Laporkan Masalah

STUDI KERAWANAN SEISMIK KECAMATAN TEMON, WATES, DAN PANJATAN, KABUPATEN KULONPROGO

Deasy Rimanda Cahyaningtyas, Prof. Dr. Kirbani Sri Brotopuspito

2012 | Tesis | S2 Geo-Informasi untuk Manajemen Bencana

Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten dengan tingkat perkembangan yang pesat. Isu-isu strategis berkaitan dengan bandar udara internasional baru, Pelabuhan Tanjung Adikarto, dan Jalan Jalur Lintas Selatan (JJLS) menjadi rencana besar berkaitan dengan perkembangan ekonomi. Pembuatan peta tingkat kerawanan gempabumi diperlukan sebagai penunjang studi kelayakan terkait dengan pembangunan fasilitas strategis yang telah disebutkan. Tiga kecamatan kemudian dipilih, yaitu Kecamatan Temon, Wates, dan Panjatan, sebagai daerah penelitian yang menjadi lokasi strategis pembangunan. Penelitian terkait tingkat kerawanan gempabumi meliputi kondisi efek lokal dan peta tingkat kerawanan gempabumi. Kondisi efek lokal meliputi: geologi, geohidrologi, nilai amplifikasi, nilai frekuensi dominan, dan nilai kecepatan gelombang shear. Empat jenis peta tingkat kerawanan gempabumi dibuat: (1) Peta mikrozonasi gempabumi kualitatif, (2) Peta PGA dengan fungsi atenuasi Atkinson-Boore dengan Vs hasil pengukuran survei MASW, (3) Peta PGA dengan fungsi atenuasi Atkinson-Boore dengan Vs diturunkan dari topografi yang berasal dari SRTM arcsec 30, dan (4) Peta PGA dengan fungsi atenuasi Kanai. Geologi Kecamatan Temon, Wates, dan Panjatan dibagi menjadi 5 satuan, yaitu (1) satuan breksi andesit bagian dari Formasi Andesit Tua, (2) satuan batugamping bagian dari Formasi Sentolo, (3) satuan lempung - pasir (endapan aluvial), (4) satuan lempung - pasir (endapan koluvial), dan (5) satuan pasir besi. Sesar-sesar yang ada di daerah penelitian berupa sesar-sesar turun yang ditandai dengan kehadiran sesar-sesar turun minor dan kemunculan mata air. Sesar turun juga menjadi jalur mengalirnya sungai terutama di litologi breksi andesit. Satuan lempung - pasir, di bawah permukaan berdasarkan data log litologi lubang bor, memiliki pola butiran yang mengkasar ke arah selatan, di sisi utara daerah penelitian litologi cenderung berukuran lempung, penebalan litologi Kuarter terjadi di sekitar Kecamatan Panjatan terutama di Desa Bojong, Depok, Wates, dan Ngestiharjo. Kisaran nilai amplifikasi 1,35 - 7,56, kisaran nilai frekuensi dominan 0,28 – 13,37 Hz, kisaran nilai Vs30 berdasarkan survei MASW 96,74 – 499,74 m/s, sedangkan kisaran nilai Vs30 berdasarkan topografi 181,95 – 651,80 m/s. Kondisi terkait efek lokal saling terkait satu dengan yang lain. Nilai amplifikasi tinggi terletak pada daerah dengan sedimen tipis untuk sedimen Kuarter, sedangkan pada sedimen Tersier, nilai amplifikasi lokal bergantung pada jenis litologi. Nilai frekuensi dominan yang rendah terdapat pada daerah dengan sedimen Kuarter yang tebal. Nilai Vs30 berhubungan dengan ukuran butir sedimen, semakin besar ukuran butir sedimen, semakin besar nilai Vs30. Keempat peta tingkat kerawanan gempabumi menunjukkan bahwa Kecamatan Panjatan merupakan daerah dengan tingkat kerawanan tertinggi, karena kecamatan ini merupakan daerah yang paling dekat dengan scenario sumber gempabumi. Peta tingkat kerawanan yang dihasilkan memberikan gambaran tingkat kerusakan yang baik di tingkat kecamatan. Namun, tidak cukup relevan memberikan gambaran tingkat kerusakan pada tingkat desa. Pada kasus ini, ketebalan sedimen Kuarter di suatu daerah menjadi parameter penting yang perlu diperhitungkan secara cermat untuk memberikan gambaran tingkat kerawanan yang lebih baik.

Kulon Progo Regency is one of developing regency in Yogyakarta Province. Strategic issues related with new international airport, Tanjung Adikarto harbour, and south major road are parts of economic big development planning. Earthquake susceptibility map made as part of feasibility study. Temon, Wates, and Panjatan sub-district is selected as strategic area. The earthquake study including local effect and earthquake susceptibility maps. The local site effect study as follows: geology, geohydrology, local amplification, site frequency, and shear wave velocity. Four kinds of earthquake susceptibility are made: (1) Qualitative earthquake microzonation, (2) Peak ground accelaration map with Atkinson-Boore atenuation function based on MASW Survey, (3) Peak ground accelaration map with Atkinson- Boore atenuation function based on topography, (4) Peak ground acceleration with Kanai atenuation function. Based on its geological condition, the study area divided into 5 unit: (1) Andesite breccia unit as part of Old Andesite Formation, (2) Limestone unit as part of Sentolo Formation, (3) Clay – sand unit (alluvial origin), (4) Clay – sand unit (colluvial origin), and (5) Iron sand unit. Normal faults exist presents in the field forming minor normal faults and springs, and become the river path especially on andesite breccia unit. Clay – sand unit, based on borehole lithologic log has coarsening pattern from north to south. North parth of study area dominate with clay material. Sediment thickening present around Panjatan sub-district especially at Bojong, Depok, Wates, and Ngestiharjo village. The local site amplification value range from 1,35 to 7,56, the site frequency value range from 0,28 to 13,37 Hz, Vs30 value based on MASW survey range from 96,745 to 499,74 m/s, whereas Vs30 based on topography range from 181,95 to 651,80 m/s. Each local site condition is dependent. The high amplification area has thin Quarternary sediment layer, and the type of Tertiary sediment depend with lithological variations. Low frequency area has thick Quarternary sediment layer. Vs30 value correlate with sediment grain size, the bigger grain size, the higher Vs30 value. The four earthquake susceptibility map indicate Panjatan sub-district as the most susceptible area, due to the nearest area from earthquake source scenario. The four earthquake susceptibility maps present good correlation with sub-district damage house distribution, but these four earthquake susceptibility maps not present significant correlation with village damage house distribution. In this case, Quarternary sediment thickness becomes a very important parameter in order to get precise susceptibility level.

Kata Kunci :


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.