MAKNA RELASI TRADISI BUDAYA MASYARAKAT MADURA DALAM PERSPEKTIF ONTOLOGI ANTON BAKKER DAN RELEVANSINYA BAGI PEMBINAAN JATIDIRI ORANG MADURA
AINURRAHMAN HIDAYAT, Prof. Dr. Lasiyo, M.A., M.M.
2012 | Disertasi | S3 Ilmu FilsafatSetiap orang Madura memiliki aspek relasi sebagai struktur inti dalam dirinya dengan ciri khas makna relasi yang berbeda dengan masyarakat lain yang juga khas. Salah satu aktualisasi makna relasi adalah tradisi budaya masyarakat Madura. Tujuan penelitian ini, yaitu pertama, untuk merumuskan makna relasi tradisi budaya masyarakat Madura dalam struktur ontologis transendental. Kedua, untuk merumuskan hakikat relasi tradisi budaya masyarakat Madura dalam norma ontologis transedental. Ketiga, untuk merumuskan makna relevansi relasi tradisi budaya masyarakat Madura sebagai prinsip pertama dengan pembinaan jatidiri orang Madura. Disertasi ini menggunakan penelitian pustaka dengan objek formal ontologi Anton Bakker. Objek material adalah tradisi budaya masyarakat Madura berupa tradisi carok, rokat tase', dan samman. Cara analisis data yang dipakai adalah hermeneutika-filsafati dengan unsur metodis deskripsi, komparasi, dan refleksi. Hasil penelitian adalah relasi tradisi budaya masyarakat Madura dalam struktur ontologis transedental bermakna sosio-kultursentrisme. Tradisi budaya masyarakat Madura dalam struktur yang bipolar berpusat pada aspek kesepakatan aturan bersama dalam kehidupan sosial, baik relasi dengan sesama, alam maupun relasi dengan Tuhan. Aspek kesepakatan aturan bersama (aspek sosial) selalu dihadirkan dan dijadikan salah satu penyeimbang dalam relasi tradisi budaya masyarakat Madura. Relasi tradisi budaya masyarakat Madura secara hakiki sebagai prinsip pertama. Relasi merupakan titik pangkal dan titik akhir realitas dalam tradisi budaya masyarakat Madura dengan harmoni dan disharmoni sebagai norma ontologis transedental. Relasi dijadikan tolak ukur untuk menilai kebenaran setiap pola pikir, sikap, dan perilaku dalam tradisi budaya masyarakat Madura. Relevansi relasi tradisi budaya masyarakat Madura sebagai prinsip pertama dengan pembinaan jatidiri orang madura merupakan tempat berpijak dalam proses internalisasi dan kristalisasi jatidiri orang madura. Relasi sebagai titik pangkal memuat arti, bahwa hasil pengembangan dan pembinaan jatidiri orang madura diasalkan dari makna relasi sebagai prinsip pertama. Relasi sebagai titik akhir memuat arti, bahwa proses perkembangan, pengembangan, dan pembinaan jati diri orang madura dikembalikan pada makna relasi sebagai prinsip pertama.
Every Maduranese has relation as core structure in itself with the characteristics of relation meaning being different from the other ones and among other thing actualized in its folks. The objectives of research are firstly, to formulate relation meaning in Madura folks of ontological transcendental structure; secondly, to formulate essence of relation in Madura folks of ontological transcedental norm; thirdly, to formulate relevance meaning of relation in Madura folks as main principle to develop Madura identity. Dissertation employed library research of Anton Bakker ontology as formal object and Madura folks is its material object, that is to say, carok (homicide), rokat tase' (fishermen ceremonials), and samman (Islamic recitals). Method used in this research is hermeneutics for description, comparison, and reflection. This research came to conclude that relation of Madura folks in ontological transcendental structure signifies based socio-culture. Madura folks constituted bipolar structure centered upon unanimity rule of social life, that is, relationship with each other, nature, and God. Unanimity rule aspect is presented and made one of balancing Madura folks. The relation in Madura folks essentially is main principle. It is the starting and end points of reality in Madura folks, which harmony and disharmony are served as ontoligical transcendental norm. It is a measure to assess the truth of any mindset, attitude, and behaviour in Madura folks. Relevance of relation in Madura folks as main principle to develop Madura identity constitutes standpoint in internalizstion and crystallization of Madura identity. The relation as starting points means that the result of development and perpetuation of Madura identity is proceed from relation meaning as main principle. The relation as end points means that development, elaboration, and perpetuation of Madura identity are returned to relation meaning as main principle.
Kata Kunci : Tradisi budaya Madura, Ontologi, Harmoni-Disharmoni