LEGU GAM SEBAGAI REFLEKSI RELASI ANTAR ETNIK PADA KEMAJEMUKAN MASYARAKAT TERNATE (Studi Kasus)
Hudan Irsyandi, Dr. Aris Arif Mundayat
2012 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan MediaStudi ini merupakan kajian budaya tentang relasi antar-etnik pada kemajemukan masyarakat Ternate melalui festival Legu Gam. Legu Gam dalam pengertian masyarakat Ternate adalah pesta rakyat. Hal ini mengacu pada pendefenisian yang diurai dalam konteks etimologi, yakni legu diartikan pesta, dan Gam diartikan kampung atau rakyat. Sejarah Legu Gam berawal dari ritual tarian sakral legu yang hanya dipentaskan pada tiga acara kesultanan, yaitu doru gam, kololi kie dan fere kie, yang ketiganya merupakan rangkaian proses yang terangkai satu sama lain secara bertahap. Perubahan konsep dari tarian legu menjadi Legu Gam sebagai festival rakyat Ternate merupakan politik kebudayaan pasca konflik untuk merajut kebersamaan yang berpusat pada kuasa simbolik sultan Ternate. Kuasa itu diletakkan pada pentingnya balakusu se kano-kano (masyarakat adat), yang secara umum merepresentasikan kemajemukan masyarakat Ternate yang bersatu dalam Legu Gam secara simbolik. Festival Legu Gam dalam hal ini merupakan ruang negosiasi dan representasi identitas etnik yang beragam. Dalam ranah inilah, identitas, posisi sosial dan budaya masing-masing etnik mereka pertemukan melalui festival Legu Gam (yang telah menjadi ritual), yang dalam konteks untuk mengapresiasi berbagai keberagaman budaya yang berbasis pada keragaman etnik. Teori dari Bourdieu, tentang habitus, dalam hal ini digunakan untuk melihat bagaimana modal-modal seperti modal ekonomi, sosial, budaya dan simbolik dimainkan dalam relasi antar-etnik dalam festival Legu Gam. Pertemuan dari berbagai modal tersebut kemudian dibingkai dalam konsep kemajemukan interaktif untuk memahami bagaimana identitas yang beragam itu dikomunikasikan secara budaya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada festival Legu Gam merupakan ranah dari pergumulan identitas etnik yang beragam melalui berbagai bentuk representasi berbagai modal yang mereka miliki. Dalam konteks inilah negosiasi identitas etnik terjadi pada festival Legu Gam. Sehingga festival yang telah menjadi ritus tahunan tersebut berfungsi sebagai ranah dari interaksi yang bersifat majemuk yang mewadahi berbagai kepentingan kultural dan keberadaan dari masing-masing etnik.
This research is about cultural study that focuses on the relationship among ethnic on pluralism of Ternate societies through the Legu gam festival. Legu gam for Ternate community is public party. This refers to the etymology term, which is defined legu is pesta , and gam is society. The history of legu gam begins with sacred dance legu that only performed on three agendas of Sultan, namely doru gam, kololi and fere kie, three of them are series processes that are strung with each other gradually. The changing concept of legu dance to be legu gam as the festival of Ternate society is the political culture after the conflict to raise the togetherness and also to show the symbolic power of the sultan of Ternate. The power is placed on the importance of balakusu se kano-kano (culture society), which generally represent the pluralism of Ternate community who symbolically united in legu gam. In this case, festival legu gam is the negotiation and a diverse representation of ethnic identity. In this context, the identity, social life and culture of each ethnic is arranged in one culture through legu gam festival (which has become a ritual) in order to appreciate the variety of cultures based on ethnic diversity. Theory of Bourdieu, habitus of, is used to see how the capitals such as economic, social, cultural and symbol related among ethnic relations in legu gam festival. These various capitals are then framed within the concept of interactive multiculturalism to understand how the diverse identity is communicated culturally. The findings showed that the legu gam festival is diverse ethnic identities that come together as a representative on resources they have. In this context, the ethnic identity negotiation occurs at the legu gam festival. So that it has become an annual ritual that becomes multicultural interactions to facilitate cultural interests and the existence of each ethnic.
Kata Kunci : legu gam, relasi antar etnik, identitas etnik, kemajemukan, habitus, ranah.