes of the letters to the editors of the daily newspapers written in bahasa Indonesia chosen randomly. Referential, distributional, reflective introspective, and abductive inferential methods were used for analysing the data. The referential method supported by the distributional method was used for elaborating the semantic components and showing the semantic changes, while abductive inferential and reflective-introspective methods were used for showing conceptualisation. The results show that noun and verb phrases are more dominant than the other types of phrases. me-+-kan, ber- di-, ter-, -nya affixes perform morphological dynamicity. Universality and specification are shown by the target and source concepts due to sense and physical experiences, directions, spaces, time, and technology. There are eighteen typical topics namely ‘funds’, ‘corruption’, ‘environment’, ‘government’,’laws’, ‘feelings’, ‘thoughts’, ‘problems’, ‘promotion’, ‘education’, ‘ideology’, ‘culture’, ‘politics’, ‘life’, ‘information’, ‘bank services’, ‘time’, and ‘poverty’. The topics represent sociocultural experiences of the society indicating negative perceptions manifested among other things ‘loss’, ‘badly damaged’, ‘not prioritized’, ‘uncomfortable’, ‘unclear’, ‘must be deleted’, ‘incomplete’, ‘weak’, ‘reduced’, ‘not finished’, ‘troubling’, ‘porous’, ‘imbalanced’, ‘ruined’, ‘disfunctioned’, ‘cannot be reduced’, ‘annoying’, ‘irregular’, ‘bad’, and ‘disgusting’. There are sixteen sources, namely ‘liquid’, ‘human’, ‘food / dish’, ‘building’, ‘vehicles’, ‘hard things’, ‘war target’, ‘diseases’, ‘plants’, ‘animals’, ‘fire’, ‘light’, ‘mountains’, ‘rivers’, ‘colors’, and ‘space’. Metaphors in the letters to the editors written in bahasa have three layers of meaning, literal, metaphorical, and literary. Literal meaning refers to the basic one, metaphorical meaning implies five functions, namely emotive (intensifying), politeness (softening), situational (style changing), cognitive (making a concept easily understood), and poetic (beautifying). The imply economic-semantic and cognitive principles of choosing metaphorical expressions.The principles trigger the preference of the speakers of bahasa Indonesia in using metaphorical expressions.

Kata Kunci : -


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.