ANALISIS RESIKO BAHAYA KEBAKARAN DAN METODE MENGATASINYA PADA PEMUKIMAN PADAT (Studi kasus : Pemukiman Gondokusuman)
R. Bambang Prambudi Hery Yuliarso, ST, Prof. Ir. Radianta Triatmadja, Ph.D.
2012 | Tesis | S2 Mag.Pengl.Sarana PrasarnPerumahan atau pemukiman yang padat menempati urutan tertinggi terjadinya kebakaran di Indonesia dibandingkan dengan bangunan lainnya. Hal ini disebabkan oleh beban api yang tinggi dan juga kepadatan bangunan yang tinggi. Pemukiman Klitren Lor memiliki tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, jarak antar bangunan rumah yang berderet sebagian besar hampir tidak ada. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kesiapan Kantor Penanggulangan Kebakaran Kota, mengetahui kondisi umum pemukiman Klitren Lor terkait bahaya kebakaran, menganalisis resiko bahaya kebakaran di wilayah pemukiman padat Gondokusuman untuk mendapatkan kebutuhan air yang diperlukan dalam pemadaman kebakaran pada volume bangunan tertentu dan merencanakan jaringan pipa untuk sistem hidran pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan survey untuk mengetahui kondisi umum pemukiman Klitren Lor terkait dengan potensi bahaya kebakaran, kesadaran warga terhadap resiko kebakaran, pengetahuan warga terhadap bahaya kebakaran dan penyebabnya, sistem penanggulangan, tingkat kepadatan bangunan dan titik-titik kritis terhadap resiko bahaya kebakaran. Setelah titik-titik kritis tersebut didapatkan dicari titik terkritis sebagai acuan dalam menentukan volume bangunan yang diperlukan dalam analisis resiko bahaya kebakaran pada titik tersebut. Titik-titik kritis juga sebagai acuan dalam menempatkan hidran halaman. Dari lokasi hidran-hidran tersebut dibuat perencanaan jaringan pipa dengan sumber air dari Sungai Mambu dengan kebutuhan air 38 l/s pada satu hidran. Dari hasil penelitian dan analisa didapatkan : pengetahuan warga di lokasi penelitian menyangkut bahaya kebakaran dan penyebabnya adalah baik. Kepadatan bangunan sebesar 83,46%. Analisis resiko bahaya kebakaran yang dilakukan pada lokasi penelitian mendapatkan kebutuhan pasokan air pada volume bangunan di titik terkritis sebesar 19.500 liter, dan dimensi tangki direncanakan dengan ukuran 10 x 10 x 3 m. Sistem hidran yang direncanakan hanya mampu melayani satu titik hidran. Pipa besi yang dibutuhkan dalam sistem ini adalah pipa 4 inc sepanjang 271,35 m dan pipa 3 inc sepanjang 673 m. Energi relatif pada hidran di lokasi titik terkritis sebesar 114,337 m atau 11,216 bar.
Densed settlement or housing areas are at the top rank of fire incidents in Indonesia. This is due to both high fire load and the density of tall buildings. Klitren Lor settlement is one of the areas with high density of buildings. There is almost no space between houses. The objective of this study is to identify the readiness of the Fire Fighter Office of the City, to identify the general condition of Klitren Lor related to the fire hazard, to analyze the risk of fire hazard in Gondokusuman in order to obtain water required for fighting fire in certain building volume and to plan the pipe network for the hydrant system on site. Survey carried out in this research was to identify the general condition of Klitren Lor settlement area in relation to the fire hazard potential, the people’s awareness upon the risk of fire hazard, the people’s knowledge on fire hazards and the causing factors, the countermeasure system, the level of building density and the critical points of the fire hazards. After such critical points were obtained, the most critical point was identified and used as the reference in determining the building volume in the analysis of fire hazard risks for the particular point. Critical points were also used as reference to put the yard hydrant. Based on the hydrants location, a pipe network design was made with water taken from Sungai Mambu and water demand of 38 l/s for each hydrant. Results of this research showed that the people's knowledge upon the fire hazard and its causing factors was good. The buildings density was 83.46%. The risk analysis of fire hazard carried out in the research location indicated that water demand for buildings at the most critical points was 19.500 liter, with planned tank dimension of 10 x 10 x 3 m. The planned hydrant system was only capable to serve one hydrant point. Iron pipes required in such system were a 4 inch pipe in 271.35 m length and a 3 inch in 673 m length. Relative energy at the hydrant in the most critical location was 114,337 m or 11,216 bars.
Kata Kunci : analisis resiko bahaya kebakaran, hidran halaman, jaringan pipa