Laporkan Masalah

URUTAN BERUNTUN DALAM STRUKTUR SINTAKSIS BAHASA MINANGKABAU STANDAR (Tinjauan Linguistik Tipologis)

Bahren,SS., Dr. Inyo Yos Fernandez,

2012 | Tesis | S2 Linguistik

Dalam Penelitian ini menggunakan bahasa Minagkabau standar sebagai data penelitian. Bahasa Minangkabau standar yang dimaksud adalah Bahasa Minangkaba yang digunakan di Kota Padang. Selain menggunakan data dari sumber primer, juga dimanfaatkan sumber data sekunder. Sumber data primer berasal dari beberapa informan yang dicatat dan direkam melalui daftar tanyaan berupa instrumen penelitian, sementara itu, data sumber sekunder diperoleh dari beberapa buah buku Kaba yang dipergunakan sebagai sumber pelengkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pola urutan beruntun dalam bahasa Minangkabau pada berbagai tataran, khususnya tataran frasa nomina, klausa transitif dan intransitif, serta tataran kalimat yang mengandung fungsi sintaksis. Pada penelitian ini, kerangka teori yang digunakan yaitu (boundedness hierarchi theory) teori keterikatan hirarkhis yang dikemukakan oleh Foley (1973). Selain itu, juga digunakan teori tentang klausa verba dalam karya Jufrizal (2007), dan teori tipologi bahasa menurut Greenberg dan Lehmann melalui Sudaryanto (1976). Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis tersebut, data yang diperoleh di analisis. Penyediaan data untuk dianalisis melalui tahapan pengumpulan data dari informan. Dalam penyediaan data peneliti berlaku juga sebagai informan, karena peneliti dapat membangkitkan data bahasa disebabkan oleh peneliti sebagai penutur asli bahasa tersebut. Temuan yang diperoleh dari kajian ini, sesuai dengan pemilahan pada tataran frasa, klausa dan kalimat. Pada tataran frasa dapat diamati terjadinya pembalikan hierarkis yang terjadi dalam urutan frasa yang bersebelahan dengan yang berlaku pada bahasa-bahasa Austronesia Timur (Oceania) yang dikemukakan oleh Foley. Pada tataran yang lebih rendah (frase) pola urutan yang terjadi akan sangat memperlihatkan perbedaan yang begitu nyata, namaun pada tatarn yang lebih tinggi (klausa relatif, klausa, dan kalimat) pola urutan yang terbentuk cenderung lebih memiliki kesamaan. Pada tataran klausa dan tataran kalimat, urutan fungsifungsi yang normatif, subjek, predikat, objek, dan keterangan berada pada satu deretan yang konstituen-konstituennya saling berurutan. Namun, pada pola kalimat berita dimungkinkan berlaku pula pola urutan keterangan mendahului pola normatif, yaitu konstituen keterangan mengawali subjek, predikat dan objek. Sedangkan pada kalimat suruh, fungsi predikat dan objek lazimnya disisipi konstituen fatis. Jadi pada urutan P mendahului O yang disisipi konstituen fatis terdapat juga variasi pola urutan bila bentuk ingkar mendahului predikat atau objek dengan urutan subjek-predikat atau predikat-keterangan, dan subjek predikat yang mendahului konstituen fatis. Pada pola kalimat tanya, predikat dan subjek dapat disisipi keterangan atau subjek, predikat keterangan didahului kata tanya, dimana kehadiran keterangan bersifat opsional. Pola urutan preposisi dalam bahasa Minangkabau pada dasarnya mirip dengan bahasa Indonesia, seperti diungkapkan Sudaryanto yaitu: nomina selalu didahului preposisi secara taat azas. Makna yang dimunculkan antara lain, penunjuk keserempakan, malakukan sesuatu, penyamaan, dan penunjukan sebab. Adapun makna penunjukan cara, keserempakan tindakan, tujuan, keberlangsungan dan sebab merupakan makna yang ditemukan dalam urutan preposisi mendahului monina, adjektiva, verba, dan adverbia. Apabila dalam konstruksi yang dibentuk dengan paduan nomina, makna yang ada mengandung hasil dan lokatif. Namun, tidak bermakna genetival

This study uses standard Minagkabau language as research data. Standard Minangkabau language in question is the language used by the people of Minangkabau in the city of Padang. In addition to the data from the primary sources, secondary data sources are also utilized. Primary data source comes from several informants noted and recorded through a list of questions in the form of research instruments, while the sources the secondary data are obtained from several Kaba books. This study aims at observing the patterns of successive sequences in Minangkabau language at various levels, particularly the level of noun phrases, transitive and intransitive clauses, as well as the level of sentences that contain syntactic function. In this study, theoretical framework used is boundedness hierarchy theory hierarchical attachment theory proposed by Foley (1973). Further, it also used the theory of clause verbs in the work Jufrizal (2007), and the theory of language typology according to Greenberg and Lehmann in Sudaryanto (1976). Based on this theoretical framework, the data obtained are the analysed. The provision of data are analyzed through the stages of collecting data from informants. In the provision of data the researcher also acts as an informant because the researcher as native speakers of these languages can generate language. The Findings obtained from this study are classified according to the sorting at the level of phrases, clauses and sentences. At the level of phrases it can be observed the occurrence of hierarchical reversal that occurs in the order of phrases that are adjacent to that prevailing in Eastern Austronesian languages (Oceania) proposed by Foley. At a lower level (phrase) sequence patterns that occurs obviously show the differences are so obvious, however at a higher (relative clauses, clauses, and sentences) sequence patterns tend to have more in common. At the level of clause and sentence level, the order of the normative functions such as subject, predicate, object, and the details are on one row of the constituents. However, the patterns of declarative sentence also enable information sequence to precede the normative pattern, which starts the constituent description of the subject, predicate and object. While in precedes O in the imperative sentence, predicate and object function is typically inserted phatic constituents. So in the order precedes with are inserted phatic there are also variations in the pattern when a dissenter precede predicate or object with the order of subject-predicate or predicate-compliment, and subject predicate that precedes phatic constituents. On the pattern of interrogative sentence, the predicate and the subject can be interpolated information or subject, predicate statement preceded the question of which the word asked, where attendance is optional. Prepositions in the language sequence patterns Minangkabau are basically similar to the Indonesian language, as revealed Sudaryanto namely: nouns are always preceded by complying with the principle of the preposition. Raised among other meanings, bookmark simultaneity, do something, equalization, and appointment of reasons. As for the meaning of the designation means, simultaneity of actions, objectives, sustainability and because it is the meaning found in the sequence preposition preceding nouns, adjectives, verbs, and adverbs. If the construction is formed with a blend of nouns, the resulted meaning contains the results and the locative. However, it does not mean genetive.

Kata Kunci : urutan beruntun, Minangkabau, teori keterikatan hirarkhis, teori tipologi bahasa.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.