KEJANG BERULANG DAN STATUS EPILEPTIKUS PADA ENSEFALITIS SEBAGAI FAKTOR RISIKO EPILEPSI PASCAENSEFALITIS

dr. Nur Laili Muzayyanah, Prof. dr. Sunartini_Hapsara, Ph.D Sp.A(K)

2012 | Tesis | S2 Ked.Klinik/MS-PPDS

Latar Belakang: Epilepsi pascaensefalitis merupakan salah satu komplikasi dari ensefalitis yang sering terjadi serta memerlukan penatalaksanaan jangka panjang dan menurunkan kualitas hidup penderita. Ada beberapa faktor risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis, faktor risiko yang sangat bermakna adalah kejang yang terjadi pada ensefalitis akut. Tujuan: Untuk mengetahui apakah risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis lebih tinggi pada pasien yang mengalami kejang berulang dan status epileptikus pada ensefalitis. Metode: Dilakukan penelitian kasus kontrol pada pasien pascaensefalitis usia 6 bulan-18 tahun. Dua puluh enam pasien dengan diagnosis epilepsi pascaensefalitis sebagai kelompok kasus, 27 pasien pascaensefalitis dengan gejala sisa selain epilepsi atau tanpa gejala sisa sebagai kelompok kontrol. Data klinis subyek selama episode ensefalitis akut didapatkan dari rekam medis pasien saat dirawat di bangsal anak RSUP. Dr. Sardjito, Yogyakarta. Analisis statistik dilakukan dengan uji chi-square pada analisis bivariat dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil: Sebanyak 53 pasien pascaensefalitis menjadi subyek dalam penelitian ini. Sebanyak 41 pasien (77,4 %) usia 6 bulan-5 tahun, 12 pasien (22,6 %) usia 6-18 tahun. Pasien laki-laki sebesar 32 anak (60,4 %), perempuan 21 anak (39,6 %). Kejang berulang selama periode ensefalitis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis (OR 3,6; 95 % CI 1,0-12,7; p<0,05). Status epileptikus pada ensefalitis secara klinis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis, tetapi secara statistik tidak bermakna (OR 2,4; 95 % CI 0,7-8,2; p>0,05). Simpulan: Kejang berulang pada ensefalitis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis. Status epileptikus pada ensefalitis secara klinis meningkatkan risiko terjadinya epilepsi pascaensefalitis, tetapi secara statistik tidak bermakna.

Background: Postencephalitic epilepsy is not a rare complication of acute encephalitis that require longlife treatment and affect quality of life. There are some risk factors for development of postencephalitic epilepsy, the most important one is seizure during acute encephalitis. Objective: To determine the risk of having postencephalitic epilepsy based on the presence of recurrent seizure and status epilepticus during acute phase of encephalitis. Methods: A case-control study was conducted. 26 patients with postencephalitic epilepsy were enrolled as case group, and 27 patients postencephalitic with other sequele or no sequele as control group. The clinical data during acute phase of encephalitis include recurrent seizure and status epilepticus were derived from data of medical records of encephalitis patient in Dr. Sardjito hospital, Yogyakarta. Statistical analysis was done by using chi-square. Logistic regression analysis was done to determine the role of risk factors. Results: Total 53 children were enrolled. Of these, 41 (77,4 %) 6 months-5 years old and 12 (22,6 %) 6-18 years old, 32 (60,4 %) male and 21 (39,6 %) female. The children with recurrent seizure during acute encephalitis had increased risk of developing postencephalitic epilepsy (OR 3,6;95 % CI 1,0-12,7; p<0,05). Clinically, status epilepticus during acute encephalitis had increased risk of developing postencephalitis epilepsy, but statistically not significant (OR 2,4;95 % CI 0,7-8,2; p>0,05). Conclusions: Recurrent seizure during acute encephalitis increasing the risk of developing postencephalitic epilepsy. Clinically, status epilepticus during acute encephalitis had increased risk of developing postencephalitis epilepsy, but statistically not significant.

Kata Kunci : kejang berulang, status epileptikus, epilepsi pascaensefalitis