Laporkan Masalah

PENGEMBANGAN KOMODITAS BATIK: DETERMINASI BUDAYA EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR POLITIK (KEBIJAKAN) TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA EKONOMI LOKAL (STUDI TENTANG PENGUSAHA BATIK LAWEYAN SURAKARTA)

Erma Setiawati, Prof. Dr. Irwan Abdullah

2012 | Disertasi | S3 STUDI KEBIJAKAN

Batik merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia yang mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia dan mempunyai keunggulan komparatif dibidang ekonomi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lokasi penelitian ini di lakukan di kampoeng batik Laweyan yang merupakan kampoeng batik tertua dan menjadi pusat industri batik tradisional di Indonesia. Berdasarkan perkembangan batik Laweyan, yang sampai saat ini dapat mempertahankan usahanya maka tujuan penelitian pertama adalah untuk mengetahui ciri khas budaya ekonomi dan sekaligus melihat dasar sosial budaya dimana kegiatan ekonomi itu berlangsung, kedua untuk menjelaskan perkembangan perdagangan batik berlangsung dengan didukung peluang-peluang ekonomi informal seperti hubungan-hubungan social yang bersifat ekonomi dengan mengandalkan trust , perubahan struktur politik (kebijakan) saat ekonomi berkembang mendorong berkembangnya usaha batik Laweyan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi . Dimana pendekatan ini merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sekelompok social tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya. Informan tersebut terdiri dari: bekas pengusaha, pengusaha dan anak pengusaha, tokoh batik, pegawai pemerintah yaitu dari Disperindag, Disparta, kelurahan Laweyan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) ciri khas budaya ekonomi pengusaha batik Laweyan mempunyai ciri tersendiri yaitu budaya ekonomi bazar dengan hubungan sosial bersifat resiprositas , 2) tindakan ekonomi mensituasikan secara social melekat dalam jaringan social personal yang sedang berlangsung diantara unitunit usaha berdasarkan trust 3) Adanya kebijakan pemerintah tentang bantuan dana untuk pengembangan batik Laweyan yang tertuang dalam UU No.25 tahun 1999 dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Dana Perimbangan, yaing mana memegang peranan penting dalam mengantisipasi era perdagangan bebas. Penelitian ini merekomendasikan : (1) Kepada pengusaha batik Laweyan, untuk mempertahankan eksistensi usahanya maka sebaiknya banyak melakukan inovasi-inovasi terhadap produk batik dengan merespon permintaan pasar, (2) Kepada Pemerintah, dalam mendukung pengembangan batik Laweyan melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya diharapkan dapat lebih teliti lagi, sehingga ada kesinkronkan antara aspirasi pengusaha batik laweyan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah.

Batik is an Indonesian national culture characteristic that gained recognition from UNESCO as world cultural heritage and has a comparative advantage in the economic field, which is expected to increase social welfare. Research sites is done at kampoeng batik batik kampoeng Laweyan which is the oldest and the center of the traditional batik industry in Indonesia. Based on the development of batik Laweyan, which until recently could sustain their business then the first research objective was to determine the economic and cultural characteristics as well as basic socio-cultural view in which economic activity took place, both to explain the development of batik trade takes place with the support of informal economic opportunities such as social relationships that are economic to rely on trust, changes in political structures (policy) as a developing economy to encourage the development of business Laweyan batik. The research method used is qualitative research with an ethnographic approach. Where this approach is a very in-depth study of the behavior that occurs naturally in a particular culture or social group to understand a particular cultural perspective of the perpetrators. Informants include: former employers, entrepreneurs and young entrepreneurs, batik figures, government officials are of Disperindag, Disparta, Laweyan village. The results showed that 1) the characteristic of batik entrepreneurs economy culture has its own characteristics which Laweyan cultural bazaar economy with social relationships is reciprocity, 2) situate the social economic action embedded in personal social network is in progress between the business units based on trust 3) government policy on financial assistance for the development of batik Laweyan contained in the Act No.25 of 1999 and Law no. 33 of 2004 on the Fund Balance, yaing which plays an important role in the anticipated era of free trade. The study recommends: (1) To the Laweyan batik entrepreneurs, to maintain its existence then you should do a lot of innovations in batik products to respond to market demand, (2) To the Government, in supporting the development of batik Laweyan through policies that are expected to be made more carefully, so that there is between the aspirations of entrepreneurs kesinkronkan Laweyan batik with the policies set by government.

Kata Kunci : Budaya ekonomi, strategi pengusaha, kebijakan pemerintah, batik Laweyan.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.