Laporkan Masalah

UJI DIAGNOSTIK FERITIN SERUM UNTUK DETEKSI DEFISIENSI BESI PADA ANAK BALITA

WINDY SAUFIA APRIYANTI, Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K)

2012 | Tesis | S2 Ked.Klinik/MS-PPDS

Latar Belakang. Defisiensi besi merupakan penyebab anemia terbanyak di dunia. Sebagian besar anak menderita defisiensi besi dan sepertiga anak di dunia menderita Anemia defisiensi besi (ADB). ADB yang merupakan tahap akhir defisiensi besi, menyebabkan menyebabkan keterlambatan perkembangan kognitif dan ketrampilan gerak hingga usia 10 tahun meskipun terapi besi yang adekuat sudah diberikan. Oleh karena itu, guna mencegah dampak buruk tersebut diperlukan deteksi dini defisiensi besi sebelum terjadi ADB. Feritin serum merupakan indikator biokimiawi alternatif yang bisa digunakan untuk mendeteksi defisiensi besi. Tujuan. Mengetahui nilai diagnostik feritin serum untuk mendeteksi defisiensi besi pada anak balita. Metode. Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan rancangan crosssectional, yang dilakukan di POSYANDU kotamadya Yogyakarta dan kabupaten Bantul. Kriteri inklusi dalam penelitian ini adalah anak sehat yang berusia 6 – 59 bulan. Anak yang menderita anemia, infeksi, inflamasi, mendapat terapi besi 3 bulan terakhir, dan kadar feritin serum >140 ug/L di eksklusi. Kadar serum reseptor transferin (sTfR) ≥8,2 ug/L digunakan sebagai baku emas untuk mendiagnosis defisiensi besi. Pada penelitian ini, dilakukan penghitungan nilai diagnostik feritin serum dan Receiver operator curve (ROC) untuk menentukan cut off point feritin serum. Hasil. Prevalensi defisiensi besi ditemukan sebesar 32,2% (29/90), terbanyak ditemukan pada kelompok usia 25 – 59 bulan. Rerata kadar hemoglobin pada kelompok defisiensi besi lebih rendah dibandingkan kelompok tidak defisiensi besi (11,7±0,5 dan 12,2±0,7), rerata kadar sTfR pada kelompok defisiensi besi lebih tinggi dibanding (9,3±1,1 dan 6,2±1,1), tidak ada perbedaan kadar feritin serum antara kedua kelompok (p=0,228). Dalam penelitian ini, feritin serum mempunyai sensitivitas 17%, spesifitas 94% dan NDP 56%. Berdasarkan ROC, ditentukan cut off point feritin serum yang baru yaitu 32,4 ug/L, yang mempunyai sensitivitas dan spesifitas sebesar 62,1% dan 50,8%. Simpulan. Feritin serum mempunyai nilai diagnostik yang kurang baik, sehingga tidak bisa menjadi indikator biokimiawi yang ideal sebagai alat deteksi defisiensi besi pada anak balita..

Background. Iron deficient is the common cause of anemia worldwide. Most of the children suffer from iron deficient and iron deficiency anemia. Iron deficiency anemia cause great impact to cognitive and motoric development in children until 10 years even though iron therapy has been given. Therefore, early detection of iron deficient is highly recommended. Ferritin serum can be used as an alternative tool in detecting iron deficient. Objective. To assess the diagnostic value of ferritin serum in detecting iron deficient among children below five years. Method. A cross sectional diagnostic test was performed in primary health care at Yogyakarta and Bantul. The inclusion criteria were children in the age of 6 – 59 months. Children who suffered anemia, infection, inflammation and treated with iron therapy and ferritin serum >140 ug/L were excluded. The level of serum receptor transferrin (sTfR) ≥8,2 mg/L used for gold standard in determining iron deficient Diagnostic value count from the level of ferritin serum compared to serum receptor transferrin. Receiver operator curve (ROC) was conducted to choose cut off point of ferritin serum. Result. Prevalence of iron deficient was 32,2% (29/90). The highest prevalence found in the age of 25 – 59 months. Mean hemoglobin level in iron deficient children were lower than healthy children (11,7±0,5 and 12,2±0,7), mean sTfR level in iron deficient children were higher than healthy children (9,3±1,1 and 6,2±1,1), there were no significance difference of ferritin serum level between two groups (p=0,228). Sensitivity, specificity and NDP of ferritin serum were 17%, 93% and 56% respectively. Based on ROC, the new cut off point of ferritin serum that was be chosen, was 32,4 ug/L with sensitivity 62,1% and specificity 50,8%. Conclusion. Diagnostic value of ferritin serum was not good enough. Therefore it wasn’t able to be an ideal indicator in detecting iron deficient among children below five years.

Kata Kunci : Defisiensi besi, feritin serum, serum reseptor transferin


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.