STUDI SOSIODEMOGRAFI DAN HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN PADA BALITA PENDERITA DIARE DI KOTA MAKASSAR
Samsu Aryanto, Prof. dr. Mohammad Juffrie, SpA(K), PhD.
2012 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar belakang: Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menyebabkan kesakitan dan kematian, dengan prevalensi tertinggi pada balita. Kematian akibat diare pada bayi sebesar 31,4% dan balita sebesar 25,2%. Diare pada balita didominasi orangtua dengan pendidikan dasar, SD dan SLTP, bahkan tidak pernah bersekolah, dengan persentase 35,3%. Diantara berbagai penyakit menular yang berisiko menyebabkan KLB, diare menempati urutan pertama dengan prevalensi 28,7%. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan faktor sosiodemografi dan higiene sanitasi dengan kejadian diare pada anak balita di Kota Makassar. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan perbandingan yang setara. Sampel sebanyak 124 kasus diambil dari balita penderita diare yang berkunjung dan berobat di Puskesmas lokasi penelitian, sedangkan kontrol adalah balita bukan penderita diare yang berdomisili di sekitar kelompok kasus. Hasil: Proporsi diare berdasarkan jenis kelamin adalah 50,8% laki-laki dan 49,2% perempuan. Diare pada usia 7-24 bulan sebesar 45,2%, balita usia 1-6 bulan (19,4%), dan balita usia 25-60 bulan sebesar 35,5%. Tingkat pendidikan ibu yang semakin tinggi, mendukung rendahnya kejadian diare pada balita. Ibu berpendidikan SD menyebabkan balita menderita diare sebesar 4,174, ibu dengan pendidikan SLTP dengan OR 3,857, ibu yang berpendidikan SLTA berisiko 2,816, dan ibu tidak pernah bersekolah berisiko terkena diare 4,714 kali lebih besar dibanding balita dengan ibu yang berpendidikan di perguruan tinggi. Pengetahuan ibu dengan kategori cukup menyebabkan diare balita dengan OR 2,092 dan berpengetahuan kurang dengan OR 3,697. Pembuangan tinja tidak higienis, berbentuk selokan, empang, sungai, dan sarana sejenis berisiko menyebabkan diare pada balita sebesar 3,289 dibanding pembuangan tinja bentuk jamban leher angsa. Sedangkan jamban plengseng tidak berisiko pada kejadian diare balita. Tingkat risiko pencemaran sumber air minum berkategori sedang berisiko menyebabkan diare 2,633 kali, kategori tinggi berisiko 2,613 kali, dan kategori amat tinggi berisiko 3,31 kali, dibanding sumber air minum dengan tingkat risiko pencemaran rendah. Pekerjaan ibu, umur ibu, dan rumah panggung bukan faktor risiko terjadinya diare pada balita. Kesimpulan: Tingkat pendidikan ibu dan tingkat pengetahuan ibu, tingkat risiko sumber air minum, dan tempat pembuangan tinja, merupakan faktor risiko terjadinya diare balita. Meningkatkan pengetahuan ibu, penggunaan jamban sehat, pemanfaatan sarana penyediaan air minum tidak tercemar, dan meningkatkan program khlorinasi pada sarana penyediaan air minum, dapat mengurangi penyebaran diare pada balita.
Background: Diarrhea an environmental diseases cause of morbidity and mortality, in highest prevalence at children under five. Diarrhea mortality in infants of 31.4% and 25.2% for young children. Approximately 35.3% of diarrhea at children before aged five dominated by parents of elementary education and not even in school. Contagious diarrhea causing outbreak first in prevalence by 28.7%. Objective: Research to determine sociodemographic and environmental sanitation hygiene at diarrheal young children in Makassar. Methods: The case control study designed in equivalent comparison. 124 cases were children before five years as diarrhea patient in health center sites. Group control were not diarrheal children living close to the cases. Results: Diarrhea proportion by sex in 50.8% male and 49.2% of female. Approximately 19.4% of diarrhea at children before 6 months, 45.2% of toddlers at 7-24 months, and 35.5% of children aged over 25 months. Higher maternal educations lead to lower diarrheal children. Mother never attended in school at OR 4.714, elementary school in OR of 4.174, junior high school at 3.857, and senior high school to OR by 2.816. Maternal knowledge cause of diarrhea at children, in sufficient knowledge by OR at 2.092 and 3.697 for lower. Unhygienic excreta disposal cause of diarrheal children in OR by 3.289, higher than water seal latrine, but “plengseng†not latrine to cause. Risk contamination level of drinking water supplies lead to diarrhea by very high risk category in OR 3.310, at high risk of 2.613, and 2.633 for medium. Diarrhea at children under five negatively associated in maternal employment status, maternal age, and “panggung†house. Conclusion: Maternal education, maternal knowledge, contamination risk level of drinking water supplies, and excreta disposal causes of children suffer from diarrhea. Increase of maternal knowledge, motivating mother using for healthy latrine, recommended to use for drinking water supplies away from contaminants, and improving chlorination in drinking water supplies, qualified reducing spread of diarrhea in children under five years.
Kata Kunci : diare, balita, sosiodemografi, sanitasi