PENAMPILAN DIAGNOSTIK HEMOGLOBIN A1c UNTUK DIAGNOSIS DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA POPULASI DENGAN FAKTOR RISIKO

YUNI KUSUMA HARTATIK, dr. Windarwati, M.Sc, SpPK(K)

2012 | Tesis | S2 Kedokteran Klinik

Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit kronik yang sering tidak terdiagnosis dan tidak disadari oleh penderita serta menimbulkan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yang dapat dicegah dengan penanganan sejak dini. Oleh karena itu diperlukan diagnosis seawal mungkin dengan alat diagnostik yang valid dan reliabel. Hemoglobin A1c ≥6,5% merupakan salah satu kriteria diagnosis diabetes melitus tipe 2 menurut ADA 2010 dan direkomendasikan oleh WHO pada 2011. Pemeriksaan ini lebih nyaman, cepat dan tidak memerlukan persiapan khusus dibandingkan dengan parameter diagnosis lain yaitu gula darah puasa. Dari penelitian sebelumnya didapatkan perbedaan nilai cutoff HbA1c pada beberapa populasi yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh ras dan etnis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penampilan diagnosis HbA1c dan menentukan nilai cutoff HbA1c untuk diagnosis diabetes melitus tipe 2 pada populasi dengan faktor risiko di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang dan merupakan uji diagnosis dengan TTGO sebagai baku standar. Subyek penelitian adalah penduduk di kecamatan Gondokusuman, Banguntapan dan Condong Catur yang memiliki faktor risiko diabetes melitus tipe 2. Pemeriksaan HbA1c menggunakan alat dengan metode HPLC (BioRad D-10). Sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, akurasi dan likelihood ratio dihitung dengan tabel 2x2. Analisa kurva ROC dilakukan menggunakan program SPSS. Penelitian dilakukan pada 235 subyek. Pemeriksaan HbA1c dengan cutoff 6,3% pada individu risiko tinggi diabetes melitus tipe 2 diharapkan dapat memberikan sensitivitas dan spesifisitas setidaknya 90% untuk diagnosis diabetes melitus tipe 2 di Yogyakarta, sehingga penatalaksanaan dapat diberikan seawal mungkin untuk mencegah timbulnya komplikasi.

Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease that often goes undiagnosed and is not recognized by the patient and cause microvascular and macrovascular complications that can be prevented with early treatment. Therefore we need a diagnosis as early as possible with a valid and reliable diagnostic tool. Hemoglobin A1c ≥ 6.5% is one of the criteria for the diagnosis of type 2 diabetes mellitus according to ADA 2010 and recommended by WHO in 2011. This assay is more convenient, faster and requires no special preparation in comparison with other diagnostic parameters, fasting blood glucose. From previous studies found differences in HbA1c cutoff value in some populations that are likely to be influenced by race and ethnicity. The purpose of this study was to test the appearance of HbA1c diagnosis and determine the cutoff value of HbA1c for the diagnosis of type 2 diabetes mellitus in a population with risk factors in the DIY Province. This study used a cross-sectional design and is a diagnostic test with TTGO as gold standard. Subjects were resident in the district Gondokusuman, Banguntapan and Condong Catur who have risk factors for type 2 diabetes mellitus. Examination of HbA1c using HPLC method (Biorad D10). Sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value, accuracy and likelihood ratio was calculated with a 2x2 table. ROC curve analysis performed using SPSS. The study was conducted on 235 subjects. Examination of HbA1c by 6.3% cutoff on individuals at high risk of type 2 diabetes mellitus is expected to provide sensitivity and specificity of at least 90% for the diagnosis of type 2 diabetes mellitus in Yogyakarta, so that management can be provided as early as possible to prevent complications.

Kata Kunci : diabetes melitus tipe 2, HbA1c, uji diagnosis