DRAMATURGI TEATER GANDRIK YOGYAKARTA DALAM LAKON ‘’ORDE TABUNG’’ DAN ‘’DEPARTEMEN BOROK’’

Nur Sahid, Drs. M.Hum, Prof. Dr. C. Soebakdi Soemanto S.U.

2012 | Disertasi | S3 Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa

Teater Gandrik adalah sebuah kelompok teater yang berhasil memadukan dramaturgi teater Barat dengan estetika teater rakyat Jawa, khususnya Dagelan Mataram dan ketoprak konvensional. Pementasan Teater Gandrik dalam lakon “Orde Tabung” dan “Departemen Borok” disajikan dalam bentuk pementasan yang cair dan mengandung improvisasi, kritik social, humor, tari-tarian, nyanyian, serta dialognya sesekali mengandung kosa kata Jawa. Penelitian ini menggunakan teori estetika, sosiologi seni, dan semiotika teater. Teori estetika morfologi dari Thomas Munro, estetika paradoks dari Jakob Sumardjo, dan estetika rasa dari Schechner dipakai untuk menganalisis struktur dan tekstur pertunjukan “Orde Tabung” dan “Departemen Borok”. Teori sosiologi seni dipakai untuk menganalisis faktor-faktor sosial historis yang menyebabkan Teater Gandrik memiliki estetika yang digali dari teater rakyat Jawa. Teori semiotika teater dari Tadeus Kowzan, Keir Elam, Ericka Fischer Lichte, Elain Aston dan Savona dipakai untuk menganalis makna pertunjukan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa estetika Teater Gandrik dalam “Orde Tabung” dan “Departemen Borok” merupakan paduan unsur-unsur teater realisme Barat dengan unsur-unsur teater rakyat Jawa, khususnya dari Dagelan Mataram dan ketoprak. Teater Gandrik dapat dikatakan sebagai teater yang berestetika khas Indonesia. Paduan antara antara unsur-unsur dramaturgi Barat dengan Timur yang sebenarnya saling paradoks itu telah menghasilkan paduan pertunjukan yang utuh dan menarik. Kondisi sosial politik Indonesia yang represif Era Orde Baru dan koruptif pada Era Reformasi menjadi penyebab penciptaan lakon “Orde Tabung” dan “Departemen Borok”. Pemilihan estetika Teater Gandrik yang digali dari unsur-unsur teater rakyat Jawa disebabkan oleh semangat untuk menciptakan estetika yang khas Indonesia. Makna-makna pertunjukan Teater Gandrik yang terkait dengan masalah peminggiran kaum minoritas, marjinal, dan pejuang demokrasi, demokratisasi, pemberantasan korupsi sangat relevan bagi bangsa Indonesia saat ini, dan masyarakat dunia pada umumnya yang sebagian diantaranya juga mengalami pemarjinalan kaum minoritas, korupsi dsb.

Teater Gandrik is a theatre group that is succeed in combining dramaturgy of West theatre and aesthetic of Javanese theatre, especially Dagelan Mataram and conventional ketoprak. The performances of Gandrik Theatre in the play entitled “Orde Tabung” and “Departemen Borok” were presented in the form of performances which were attractive and contain improvisation, social criticism, humor, dances, songs, as well as dialogues which sometimes contain Javanese vocabulary. This research used aesthetic theory, art sociology theory, and theater semiotics theory. The morphology aesthetic theory taken from Thomas Munro, paradox aesthetic theory from Jakob Sumardjo, and rasa aesthetic theory from Schechner were used to analyze the structure and texture of “Orde Tabung” and “Departemen Borok” performances. Theory of art sociology was used to analyze sociohistorical factor causing Gandrik theatre has aesthetic derived from Javanese theater. Theories of theater semiotics from Tadeus Kowzan, Keir Elam, Fischer Lichte, Aston and Savona were used to analyze the meaning of performances. The results of this research show that aesthetic of Gandrik Theatre in the performances of “Orde Tabung” and “Departemen Borok” were combination of the elements of realism of West theatre and those of Javanese theatre, especially from Dagelan Mataram and ketoprak. Gandrik Theatre can be considered as an Indonesian aesthetic theatre. The combination between the elements of West and East theatre’s dramaturgies which are actually paradox has resulted complete and attractive performances. Indonesia’s socio-political conditions that were repressive in New Order and corruptive in Reformation Era encourage the creation of the play entitled “Orde Tabung” and “Departemen Borok”. The selection of Gandrik Theatre’s aesthetic which was explored from the elements of Javanese theatre was caused by the spirit of creating an Indonesian-featured aesthetic. The meanings of the performance played by Gandrik Theatre related to the matters of marginalizing minority group, marginal people, and pro-democracy activists, democratization, corruption eradicating are so relevant for Indonesian today and world society in general which some of them also experience marginalization of minority group, corruption and so on.

Kata Kunci : dramaturgi, estetika paradoks, estetika rasa, estetika morfologi, sosiologi seni, semiotika teater