Laporkan Masalah

MAKNA PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF KETAHANAN EKONOMI KELUARGA (Studi Kasus Relokasi Pedagang Pasca Peristiwa Kebakaran Pasar Rejowinangun Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Arief Adi Purwoko, Prof. Drs. Kasto, MA.

2012 | Tesis | S2 Ketahanan Nasional

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna Pasar Rejowinangun Kota Magelang terhadap dalam sudut pandang ketahanan ekonomi keluarga pelaku usaha di dalamnya, merujuk pada konteks peran keberadaan dan pengaruh akibat relokasinya pasca peristiwa kebakaran. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan bersifat deskriptif. Populasi penelitian adalah pedagang di lingkungan pasar tersebut. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan asumsi populasi terikat oleh konteks peristiwa tertentu, sedangkan sampel yang diambil sebanyak 30 orang pedagang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis secara induktif kualitatif dan kuantitatif deskriptif. Ketahanan ekonomi keluarga diukur berdasarkan kesejahteraan keluarga menggunakan konsep kemiskinan pendekatan pendapatan Bank Dunia dan pendekatan pengeluaran Badan Pusat Statistik. Berdasarkan penelitian, keberadaan Pasar Rejowinangun memiliki peran bagi perekonomian keluarga pedagang, meliputi: (i) menyediakan aksesibilitas arena produktif yang mengusung nilai kesetaraan; (ii) menjadi penyokong perekonomian keluarga pedagang yang ditunjukkan dengan tingginya nilai kontribusi pendapatan dari arena tersebut kepada pendapatan rumah tangga; (iii) keberadaan pasar merupakan payung pelindung bagi pelaku usaha mikro dalam persaingan dagang terhadap modal besar, yakni disediakan oleh jaringan sosial yang dan tertambat dalam arena tersebut; (iv) keberadaan Pasar Rejowinangun mampu menjadi opsi alternatif ketenagakerjaan sektor informal bagi masyarakat Kota Magelang. Adapun kendala pengelolaan Pasar Rejowinangun pasca kebakaran mencakup masalah infrastruktur, penataan dan inovasi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa relokasi pedagang pasca peristiwa kebakaran berimplikasi pada kecenderungan negatif bagi ketahanan ekonomi keluarga pedagang. Angka kemiskinan responden meningkat signifikan sebesar 75% dalam sudut pandang pendekatan pendapatan dan meningkat 150% dalam sudut pandang pendekatan garis kemiskinan nilai konsumsi. Secara intrinsik absensi tersebut juga memberikan ancaman terhadap keberlanjutan aktivitas produktif pedagang karena ketidakjelasan pembangunan pasar, ketiadaan jaminan pemanfaatan kembali arena pasar terutama bagi pelaku usaha mikro, dan dihadapkan dengan kendala internal berupa ketidakberdayaan sumber daya manusia dari pedagang itu sendiri. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah keberadaan Pasar Rejowinangun memiliki makna yang besar bagi ketahanan ekonomi keluarga pelaku usaha di dalamnya yang dapat dilihat bagaimana pelaku usaha tersebut meletakkan ketergantungan yang tinggi terhadap arena pasar bagi pemenuhan kesejahteraan keluarga.

This research was conducted to determine the meaning of Rejowinangun Traditional Market on the perspective of family economic resilience, referring to the context “role of existence” and its implication due to relocation of merchant’s business arena, post-fire incident. This study is a field experiment and its characteristic is descriptive. Population in this research were merchants at the Rejowinangun Market environment. Sampling technique used purposive sampling method because the population was limited by the context of specific events, whereas sample taken as many as 30 respondents. Data were collected through observation, interview, and literature study. Data had been processed and analyzed by qualitative-inductive and quantitative-descriptive. Family economic resilience was measured by respondent’s welfare value using poverty concept, both of World Bank’s income based poverty line and Central Bureau Statistics’ consumption based poverty line. Based on the research, Rejowinangun Market existence has many roles to the family economy of merchant, such as: (i) providing accessibility to the productive arena that carries equity spirit; (ii) supporting merchants’ family welfare which was indicated by the high contribution of market arena for the household income; (iii) the existence of Rejowinangun is a protective shield for the micro business actor in trading competition against big capital, which is provided by social network and embedded in arena; (iv) an alternative option for the informal sector of employment in Magelang. The constraints of Rejowinangun Market post-fire management include issues such as infrastructure, regulation, and innovation. The result of the research also showed that the relocation of business arena—post-fire incident—had negative implications for merchant’s family economic resilience. There were phenomena that respondent’s poverty rate increased significantly: 75% in income based poverty line approach and increased 150% in consumption based poverty line approach. Intrinsicly the absance of Rejowinangun Market also provide a threat to the sustainability of productive activity of merchants, which involves uncertainty of reconstruction of the market, lack of guarantee for re-using market arena—especially for micro business actors, and merchants face internal constraint theirselves, that is the powerlessness of human resources. Conclution in this research is the existence of Rejowinangun Market has great meaning for the family economic resilience of merchants in it, which can be seen how they put high dependence on the market arena for the fulfillment of family welfare.

Kata Kunci : Pasar Tradisional, Relokasi Pedagang, dan Ketahanan Ekonomi Keluarga.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.