SIFAT PEREKATAN KAYU MAHONI (Swietenia macrophylla) SETELAH PERLAKUAN PANAS

Muhammad Fadli Irawan, Dr. Ragil Widyorini, S.T., M.T.

2012 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sifat perekatan kayu mahoni hutan rakyat setelah diberi perlakuan panas. Metode perlakuan panas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode termal dan hidrotermal yang menggunakan suhu 120 ºC, 150 ºC dan 180 ºC dengan waktu perlakuan selama 1 dan 2 jam. Perlakuan hidrotermal dilakukan dengan memanaskan contoh uji kayu mahoni di dalam autoclave yang berisi air, sedangkan pada perlakuan termal contoh uji dipanaskan dalam oven. Semua contoh uji kayu mahoni yang telah mendapat perlakuan panas kemudian dikondisikan selama 2 minggu hingga mencapai kering udara. Selain contoh uji yang diberi perlakuan, dipersiapkan pula contoh uji tanpa perlakuan dalam kondisi kering udara yang turut diuji sebagai kontrol. Pengujian yang dilakukan adalah keteguhan rekat, kerusakan kayu, sifat fisika dan mekanika kayu mahoni. Bahan baku kayu mahoni yang digunakan adalah kayu mahoni hutan rakyat yang diperdagangkan di daerah Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi perlakuan panas yang digunakan memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada sifat kayu mahoni tersebut. Interaksi antara metode, suhu dan waktu perlakuan ternyata tidak memberikan pengaruh nyata pada sifat perekatan kayu mahoni. Faktor metode memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air kering udara, perubahan warna, higroskopisitas, keteguhan lengkung statik (MOR), modulus elastisitas (MOE) serta berpengaruh nyata pada berat jenis kayu mahoni. Faktor suhu memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kadar air kering udara, berat jenis, perubahan warna, MOR dan MOE kayu mahoni. Peningkatan suhu dan waktu perlakuan memberikan penurunan pada kadar air kering udara, berat jenis, dan tingkat kecerahan kayu mahoni. Kayu mahoni hasil perlakuan termal memiliki nilai mekanika yang lebih tinggi dibandingkan dengan kayu tanpa perlakuannya, sedangkan kayu hasil perlakuan hidrotermal sebaliknya. Keteguhan rekat kayu mahoni hasil perlakuan memiliki nilai rerata total lebih rendah dibandingkan dengan kayu tanpa perlakuannya. Nilai keteguhan rekat semakin menurun dengan peningkatan suhu dan waktu perlakuan. Nilai keteguhan rekat tertinggi berasal dari perlakuan hidrotermal suhu 120ºC selama 1 jam yaitu sebesar 132,6 kg/cm2, sedangkan yang terendah berasal dari perlakuan termal suhu 180ºC selama 2 jam yaitu sebesar 78,66 kg/cm2. Perlakuan optimal diperoleh dari perlakuan suhu 150ºC selama 2 jam yang menghasilkan nilai keteguhan rekat, kerusakan kayu, MOR, MOE, kadar air kering udara dan berat jenis masing-masing yaitu sebesar 125,85 kg/cm2, 93,21%, 968 kg/cm2, 77.496 kg/cm2, 9,42% and 0,504.

This research focused on the adhesion properties of mahagony wood from forest community after heat treatment process. There were two methods of heat treatment which applied in this study, i.e thermal and hydrothermal methods. The treatment temperatures were 120 ºC, 150 ºC and 180 ºC for 1 and 2 hours. In the hydrothermal process, the specimens were heated in an autoclave containing water, while in the thermal process, the specimens were heated in an oven. After the heat treatment process the specimens were then conditioned for 2 weeks until air-dry condition. In addition , untreated specimens were also prepared as controls. The test parameters were shear strength, physical and mechanical properties of untreated and heat-treated woods. Raw materials used in this study were mahogany wood that obtained from community forest wood in the Yogyakarta area. The result showed that the variation of heat treatment gave different effect on the mahogany properties. The interaction between method, temperature and treatment time did not significantly affect the adhesion properties. Heat treatment method affected very significantly on the moisture content, color changes, hygroscopicity, modulus of rupture, modulus of elasticity and density of mahogany. Treatment temperature gave significant effect on the moisture content, density, color changes, modulus of rupture and modulus of elasticity of mahogany. The increasing of temperatures and heating times for thermal and hydrothermal methods resulted the decreasing of water content, density and brightness values of the treated wood. The thermal method provided the value of mechanical properties higher than untreated wood. However, the hydrothermal method provided the value of mechanical properties lower than untreated wood. Adhesion shear strength of the treated woods were lower than that of untreated wood. The values of adhesion shear strength decreased with the increasing of temperature and treatment time. The highest and lowest adhesion shear strength values of treated wood were 132.6 kg/cm2 and 78.66 kg/cm2 respectively, whereas untreated wood was 128.5 kg/cm2. The optimal treatment of mahagony wood was thermal method which treated at 150 ºC for 2 hours that provided the adhesion shear strength, wood failure, modulus of rapture, modulus of elasticity, moisture content and specific of gravity were 125.85 kg/cm2, 93.21%, 968 kg/cm2, 77,496 kg/cm2, 9.42% and 0.504, respectively.

Kata Kunci : kayu mahoni, termal, hidrotermal, sifat perekatan.