KAJIAN PENGELOLAAN SEDIMEN SUNGAI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI 2010
Jati Iswardoyo, Prof. Ir. Djoko Legono, Ph.D
2012 | Tesis | S2 Mag.Pengl.Bencana AlamGunung Merapi kembali meletus pada tanggal 25, 26 dan 29 Oktober 2010 serta letusan terbesar pada tanggal 5 November 2010, dinihari. Letusan ini mengeluarkan material yang diperkirakan berjumlah 40 juta m 3 , dalam berbagai bentuk, yang mengarah ke Sungai Gendol. Di Sungai Gendol telah dibangun fasilitas bangunan dam sabo sebanyak 22 buah sampai tahun 2011, dengan total kapasitas penampungan 1,2 juta m 3 . Dari kesenjangan antara pasokan sedimen dan kemampuan bangunan dam sabo, maka diperlukan kajian dalam pengelolaan sedimen dengan mempertimbangkan keberadaan dam sabo. Letusan berdampak pada penampang yang melebar dan kenaikan kemiringan dinamik, sehingga beban sedimen pada bangunan dam sabo meningkat, dimana melebihi kapasitas rencana dari dam sabo, baik kapasitas Volume Tertahan akibat aliran piroklastik (Vh1), Volume Control (Vc), Volume Dead Storage (Vds) dan Volume Tertahan di dasar Sungai (Vh2). Dampak selanjutnya adalah bahwa, limpasan yang mengalir sepenuhnya dipengaruhi oleh curah hujan saja yang memicu volume sedimen terangkut yang masuk ke hulu bangunan dam sabo (Vs). Didapatkan nilai Vs kumulatif sepanjang sungai Gendol tiap Kala Ulang, sebesar 283.604,38m 3 (1thn), 586.524,27 m 3 (2thn), 706.522,93 m 3 (5thn), 776.826,32 m 3 (10thn), 857.879,77 m 3 (25thn), 913.663,71 m 3 (50thn) dan 966.151,88 m 3 (100thn). Salah satu usaha non struktural yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi bahaya banjir lahar adalah normalisasi. Definisi Normalisasi dalam tulisan ini adalah usaha pengambilan sedimen dengan tujuan mengembalikan fungsi bangunan dam sabo, dalam menahan, menampung dan mengendalikan sedimen, agar sedimen tidak melimpas ke arah luar sungai dan menimbulkan bencana. Kajian didasarkan oleh rumus keseimbangan sedimen Shimoda (1995) dengan menggunakan variabel normalisasi fungsi bangunan dam sabo dan hujan rencana dengan kala ulang. Skema Normalisasi terdiri dari lima skenario yaitu Alami/Tanpa Normalisasi, Normalisasi pada Vh1, Normalisasi pada Vc, Normalisasi pada Vds, dan Normalisasi pada Vh2. Sedangkan variasi hujan rencana menggunaan Kala Ulang 1, 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 thn. Kajian menghasilkan kesimpulan bahwa normalisasi dapat dipilih sebagai rekayasa teknis struktural untuk pengelolaan sedimen. Selanjutnya, normalisasi ulang dapat diindikasikan dari intensitas curah hujan dan jumlah hujan yang terjadi, dengan tetap memperhatikan keadaan yang terjadi di lapangan, terkait hujan, aktivitas penambangan dan kondisi dam sabo.
Mount Merapi erupted again on the 25th, 26th and October 29th, 2010 and the largest eruption on the dawn of 5 November 2010. This eruption released material which was estimated at 40 million m 3 , in various forms, come to Gendol River. In Gendol River has built facilities sabo dam building as many as 22 dams untill 2011, with a total storage capacity of 1.2 million m 3 . Of the gap between the supply of sediment and the ability of sabo dam construction, it is necessary to study the sediment management taking into account the existence of sabo dam. Eruption affects a wide cross-section and increase the slope of the dynamic, so the sediment load in the sabo dam construction to increase, which exceeded the plan capacity of the sabo dams, both volume capacity due to pyroclastic flows suspended (VH1), Volume Control (Vc), Dead Storage Volume (Vds ) and Volume which held at the bottom of the River (Vh2). The next impact is that runoff flowing entirely rainfall only, influenced by the volume of sediment transported triggers that go into upstream sabo dam construction (Vs). The cumulative value of Vs obtained along the river Gendol each return period, amounting 283,604.38 m3 (1y), 586,524.27 m3 (2y), 706,522.93 m3 (5thn), 776,826.32 m3 (10y), 857,879.77 m3 (25y) , 913,663.71 m3 (50y) and 966,151.88 m3 (100y). One of the non-structural efforts that have been done by the government in managing with floods of lava is the normalization. Definition of normalization in this paper is an attempt to capture sediments with the aim of restoring the function of sabo dam building, in the hold, accommodate and control sediment, no come to outward river and influance to disaster. The review was based on sediment balance formula Shimoda (1995) by using a variable normalization function sabo dam building and return period of rainfall. Normalization scheme consists of five scenarios, namely Natural / Without normalization, normalization on VH1, the Vc Normalization, Normalization at Vds, and Normalization on Vh2. While the plan uses a variation of return period, there are 1, 2, 5, 10, 25, 50 and 100 yr. The review concluded that the normalization can be chosen as the technical structural engineering for sediment management. Furthermore, the re-normalization can be indicated from the intensity of rainfall and the amount of rain that occurred, with due regard to the circumstances that occurred in the field, related to rainfall, mining activities and conditions of sabo dam.
Kata Kunci : pengelolaan sedimen, fungsi dam sabo, skema normalisasi