DAYA GUNA ONDANSENTRON 8 MG IV DIBANDING DENGAN PETHIDIN 0.4 MG/KGBB IV UNTUK MENCEGAH SHIVERING PASCA ANESTESI SPINAL PADA SEKSIO SESARIA
FERIANTO, Dr. Pandit Sarosa H, SpAn.K
2012 | Tesis | S2 Ked.Klinik/MS-PPDSLatar Belakang dan Tujuan : shivering merupakan komplikasi yang tidak menyenangkan dan sering terjadi setelah anestesi spinal. Banyak intervensi obat-obatan telah diteliti, namun efektivitasnya dalam mencegah shivering masih belum jelas dan relatif banyak efek sampingnya. Terutama penggunaan pethidin dengan efek samping yang sering muncul mual dan muntah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek ondansetron 8 mg iv dengan pethidin 0.4 mg/kgbb iv dalam mencegah shivering pasca anestesi spinal pada tindakan operasi seksio sesaria. Metode dan Subyek Penelitian : rancangan penelitian ini adalah uji klinik acak ganda tersamar. Subyek penelitian adalah wanita hamil, usia 18-40 tahun, status fisik ASA I dan II, umur kehamilan 37-42 mg, berat badan 40-70 kg (BMI < 30 kg/m2), tinggi badan > 145 cm, yang akan menjalani tindakan seksio sesaria dengan teknik anestesi spinal. Kriteria ekslusi adalah pasien/keluarga menolak ikut dalam penelitian, riwayat alergi terhadap bupivakain, ondansentron, dan pethidin, pasien dengan janin diketahui mengalami kelainan kongenital sebelumnya, temperatur tubuh awal > 38 ºC atau < 36 ºC, kehamilan dengan penyulit (PEB, eklampsia, hellp sindrom), dan pasien hamil dengan penyakit jantung (hipertensi berat, payah jantung, kelainan katup jantung). Kriteria drop out adalah pasien mengalami total spinal, setelah 15 menit tidak terjadi blok sensorik dan motorik yang diharapkan (T4-T8), anestesi spinal dinyatakan gagal, menarik diri dari keikutsertaan sebagai subyek penelitian, dan komplikasi perdarahan (atonia uteri). Penelitian ini dilakukan pada pasien yang menjalani prosedur operasi seksio sesaria yang menggunakan tehnik anestesi spinal di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta dan rumah sakit jejaring pendidikan yang terdiri dari RSUP Dr. Soeradji Klaten, RSUD Banyumas, dan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian dilakukan selama 4 bulan dari mulai akhir februari sampai akhir juni. Jumlah subyek 96 pasien, yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok O diberi perlakuan ondansentron 8 mg bolus IV dan kelompok P diberi perlakuan pethidin 0,4 mg/kg/bb bolus. Hasil penelitian: Kejadian shivering pada kelompok ondansentron 8 mg bolus IV sebanyak 2 pasien (4,2%) lebih rendah dibanding kelompok pethidin 0,4 mg/kg/bb bolus sebanyak 6 pasien (12,5%). Namun secara statistik perbandingan tersebut tidak bermakna p<0,05 (p=0,140). Efek samping mual yang ditemukan lebih rendah bermakna pada kelompok ondansentron 8 mg bolus IV sebanyak 2 pasien (4,2%) dibandingkan kelompok pethidin 0,4 mg/kg/bb bolus sebanyak 8 pasien (16,7%) p < 0,05 (p = 0,045), sedangkan efek samping muntah hanya terjadi pada kelompok pethidin 0,4 mg/kg/bb bolus, namun efek samping ini secara statistik tidak ada perbedaan bermakna (p > 0,05; p = 0,153). Kesimpulan: Ondansetron 8 mg bolus intravena sama efektifnya dalam mencegah shivering dibandingkan pethidin 0,4 mg/kg/bb (p > 0,05).
Shivering is an unpleasant yet frequently happened complication after spinal anesthesia. Numerous pharmacological interventions have been studied, but their effectiveness in order to prevent shivering remains unclear and relatively have plenty side effects. Especially pethidine, which has nausea and vomiting side effects. This study purposed on comparing the effect of ondansetron 8 mg and pethidin 0.4 mg/kgBW intravenously as an shivering prevention post spinal anesthesia in caesarean section. Randomized double blind controlled study has been used with the study subjects were 96 pregnant women, age ranged from 18 to 40 years old, ASA I-II physical statues, 37-42 weeks of pregnancy, weight ranged from 40 to 70 kg (BMI < 30 kg/m2), and height > 145 cm who underwent cesarean section under spinal anesthesia. The exclusion criteria were patient/family’s refusal in research participation, history allergy to bupivacaine, ondansetron, and pethidine, and patient who had been known having congenital disease before, in hypo or hyperthermia conditions, high risk pregnant (such as pre-eclampsia, eclampsia and HELLP syndrome), and pregnant women with heart disease (Hypertension, heart troublesome, heart valves disorders). The drop out criteria were when patients with total spinal, the expected sensoric and motoric block (T4-T8) did not happened after 15 minutes injection, failed spinal anesthesia, participation cancelation, and bleeding complication (such as atonia uteri). This study have been done in patients who underwent caesarean section procedure applied with spinal anesthesia in Dr. Sarjito Hospital Yogyakarta and other educational affiliation hospital consist of Dr. Soeradji Hospital Klaten, Banyumas County Hospital, and Panembahan Senopati County Hospital, Bantul. The study was completed in 4 months started from the end of February into June. The subjects were 96 patient who divided into two groups, which O Group received 8 mg ondansteron intravenously and P Group received 0.4 mg/kgBW intravenous pethidine. The study resulted that shivering incidency was lower in the group who received 8 mg ondansteron intravenously (2 patients) (4,2%) instead of the group who received 0.4 mg/kgBW intravenous pethidine (6 patients). But there was no significant difference statistically, with p<0,05 (p= 0,140). The nauseous side effect was significantly lower in the group who received 8 mg ondansteron intravenously (2 patients) (4,2%) instead of the group who received 0.4 mg/kgBW intravenous pethidine (8 patients) (16,7%) with p < 0,05 (p = 0,045); whereas vomiting was only occurred in the group who received 0.4 mg/kgBW intravenous pethidine, but there was no significant difference statistically in this side effect with (p > 0,05 p = 0,153). The conclusion gained that 8 mg boluse intravenous Ondansetron had the same effectiveness as 0.4 mg/kgBW intravenous pethidine in order to prevent shivering (p > 0,05).
Kata Kunci : Shivering, hipotermi, anestesi spinal, mual muntah, ondansentron, dan pethidin