Laporkan Masalah

Schistosoma japonicum DI DAERAH ENDEMIK BARU DATARAN TINGGI BADA KECAMATAN LORE BARAT KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2010

SUGIARTO, Prof.Dr.dr Soeyoko,DTMH,SU

2012 | Tesis | S2 Kesehatan Masyarakat/EL

Latar belakang : Daerah endemik baru schistosomiasis ditemukan di dataran Tinggi Bada pada tahun 2008 dengan prevalensi 0,8%. Sampai saat ini penelitian lanjutan tentang prevalensi penyakit, karakteristik fokus dan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian belum pernah dilakukan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi schistosomiasis pada manusia, tikus, infection rate pada keong , habitat keong Ocomelania hupensis lindoensis (O.h. lindoensis),perilaku yang berhubungan dengan kejadian schistosomiasis serta riwayat kunjungan ke daerah endemik Napu/Lindu . Metode penelitian : Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross-sectional. Unit penelitian adalah penduduk di atas 2 tahun, tikus yang ada di lokasi, keong O. h. lindoensis yang ditemukan serta habitatnya. Penentuan prevalensi schistosomiasis diidentifikasi dengan memeriksa adanya telur cacing Schistosoma japonicum (S. japonicum) pada tinja penduduk dengan metode Kato-Katz, identifikasi S.japonicum pada tikus dilakukan dengan pembedahan serta untuk mengidentifikasi serkaria pada keong dilakukan melalui metode crushing. Identifikasi perilaku dilakukan dengan wawancara menggunakan daftar pertanyaan. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian komprehensif tentang schistosomiasis di Dataran Tinggi Bada yang dilaksanakan oleh Balai Litbang P2B2 Donggala. Hasil ; Prevalensi schistosomiasis pada manusia 5,93%, prevalensi pada tikus 0%, infection rate pada keong sebasar 1%. Habitat keong O.h.lindoensis berupa rawa-rawa , mata air , saluran irigasi, kolam dan bekas sawah yang tidak digarap dengan ph rata-rata 6-8 dan suhu 21,5 – 30ºC. Kejadian schistosomiasis berhubungan dengan kebiasan buang air besar dengan nilai p= 0,016, kebiasaan mandi dengan nilai p= < 0,001, Kabiasaan tidak memakai sepatu boot dengan nilai p sebesar 0,034 , tetapi secara statistik tidak berhubungan dengan kebiasaan mencuci di sungai dengan nilai p=0,521.Demikian pula tidak ada hubungan dengan riwayat kunjungan ke daerah endemik Napu/Lindu Kesimpulan : Prevalensi schistosomiasis pada manusia cukup tinggi 5,93%. Kejadian penyakit ini berhubungan dengan kebiasaan masyarakat mandi ,buang air besar di sungai, dan tidak memakai sepatu boot saat beraktifitas di daerah fokus tetapi tidak berhubungan dengan kebiasaan mencuci dan riwayat kunjungan ke daerah endemik Napu/Lindu. Habitat keong O.h.lindoensis ditemukan berupa rawa , mata air , saluran irigasi, kolam dan bekas sawah, dengan infection rate pada keong sebesar 1%.

Background: A new endemic area of schistosomiasis was discovered in Bada highland in 2008. Its prevalence in humans in the same year was 0.8%, and until now no studies about prevalence and characteristics of focus and human behavior associated with the transmission of schistosomiasis in this area have been conducted. The purpose of this study was to identify the prevalence of the disease caused by Schistosomiasis japonicum in humans, rats, and infection rate in snail. This study also described characteristics and human behaviors related to these characteristics and the history of visits to the endemic areas of Napu/Lindu. Method; This study was a cross sectional survey. The prevalence of schistosomiasis in humans was identified through stool examination by Kato Katz method. The prevalence in mice was estimated through examinations in dissected mice, and the identification of cercariae in snails was done with crushing methods. Behavioral data were collected using questionnaires and focus characteristics were documented through observations.This research was part of the comprehensive study on schistosomiasis in Bada highland carried out by Research and Development Center for Eradication of Disease of Animal Origin, Donggala. Result: The prevalence rate of schistosomiasis in humans was 5,93%, in rats 0% and in snails 1%. Types of focus were springs, ponds, irrigation channels, especially with debris such as grasses, leaves, sticks dropped on the water. Prevalence rate in human was related to bathing in the river with p value 0,000, entering the focus without protective shoes, with p value 0,034, defecation on the river with p value 0,016. History of visit to endemic area of Napu/Lindu was not associated with infection in human (p value 0,344) and washing in the river was not associated also with human schistosomiasis with p value 0,521 Conclution; The prevalence of S.japonicum in Bada highland was 5,93%. The transmission of Schistosoma japonicum in a new endemic area of Bada highland is occurring and associated with bathing, defecation in the river, and visit to the endemic focus without protective shoes.

Kata Kunci : Schistosomiasis, Bada, Transmisi, Fokus Oncomelania


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.