ANALISIS WACANA NASKAH PIDATO INTERNASIONAL SBY: TINJAUAN LINGUISTIK KRITIS
ANGGARA JATU KUSUMAWATI, Dr. F.X. Nadar, M.A.
2012 | Tesis | S2 LinguistikPencitraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya melalui pidato internasional. Melalui cara ini, konstruksi realitas, citra diri, opini publik, dan pemaknaan baru atas peristiwa dapat terbentuk melalui tahapan argumentasi dalam pidato. Berdasarkan sudut pandang linguistik kritis, pemakaian kata, susunan kalimat, dan bentuk kalimat dalam wacana naskah pidato tidak dipandang semata sebagai persoalan teknis tata bahasa atau linguistik, tetapi mempunyai tujuan tertentu yaitu menunjukkan kemahiran berbahasa. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan struktur naskah pidato internasional Presiden SBY, 2) mendeskripsikan tata naskah pidato internasional Presiden SBY, 3) mendeskripsikan penggunaan tata bahasa naskah pidato internasional Presiden SBY serta kaitanya dengan pembentukan citra diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan linguistik kritis yang diungkapkan oleh Fowler (1979) via Young dan Harrison (2004: 3) yang menitik beratkan pada dua metafungsi Systemic Functional Linguistics Halliday yaitu fungsi „ideasional‟ dan fungsi „tekstual‟. Sumber data dalam penelitian ini adalah sembilan naskah adipilih, dicatat, dan diidentifikasi berdasarkan rumusan masalah yang ada. Pada tahapan analisis data, kerangka analisis Norman Fairclough digunakan sebagai dasar analisis. Menurut pembatasan metafungsi SFL Halliday, hanya dua tataran analisis Fairclough yang diambil, yaitu tataran tekstual dan tataran praktik sosial. Selain itu, studi pustaka yang relevan tentang kajian yang berhubungan dengan analisis wacana naskah pidato internasional presiden dilakukan dalam rangka mendapatkan hasil analisis yang detail dan lengkap. Berdasarkan analisis data, ada beberapa hasil penelitian yang dapat digarisbawahi, yaitu pertama struktur naskah pidato internasional Presiden SBY memiliki tiga bagian, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Ketiga bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing. Kedua, tata naskah pidato internasional terdiri unsur-unsur pembentuk keutuhan dan kepaduan teks, seperti penggunaan tanda baca yang tepat, pemilihan bentuk kata yang cermat, penggunaan kalimat yang efektif, serta penggunaan tanda kohesi yang seksama. Ketiga, penggunaan tata bahasa yang ditinjau dari segi aspek pilihan kata, aspek klausa dan kalimat, aspek figuratif, dan perubahan pola klausa menjadi sarana untuk makna tertentu berdasarkan siapa pengguna dan efek psikologis yang ditimbulkan kepada pendengar, sehingga secara maksimal dapat mengungkapkan maksud pembicara dan membantu mendeskripsikan dengan baik argumentasi yang disampaikan. Ketiga hasil penelitian tersebut merupakan usaha dalam rangka pembentukan citra diri Presiden SBY yang memiliki kemahiran berbahasa. Usaha ini dilakukan agar dapat menarik simpati dunia internasional sehingga dapat memperlancar urusan kerja sama yang sedang berlangsung.
President Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) image building can be represented through many ways, one of them reflected on his international speeches. On this way, argumentation phases in the speeches can form social construct, self-image, public opinion, new meaning and world-view. Based on critical linguistic point of view, word choice, sentence arrangement, and sentence pattern on speeches show a language expertise. This research aims at 1) describing the structure of SBY international speeches, 2) describing text arrangement of SBY international speeches, 3) describing grammar used of SBY international speeches related with self-image building. This research uses critical linguistics approach proposed by Fowler (1979) via Young and Harrison (2004: 3) which focuses on two metafunctions of Systemic Functional Linguistics Halliday, ideational and textual function. The source of data are nine texts of SBY‟s international speech in the year of 2011 chosen based on some criteria; updated topics, variation of topics, and abundant data. Then, data are chosen, noted, and identified based on formulation of the problems. On data analysis, Norman Fairclough framework applied in analyzing the data. Based on limitation of Halliday‟s metafunction, only were two levels chosen; textual analysis and social practice analysis. Besides, relevant studies were done to get detail and complete explanation. Based on data analysis, there are some results that can be emphasized; first, the structure of SBY international speeches has three main parts, opening, body/content, and closing. These three parts have their own function. Second, the text arrangement of SBY international speeches consists of elements forming text unity and cohesiveness, such as correct punctuation, accurate choice of word, effective sentence, and cohesion ties. Third, the grammar seen from word choice, clause and sentence element, figures of speech, pattern of clause change are means to convey new meaning based on who is the speaker and psychological effect shown to listeners. Thus, it can reveal the speaker purpose extensively and help to describe argumentative phase on speeches. Those three results of research are efforts to build SBY self-image on language expertise. On this way, SBY can attract sympathy, therefore international cooperation can run smoothly.
Kata Kunci : wacana naskah pidato internasional, pencitraan, linguistik kritis, struktur, tata naskah, tata bahasa