Laporkan Masalah

Analisis Perencanaan Persediaan Obat dan Keputusan Inventori Di Klinik Mata Prof. Budihardjo

Oktari Susetyarini, Dr. Adi Djoko Guritno, M.SIE

2012 | Tesis | S2 Magister Manajemen

Klinik pelayanan kesehatan dan rumah sakit merupakan elemen utama dalam pencapaian target tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi. Pelayanan kesehatan akan dapat berjalan dengan baik salah satunya adalah apabila pasokan obat yang dibutuhkan oleh para konsumen dapat terpenuhi dalam hal jumlah, kualitas dan waktu pengadaan. Dalam hal tersebut diperlukan satu sistem yang terencana, komperhensif dan berkelanjutan yang kita kenal dengan sistem inventori obat. Tanpa adanya inventori obat, klinik akan dihadapkan pada resiko tidak dapat memenuhi keinginan para pasiennya. Analisis diadakan di Klinik Mata Prof. Budihardjo. Pengelolaan inventori obat di Klinik Mata Prof. Budihardjo masih belum terkoordinasi dengan baik. Tidak adanya sistem pencatatan persediaan yang teratur membuat klinik ini sering kali mengalami kesulitan saat obat yang diperlukan pasien habis. Dengan hanya menggunakan metode pencatatan manual yang bersifat insidental tersebut, tidak dapat diketahui obat apa saja yang harus diprioritaskan dalam perencanaan, juga tidak dapat diketahui kapan saatnya memesan obat yang tepat. Dari analisis ABC yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa obat-obat seperti Timol, Xitrol, Polydex, Tobroson, Catarlent, Lyteers, dan Ashtenof adalah beberapa kategori obat yang paling banyak menghabiskan biaya tahunan klinik. Sementara obat mata Tobro, Vitrolenta, Polynel, Dexaton, Mycos, Siloxan, Ulcori, Mycetine, Tropin, Hematro, Fenicol, Repithel, Noncort, Polygran, Conver, Hervis, Vernacel, Mydriatil, Tonor, Carpine, Pantocain 0,5%, dan Efrisel adalah kategori obat yang paling sedikit menghabiskan biaya tahunan di klinik. Keputusan inventori diberikan untuk memudahkan klinik memesan obat sesuai kebutuhan. Untuk obat Vernakel, klinik sebaiknya menerapkan inventory consignment. Pendekatan inventory speculation sebaiknya ditetapkan untuk obat Mydriatil dan Pantocain 0,5%. Inventori postponement ditetapkan untuk sembilan kategori obat, antara lain Xitrol, Polydex, Lyteers, Floxa, Dexaton, Ulcori, Fenicol, Conver, dan Tonor. Dan reverse inventory consignment diterapkan untuk 23 item obat, yaitu Timol, Tobroson, Catarlent, Ashtenof, Mycos, Siloxan, Mycetine, Tropin, Hematro, Repithel, Noncort, Polygran, Hervis, Carpine, Efrisel, Lyteers, Glaucon, Levofloxacin (LFX), Mycos salep, dan Protagenta.

Pharmaceutical care clinic or hospital is one of the activities which support quality health services. The inventory of medicine functions to ensure the operational flexibility of a clinic. Without the inventory of medicine, the clinic will be faced with the risk of not being able to meet the demand of the patients. Analysis conducted in the Prof. Budihardjo Eye Clinic. Inventory management of medicines at the Prof. Budihardjo Eye Clinic still not well coordinated. The lack of inventory recording system which is regularly makes this clinic often has difficulties when the patient takes the medicine runs out. By simply using manual recording methods such incidental, it is not known what kind of medicine should be given in priority for planning, nor can it know when to reserve the properly medicine. This study analyzes the medicine inventory data with ABC analysis, determine the reorder point and safety stock of each item of medicines, and also medicine inventory decisions. From ABC analysis result showed that medicines such as Thymol, Xitrol, Polydex, Tobroson, Catarlent, Lyteers, and Ashtenof are several categories of medicines most widely an annual cost clinic. While Tobro, Vitrolenta, Polynel, Dexaton, Mycos, Siloxan, Ulcori, Mycetine, Tropin, Hematro, Fenicol, Repithel, Noncort, Polygran, Conver, Hervis, Vernacel, Mydriatil, Tonor, Carpine, Pantocain 0.5%, and Efrisel are category of medicines spending at least an annual fee in the clinic. Inventory management approaches are given to make more efficient and better assist clinical medicine order as needed. For Vernakel, clinic should implement a consignment inventory. Speculation inventory approach should be set for Pantocain 0.5% and Mydriatil. Inventory postponement assigned to nine categories of medicines, such as Xitrol, Polydex, Lyteers, Floxa, Dexaton, Ulcori, Fenicol, Conver, and Tonor. And reverse inventory consignment is applied to 23 items of medicines, namely Thymol, Tobroson, Catarlent, Ashtenof, Mycos, Siloxan, Mycetine, Tropin, Hematro, Repithel, Noncort, Polygran, Hervis, Carpine, Efrisel, Lyteers, Glaucon, Levofloxacin (LFX), Mycos ointment, and Protagenta.

Kata Kunci : Manajemen persedian obat, Analisis ABC, Keputusan inventori


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.