PERMINTAAN, PENAWARAN, TRANSMISI VERTIKAL HARGA BERAS DAN KEBIJAKAN PERBERASAN DI INDONESIA

Retno Lantarsih, SP.,MP., Prof. Dr. Ir. Dwidjono Hadi Darwanto., M.S.,

2012 | Disertasi | S3 Ekonomi Pertanian

Beras menjadi makanan pokok utama dan cenderung tunggal di berbagai daerah di Indonesia. Ketersediaan pangan khususnya beras juga tetap menjadi perhatian pemerintah karena menyangkut harkat dan keberlanjutan eksistensi bangsa. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji: (1) permintaan beras, (2) penawaran beras, (3) transmisi vertikal harga beras. Pada penelitian ini, analisis permintaan dan penawaran beras digunakan data sekunder (time series) tahunan periode 1971 s.d. 2008 untuk Indonesia, periode 1983 s.d. 2008 untuk wilayah penghasil beras (WPB) di Jawa, periode 1987 s.d. 2008 untuk WPB di Indonesia, Sumatera, dan Sulawesi. Dalam analisis transmisi vertikal harga beras digunakan data time series bulanan periode 1998 s.d. 2008. Untuk mencapai tujuan penelitian dilakukan analisis regresi persamaan simultan untuk Indonesia, dan analisis regresi data panel melalui persamaan simultan untuk 2008 untuk WPB di Indonesia, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. masing-masing dengan pendekatan model koreksi kesalahan (ECM). Semua data yang digunakan adalah stasioner pada first difference, dan lolos uji kointegrasi. ECM yang digunakan mampu menghasilkan model regresi yang terhindar dari spurious regression dan mampu memberikan pembedaan antara elastisitas jangka panjang, dan jangka pendek dalam analisis permintaan dan penawaran beras. Hasil penelitian menunjukkan: (1) tepung terigu menjadi substitusi dalam permintaan beras di Indonesia untuk jangka pendek. Mi instan menjadi substitusi beras untuk WPB di Sumatera dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras di Indonesia, WPB (di Indonesia, dan Sumatera) dalam jangka panjang maupun jangka pendek, serta WPB di Jawa dalam jangka panjang. Pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap permintaan beras untuk WPB di Sulawesi dalam jangka panjang maupun jangka pendek, dan berpengaruh negatif terhadap permintaan beras untuk WPB di Sumatera dalam jangka panjang. (2) Curah hujan berpengaruh positif terhadap penawaran beras untuk WPB (di Indonesia, dan Sumatera) dalam jangka panjang. Teknologi berpengaruh positif terhadap penawaran beras di Indonesia, WPB (di Indonesia, dan Jawa) dalam jangka panjang maupun jangka pendek, serta WPB (di Sumatera, dan Sulawesi) dalam jangka panjang. Kebijakan HPP berpengaruh positif terhadap penawaran beras untuk WPB di Jawa dalam jangka panjang. (3) Transmisi vertikal harga beras eceran terhadap harga gabah di Sumatera Utara bersifat simetri, tetapi transmisi harga beras eceran terhadap harga gabah di Sumatera Selatan bersifat asimetri. Transmisi harga gabah terhadap harga beras eceran di Lampung bersifat simetri, transmisi harga gabah terhadap harga beras eceran di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah bersifat asimetri.Transmisi harga beras impor terhadap harga beras eceran di Sumatera Utara bersifat asimetri.

Rice becomes the main staple food and tends to be single in various regions in Indonesia. The availability of rice remains the government's attention because it involves the existence of the nation's dignity and sustainability. This study aimed to assess: (1) demand for rice, (2) supply of rice, (3) vertical transmission of rice prices. In this study, analysis of rice demand and supply used annual time series data in 1971-2008 for Indonesia, in 1983-2008 for the rice-producing area in Java, in 1987-2008 for the rice-producing areas in Indonesia, Sumatera, and Sulawesi. The fluctuations and vertical transmission of rice price analysis used monthly time series data in 1998-2008. To achieve the goals, this research conducted simultaneous equations regression analysis for Indonesia, and regression analysis of panel data through simultaneous equations for the rice-producing areas (in Indonesia, Sumatera, Java, and Sulawesi) Indonesia), each with ECM approach. All data in the rice supply and demand analysis, and in the vertical transmission analysis of rice prices are stationary at first difference, and pass cointegration test. Usage of ECM is able to produce regression models that avoid the spurious regression and able to provide a distinction between long and shortterm elasticity in rice demand and supply analysis. The results showed : (1) in the short run, wheat flour becomes rice substitution in Indonesia. Instant noodle becomes rice subtitusion in rice-producing areas (in Indonesia and Sumatera) in the long and short term. Demand for rice in Indonesia is very responsive to the population in the long and short term. It can be shown that population has a positive effect on rice demand for rice-producing areas (in Indonesia, and Sumatera) in the long and short term, and for the rice-producing area in Java in the long term. Income per capita has a positive effect on rice demand for the riceproducing area in Sulawesi in the long term and short term, and it has a negative effect on rice demand for the rice-producing area in Sumatera in the long term. (2) Rainfall has a positive effect on rice supply for the rice-producing area (in Indonesia, and Sumatera) in the long run. Tecnology has a positive effect on rice supply in Indonesia, in the rice-producing areas (in Indonesia, and Jawa) both in short and long run. The government purchasing price policy has a positive effect on rice supply for the rice-producing area in Java in the short run. (3) Vertical transmission of the retail price of rice to the price of raw rice has been shown in North Sumatera and South Sumatera Provices, while the vertical transmission of the price of raw rice to the retail price of rice has been shown in Lampung, West Java, Central Java, and East Java Provinces. It can also be shown that vertical transmission of the price of imported rice to the retail price of rice in North Sumatera Province is asymmetri.

Kata Kunci : permintaan dan penawaran, beras, model koreksi kesalahan