TONISITAS DALAM INTONASI DIALOG SPONTAN BAHASA JAWA NGOKO (KAJIAN FONETIK AKUSTIK)
Eni Suryati, Prof. Soepomo Poedjosoedarmo
2012 | Tesis | S2 LinguistikPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tonisitas, yaitu penempatan silabel tonis yang terdapat dalam intonasi dialog spontan bahasa Jawa ngoko. Bahasa Jawa merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia. Menurut Soepomo Poedjosoedarmo (1979), ngoko merupakan salah satu dari tiga tingkat tutur dalam bahasa Jawa yang terdiri dari krama, madya dan ngoko. Dalam kacamata Systemic Functional Linguistics (SFL), Halliday (1994) mengklasifikasikan tonisitas sebagai salah satu dari sistem intonasi yang mengandung new information unit, dikatakan baru karena informasi tersebut tidak tersurat di dalam konteks. Dalam menindentifikasi sebuah tonisitas, Halliday (1970) berpendapat bahwa selain ciri silabel yang paling menonjol juga harus diperhatikan besaran jarak julat nada dari semua silabel yang berada didalam sebuah tonalitas. Dengan mengunakan rekaman data berupa dialog spontan bahasa Jawa ngoko peneliti akan mencoba mencari letak tonisitas. Analisis data dilakukan mengunakan software Praat untuk melihat pergerakan picth dengan mengobservasi nada dasar (F0). Tonisitas dalam sebuah tonalitas difokuskan penekanan silabel tertentu berdasarkan perhitungan sinyal akustik yang akan diamati dan dimanipulasi dengan mengubah pitch. Dalam hal ini, penganalisisan dibuat dengan mengubah nilai-nilai F0 suku kata yang dimaksudkan untuk mencari silabel tonis. Proses analisis dimulai dengan segmentasi tuturan berdasarkan text grip di dalam Praat untuk melihat julat nada dari setiap silabel. Segmentasi tersebut bertujuan untuk menunjukkan bahwa tonisitas berada didalam sebuah kelompok nada yang berkaitan dengan konteks bahasa. Selain itu, akan dilakukan pengukuran terharap durasi dari masing-masing silabel tonis. Dalam startifikasi bahasa menurut M.A.K Halliday, kajian bahasa terdiri dari susunan lingkaran yang saling berkaitan satu sama lain. Stratifikasi utama bahasa yang paling dasar adalah fonetik, meningkat menjadi fonologi, lexsicogrammar, semantik, konteks situasi dan tertinggi adalah konteks budaya. Masing-masing strata dapat dilihat dengan sudut pandang trinocular, yaitu fonetik dan fonologi dipandang sebagai level ekspresi bahasa, lexicogrammar dan semantik dipandang sebagai inti bahasa, terakhir konteks situasi dan budaya sebagai ekstra kebahasaan. Penelitian ini akan dibatasi dengan hanya meneliti penempatan silabel tonis pada tataran fonetik akustik.
This paper proposes to study Tonicity (the placing of tonic syllable) in a spontaneous dialogue in Javanese Ngoko. Ngoko is one of the three speech levels in Javanese, viz. Krama (formal, honorific), Madya (mid) and Ngoko, the lowest level (Poedjosoedarmo 1979). Javanese is a regional language of Indonesia. In the framework of Systemic Functional Linguistics, Halliday (1994) classifies Tonicity as one of the systems in Intonation. Tonicity identifies an obligatory element in the information unit, i.e. New element. It is New because it is not recoverable from the context. In identifying Tonicity, Halliday (1970) claims that although it is usually congruent with the most salient syllable, the most important property of it is the major range of pitch when compared to the surrounding syllables within a tone group. By using the recorded spontaneous dialogue in Javanese Ngoko, we examine Tonicity in the intonation. PRAAT analysis is used to look at the pitch movement by observing the fundamental frequency (F0). Segmentation of syllables in PRAAT text grid allows us to read carefully the range of pitch for all syllables. This grounds the claim of Tonicity in a tone group along with the reading of its context. Intensity, characterizing whether one syllable is more salient than another, is observed to find out if the tonic syllable is always the most salient one. Duration is also observed to add the phonetic value of the tonic syllable. It is significant to notice that in terms of intonation, Systemic Functionalists look at it as the integral part of the grammar. Hence, trinocular vision (from above, roundabout and below) is maintained. From above, the intonation is the realization of information structure in the lexicogrammar stratum. From roundabout within the phonology stratum, there is choice of placing tonic syllable and of tone. From below, the phonetic evidence supports the choice. The discussion in the paper, then, is limited on the acoustic phonetic evidence of placing the tonic syllable.
Kata Kunci : fonetik akustik, tonisitas, silabel tonis, bahasa Jawa ngoko, Systemic Functional