WACANA ANTIKOLONIAL DALAM TEKS-TEKS SASTRA MELAYU KLASIK SEBAGAI PERLAWANAN RAKYAT MELAYU TERHADAP KOLONIALISME BELANDA: ANALISIS PASCAKOLONIAL

Bagus Kurniawan, Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno,

2012 | Tesis | S2 Sastra

Keberadaan teks sastra Melayu klasik dipandang memiliki ajaran perang sabil ataupun mengandung visi-visi perlawanan antikolonial. Teks-teks semacam ini oleh penguasa kolonial dianggap dapat membakar semangat dan pembalasan dendam untuk membunuh Belanda. Oleh sebab itu, teks-teks semacam ini oleh pemerintah kolonial Belanda dilarang peredaran dan keberadaannya. Langkah konkret yang dilakukan oleh pemerintah kolonial, teks-teks tersebut disita ataupun kemudian juga dimusnahkan. Mengembangkan alur berpikir di atas, dapat dikatakan terdapat masalah dalam kenyataan di atas, yaitu adanya visi-visi perlawanan rakyat terjajah terhadap kolonialisme yang terdapat di dalam teks-teks sastra Melayu klasik. Dengan demikian, adanya visi perlawanan di dalam teks- teks tersebut menjadi masalah yang mendasari penelitian ini. Melalui tiga pertimbangan yang meliputi, aspek potensi teoretis teks sastra Melayu klasik, aspek keterjangkauan dan efisiensi, dan keunggulan naskah, maka melalui tiga kriteria di atas, dipilih Syair Raja Siak, Syair Perang Mengkasar, Syair Perang Menteng, Syair Perang Kamang, dan Syair Perang Wangkang sebagai objek material penelitian. Sesuai dengan tujuan yang dikemukakan sebelumnya, di dalam penelitian ini teks-teks yang ditetapkan sebagai objek penelitian akan dianalisis untuk mendapatkan suatu deskripsi wacana antikolonial yang ada di dalam teks kajian. Oleh sebab itu, di dalam penelitian ini akan digunakan teori sastra pascakolonial. Teori sastra pascakolonial diaplikasikan sebagai landasan teori untuk mengidentifikasikan dan menguraikan wacana antikolonial yang ada di dalam teks-teks objek penelitian.

This research aims to utter the resistance of colonized people in Malay. Through three considerations which include, aspects of the theoretical potential of classical Malay literature texts, affordability and efficiency aspects, and advantages of the manuscript, then through the three criteria above, elected Syair Raja Siak, Syair Perang Mengkasar, Syair Perang Menteng, Syair Perang Kamang, and Syair Perang Wangkang as the object of research material. The existence of classical Malay literature texts has seen war doctrine Sabil or contains visions anticolonial resistance. Such texts by colonial authorities deemed able to burn the spirit of revenge for the killing and the Netherlands. Therefore, these texts by the Dutch colonial government banned the distribution and existence. Concrete steps undertaken by the colonial government, the texts are then also destroyed or confiscated. Develop the logic above, one can say there is a problem in the above facts, which the visions of colonized people's resistance against colonialism contained in the texts of classical Malay literature. Thus, the vision of resistance in these texts into a problem underlies the studies. In accordance with the objectives set out earlier, in this study set texts as objects of study will be analyzed to obtain a description of the existing anti-colonial discourse in the text of the study. Therefore, in this study will be used post-colonial literary theory. Postcolonial literary theory was applied as a theoretical basis to identify and describe the anticolonial discourse in the texts of the object of research.

Kata Kunci : antikolonial, kesusastraan Melayu klasik, resistensi