PENGARUH IN-OFFICE BLEACHING SISTEM AKTIVASI HEAT LIGHT DAN KIMIAWI TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN RESIN KOMPOSIT NANOFIL DAN NANOKERAMIK

Sila Happy Muriana, drg. Diatri Nari Ratih, MKes., Sp.KG, PhD.,

2012 | Tesis | S2 Ilmu Konservasi Gigi

In office bleaching adalah teknik bleaching gigi yang dilakukan dokter gigi ditempat praktek dengan menggunakan bahan hidrogen peroksida dengan sistem aktivasi heat light (termokatalitik) atau kimiawi. Seringkali pada pasien yang akan dilakukan bleaching terdapat restorasi resin komposit pada gigi anterior maupun posteriornya. Resin komposit juga diperlukan sebelum prosedur bleaching pada gigi yang karies atau retak untuk mencegah terjadinya sensitivitas selama prosedur bleaching. Akhir-akhir ini resin komposit nanofil dan nanokeramik sering digunakan untuk merestorasi gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh in office bleaching sistem heat light dan kimiawi terhadap perubahan kekerasan resin komposit nanofil dan nanokeramik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 20 sampel resin komposit dan bahan bleaching yang digunakan adalah hidrogen peroksida 38%. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 10 sampel resin komposit nanofil dan 10 sampel resin komposit nanokeramik, kemudian tiap kelompok dibagi 4 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol. Kelompok 1, resin komposit nanofil dengan sistem aktivasi heat light, kelompok 2, resin komposit nanofil dengan sistem aktivasi kimiawi, kelompok 3, resin komposit nanokeramik dengan sistem aktivasi heat light, kelompok 4, resin komposit nanokeramik dengan sistem aktivasi kimiawi. Pada kelompok kontrol tidak dilakukan aplikasi bahan bleaching.Pengukuran kekerasan permukaan dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan in office bleaching menggunakan Vickers micro hardness tester. Data yang diperoleh adalah selisih nilai kekerasan akhir dikurangi kekerasan awal. Data dianalisis dengan ANOVA dua jalur dan dilanjutkan dengan LSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Perubahan kekerasan permukaan terendah terjadi pada kelompok resin komposit nanofil yang diberi aplikasi bahan in-office bleaching dengan aktivasi kimiawi dan perubahan kekerasan tertinggi terjadi pada kelompok resin komposit nanokeramik yang diberi aplikasi bahan in-office bleaching sistem heat light. Hasil penelitian menunjukkan jenis resin komposit nanofil dan nanokeramik berpengaruh terhadap perubahan kekerasan (p<0,05). Sistem aktivasi heat light dan kimiawi berpengaruh terhadap perubahan kekerasan (p<0,05). Tidak ada interaksi antara jenis resin komposit dan sistem aktivasi bahan bleaching (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa sistem aktivasi in office bleaching mempengaruhi perubahan kekerasan resin komposit nanofil dan nanokeramik dan bahan bleaching yang diaktivasi dengan heat light lebih berpengaruh terhadap perubahan kekerasan resin komposit dibandingkan yang diaktivasi secara kimiawi.

In office bleaching is a technique of bleaching treatment which is carried out by a dentist using hydrogen peroxide agents, and can be activated using heat light (thermocatalitic) or chemical system. Patients who need bleaching treatment, sometimes has already had composite resin restoration on their teeth. Moreover, composite resin restoration is also needed to restore caries and cracking teeth before bleaching procedure to prevent sensitivity during bleaching procedure. Recently, nanofil and nanoceramic composite has been frequently used for restoring teeth. This in vitro study aimed to investigate the effect of in office bleaching using heat light and chemical activation system on the microhardness alteration of nanofil and nanoceramic composite resin. Twenty samples of composite resin and 38% hydrogen peroxide as bleaching agent were used in this study. Samples were assigned into 2 groups of 10 each (nanofil and nanoceramic), then each group was divided into 4 treatment groups and 2 control groups. Group I, nanofil activated using heat light system, Group II, nanofil activated using chemical system, Group III, nanoceramic activated using heat light system and Group IV, nanoceramic activated using chemical system. Control groups were not applied by bleaching agent. The surface microhardness of each sample was tested before and after performing in office bleaching using microhardness tester (Vickers Hardness Tester) . Data obtained were the value of microhardness after in office bleaching subtracted by the value of microhardness before in office bleaching. Data then analysed using two way ANOVA, followed by LSD test at 95% level of significance. The lowest alteration in surface hardness occured in nanofil composite resin group activated chemical system and the highest alteration occured in nanoceramic composite resin activated with heat light. The results showed that the type of composite resin (nanofil and nanoceramic) as well as the bleaching activation system (heat light and chemical) influence on the alteration of surface microhardness (p<0,05). However, there was no interaction between type of composite resin and bleaching activation system (p>0.05). It can be concluded that in office bleaching using heat light and chemical activated system altered the microhardness of nanofil and nanoceramic composite resin. The greater microhardness alteration occurred on nanoceramic composite resin activated by heat light system, whereas the lower microhardness alteration occurred on nanofil composite resin activated by chemical system.

Kata Kunci : in office bleaching, heat light, sistem aktivasi kimiawi, nanofil, nanokeramik, kekerasan.