Laporkan Masalah

AKTIVITAS FISIK DAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA REMAJA

Yane Tambing, Prof. dr. H. M. Hakimi, SpOG(K), PhD

2012 | Tesis | S2 Kesehatan Masyarakat/KIA

Latar Belakang: Sindrom premenstruasi (PMS) merupakan permasalahan kesehatan yang dialami oleh jutaan wanita umur produktif menjelang menstruasi. Berdasarkan etiologi, PMS yang dapat menggangu kualitas hidup remaja baik secara psikologi maupun terhadap pendidikannya, belum dapat diketahui secara pasti. Salah satu faktor yang dicurigai sebagai pemicu terjadinya PMS dapat berupa perilaku aktivitas fisik. Dari alasan tersebut peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah aktivitas fisik yang rendah berisiko menyebabkan terjadinya PMS. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian sindrom premenstruasi. Metode Penelitian: Jenis penelitian observasional dengan rancangan kasus kontrol. Subjek penelitian adalah siswi kelas X dan XI di SMAN 1 dan SMKN 3 Purworejo yang berjumlah 148 orang. Proses penetapan subjek melalui dua tahapan yakni tahap skrining dan tahap observasi kasus dan kontrol. Data primer yang dikumpulkan diperoleh melalui kuesioner dan pengisian daftar recall aktivitas 7 x 24 jam. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square serta analisis multivariate dengan menggunakan permodelan regresi logistik. Hasil: Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna baik secara statistik maupun secara praktis antara aktivitas fisik dan sindrom premenstruasi. Remaja yang aktivitas fisiknya rendah berisiko 4,59 kali (CI 1.97-10.70) mengalami sindrom premenstruasi dibandingkan remaja yang aktivitas fisiknya tinggi setelah mempertimbangkan faktor stres. Kesimpulan: Aktivitas fisik yang rendah meningkatkan risiko kejadian sindrom premenstruasi.

Background: Premenstrual syndrome (PMS) is a health problem commonly encountered by millions of age productive women prior to menstruation. Etiologically, PMS that can disrupt quality of life of teenagers either physiologically or educationally is still unknown. One factor suspected as a trigger for the incidence of PMS is physical activity. This is the reason why the researcher wants to further study whether low physical activity brings risk for the incidence of PMS. Objective: To identify association between physical activity and the incidence of PMS. Method: The study was observational with case control design. Subject of the study were female students of grade X and XI at SMAN 1 and SMKN 3 Purworejo as many as 148 students. The subject was identified in two phases, screening and observation of cases and control. Primary data were obtained through questionnaire and recall checklist 7x24 hours. Data analysis used univariate with frequency distribution, bivariate with chi square and multivariate with logistic regression model. Result: The result of bivariate analysis showed there was significant association either statistically or practically between physical activity and PMS. Teenagers with low physical activity had risk 4,59 times greater for having PMS than those with high physical activity (CI 1.97-10.70) after adjusted stress. Conclusion: Low physical activity increased risk for the incidence of PMS.

Kata Kunci : sindrom premenstruasi (PMS), Aktivitas fisik, dan remaja.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.