MODEL PENGELOLAAN WILAYAH KEPESISIRAN SECARA TERPADU UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA PESISIR BERKELANJUTAN (KASUS DI KOTA SEMARANG DAN KOTA CILACAP)
Raditya Jati, S.Si.,M.Si., Prof. Dr. Sutikno
2012 | Disertasi | S3 Ilmu LingkunganKota pesisir di Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat sejak pembangunan di bidang industri dan permukiman semakin meningkat, serta didukung oleh kegiatan perekonomian daerah yang mengarah pada wilayah kepesisiran. Pertumbuhan ekonomi tersebut seringkali menjadi pemicu kerusakan lingkungan wilayah kepesisiran bila tidak diimbangi dengan perencanaan wilayah berbasis pada pertumbuhan kota yang berkelanjutan (sustainable city). Pembangunan kota pesisir yang berkelanjutan memerlukan pemikiran, paradigma, dan kegiatan yang terimplementasikan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu. Perkembangan Kota Semarang dan Kota Cilacap sebagai kota pesisir di Indonesia telah berdampak pada permasalah lingkungan yang serius. Kota Semarang terletak di Pulau Jawa menghadap ke utara Laut Jawa dan Kota Cilacap menghadap ke selatan Samudera India. Permasalahan yang teridentifikasi di Kota Semarang antara lain reklamasi pantai, banjir perkotaan, erosi, denudasi hutan bakau, perubahan arus laut, pencemaran air tambak, kekurangan air bersih, intrusi air laut, menurunnya kualitas air di hulu, konversi lahan, kemiskinan, kesenjangan sosial, konflik kepentingan, kekurangan ruang publik dan ruang terbuka hijau, dengan seiring adanya industrialisasi. Kota Cilacap mengalami perubahan penggunaan lahan, kerusakan lahan, erosi dan intrusi air laut. Penelitian ini merupakan kajian kebutuhan untuk menuju wilayah kepesisiran di Kota Semarang dan Kota Cilacap di masa mendatang dengan tujuan mempelajari dan menyusun model pengelolaan wilayah kepesisiran secara terpadu untuk kota pesisir yang berkelanjutan khususnya mengenai lingkungan di daerah penelitian; dan mengembangkan suatu sistem model pengelolaan wilayah kepesisiran secara terpadu yang berkelanjutan untuk daerah penelitian sebagai masukan dalam sistem pendukung keputusan atau DSS. Metode yang digunakan adalah survei dengan riset partisipatif FGD dan wawancara yang mendalam dengan para multipihak (stakeholders). Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitif dengan membangun model DPSIR untuk pengelolaan wilayah kepesisiran yang berkelanjutan serta meinisiasikan model awal dalam mengintegrasikan sistem pembuat keputusan. Pada dasarnya isu dan permasalahan wilayah kepesisiran hampir memiliki similaritas di kedua daerah penelitian. Khususnya bila terkait dengan isu lingkungan baik fisik/hidrodinamika pantai, biotik yang terkait dengan hilangnya vegetasi pantai, serta sosial budaya yang terkait dengan masalah pendidikan, kemiskinan, konflik kepentingan, kawasan permukiman, kesadaran terhadap persampahan, termasuk kesadaran dalam penegakan hukum. Permasalahan lain yang selalu muncul pula di kedua wilayah kepesisiran tersebut adalah masalah instrumen kebijakan dengan koordinasi, konsultasi, dan kooperatif antar sektor yang kurang optimal. Hasil yang diperoleh dari pemrograman untuk DSS di Kota Semarang dan Kota Cilacap tidak jauh berbeda. Skenario untuk pengembangan wilayah kepesisiran dengan skenario pembangunan yang berkelanjutan menjadi fokus utama dalam penyelesaian permasalahan wilayah kepesisiran. Meskipun demikian ada mekanisme yang bersifat dari atas ke bawah (top down) untuk penyelesaian yang bersifat kebijakan, misalnya mitigasi bencana.
The fast growing development of the coastal cities in Indonesia since the decentralization and autonomy are force by the economic activities and the need of the regional economic income; which sometimes neglected the environmental constraints. The economic development is most of the major pressure for environmental destruction in the coastal zone; if the balance between environmental aspect and economical aspect are unequal, which should be based on the concept of sustainable city. The sustainable city development concepts need ideas, paradigms, and actions that can be implemented in coastal planning and coastal management. The development of Semarang and Cilacap as coastal cities in Indonesia had brought into serious environmental problems. The city of Semarang is located in Java Island facing North to the Java Sea and the city of Cilacap is located in Java Island facing to the South to Indian Ocean. Problems that occur in Semarang are reclamation, flooding, erosion, mangrove denudation, hydrodynamic changes, water pollution, aquaculture, lack of clean water, salt water intrusion, water quality degradation, land conversion, poverty, social equity, conflict of interest, lack of public space, and industrialization. Problems that occur in Cilacap are land conversion, land denudation, erosion, and salt water intrusions. This research are mainly for the sustainable future of Semarang and Cilacap which is to understand and develop integrated coastal zone management model scenario especially for sustainable coastal cities concentrating on environmental issues; and to develop the ICZM model as input of the preliminary studies of decision support system (DSS). Participation research with FGD and indepth interview are used, analyze in descriptive qualitative to perceived the goals. Developing Model of DPSIR is adopted as a tool to develop the planning model for Semarang and Cilacap towards the sustainable cities. Preliminary model of DSS will be developed as a result in the level of praxis. The result of this research showed that issues and problems on these coastal areas are similarly, especially on environmental issues, hydrodynamic process, biotic, beach vegetation, and social cultural which related to education, poverty, conflict of interest, settlement area, awareness on waste, and awareness on law enforcement. Other problems are that the policy instruments are not optimal for coordination, cooperation, and consultation among sectors. Other results show that the programming for DSS in Semarang and Cilacap are not quite different. Scenario for developing sustainable coastal cities are the main focus and to anticipate problems in the coastal area. Some still used top down policy to implement program such as disaster mitigation.
Kata Kunci : Pengelolaan Wilayah Kepesisiran, Perencanaan Pembangunan Pesisir, Kota Semarang, Kota Cilacap