PERJALANAN SPIRITUAL DAN DIALOG KULTURAL KEAGAMAAN DALAM NOVEL AL-CHEMIST KARYA PAULO COELHO APLIKASI HERMENEUTIKA IBNU ARABI
MUARIFUDDIN, Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S.
2012 | Tesis | S2 SastraTujuan penelitian ini mengungkapkan paradigma spiritualitas dan solidaritas dalam keberagaman yang terefleksi dalam dialog keagamaan dalam puncak pencapaian tertinggi mahluk manusia sebagai mahluk Tuhan paling sempurna di muka bumi. Objek penelitian ini adalah novel Al-Chemist (1988) karya Paulo Coelho. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan teori hermeneutika Ibnu Arabi sehubungan dengan konsep spiritualitas dan keberagaman serta terori-teori lain sebagai pendukung. Hasil penelitian menunjukan bahwa apabila manusia telah mampu menjalin hubungan yang harmonis kepada sesamanya, alam dan Tuhan, maka dia telah mencapai derajat kemanusiaannya sebagai mahluk sempurnah atau lebih dikenal sebagai insan kamil (Imago Dei). Untuk mencapai derajat kemanusiaan sempurna tersebut harus mampu melewati tahapan-tahapan substansif dan hirarkis. Tahapan-tahapan tersebut yaitu, pertama, Mampu menaklukkan sifat Ego sentris (sifat memandang orang lain berdasarkan standar pemikiran kita bahwa diri sendiri lebih baik dari orang lain atau hal-hal di luar diri kita), kedua, Hijrah, yaitu sifat atau tindakan untuk keluar dari diri atau lingkungan dalam usaha penggemblengan diri baik secara lahiriah maupun batiniah untuk menuju ke arah yang lebih baik atau lebih sempurnah, ketiga, Mahabbah, yaitu sifat kasih sayang pada sesama manusia dengan tidak memandang latar belakang sosial, budaya ataupun sistem kepercayaan, kasih sayang terhadap mahluk ciptaan Tuhan yang lain dan terlebih kasih sayang kepada sang Khalik atau Tuhan sebagai pencipta alam semesta, dan keempat, Insan Kamil (Imago Dei) yaitu tahapan akhir yang dicapai manusia ketika telah masuk dalam fase atau wilayah yang mengenal diri dan Tuhannya dengan berbagai eksistensi-Nya. Kelima, Dialog Keagamaan, merupakan aspek terpenting bagi kehidupan manusia dalam berinteraksi kepada makhluk sesamanya. Dialog keagamaan akan tercipta dengan sendirinya jika manusia mampu memahami kodrat kemanusiaannya, memahami posisinya di alam semesta ini. Dalam novel ini dialog keagamaan terjadi sebagai akibat dari perjalanan spiritual yang bermuara kepada mahabbah yang merupakan sebuah konsep cinta terhadap sesama di atas semua perbedaan yang ada, serta memuncak pada insan kamil (imago dei) yang menyadari posisinya sebagai makhluk yang bertugas melindungi semesta serta memenuhinya dengan cinta. Al-Chemist dengan demikian bermakna sebagai puncak perjalanan spiritual manusia sebagai makhluk sempurna (insan kamil) yang memahami posisinya sebagai makhluk di hadapan makhluk lain di jagat raya ini, terutama di hadapan Tuhan semesta alam yang dalam konsep Islam dikenal dengan khalifah fil ardhi.
This research is aimed at describing the spirituality paradigm and solidarity in diversity reflected in religious dialogue and high level achievement of human being as a perfect living creature in world. The object of this research is a novel entitled Al-Chemist by Paulo Coelho (1988).This research used the theory of Ibnu arabi’s hermeneutic and the concepts of spirituality and diversity as well as another supporting theories. The result of this research shows that when the human being had ability to make harmonious relation to another human being, nature and God, he or she had got achieved his or her high level achievement as a perfect living creature (divine personality/Imago Dei). To reach this therefor, someone must have ability to adaptate him or her self toward substantive and hierarchical steps. These steps are the first, to have ability to subdue egoism (a kind of attitude which regards that one self is better than another living creature ). The second, Hijrah, is to go outside of our self or our circumstance in the effort of making our self whether in body or soul become much better than before. The third, Mahabbah, to have a love and a mercy toward another living creature moreover to God as the creature of the world. And the fourth, Imago Dei, is the last step which is reached by human being to get the high level achievement as the perfect living creature in the world. The fifth, Religious Dialogue, is the highest aspect of human being in their relationship with the other creature in world. It is well-applicable in their life interaction as long as he or she has an ability to recognize his or her position as the leader of this earth. Religious dialogue is the consequency of spiritual path formulated by muhabbah, a concept of love( how to interact well to other creature) which is in turned form the perfect living creature in the world. Al-Chemist thus means as a high level spirituality achievement of human being as a perfect living creature (insan kamil) on this earth which is called as khalifatul fil ardhi in concept of Islam.
Kata Kunci : Hermeneutika, Alkemi, Spiritualitas, Insan Kamil (Imago Dei), toleransi.