ANALISIS SPASIAL KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU BERHUBUNGAN DENGAN FAKTOR RISIKO KONDISI RUMAH DAN LINGKUNGAN DI KOTA PALEMBANG

Budi Santoso, Dr. Iswanto, SpP, FCCP

2012 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang : Program penanggulangan tuberculosis (TB) mentargetkan untuk menemukan 70 % dari perkiraan adanya pasien baru tahan asam positif (BTA +) kemudian menyembuhkan 85 % dari pasien tersebut dan mempertahankannya. Dengan demikian diharapkan tingkat prevalensi dan kematian akibat tuberculosis akan menurun hingga 50 % pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 1990. Itu berarti tercapainya tujuan millennium development goals (MDG’s). Dinas Kesehatan Kota Palembang di dalam laporannya menyebutkan prosentase kondisi rumah sehat di Kota Palembang sebanyak 76,62 % dari 207.618 rumah yang diperiksa. Jumlah seluruh rumah sebanyak 257.130 rumah. Metode : Penelitian ini menggunakan metode case control. Kasus adalah penderita TB BTA positif yang tercatat di formulir TB 03 Kota Palembang. Kontrol adalah orang yang tidak menderita TB yang berkunjung ke Puskesmas. Jumlah sampel : 346 responden, terdiri dari 173 kasus dan 173 kontrol. Penelitian menggunakan beberapa peralatan yaitu : lembar pengamatan (formulir), kuesioner dan GPS. Teknik analisa data menggunakan 3 pendekatan yaitu analisis individu, analisis spasial dengan melihat sebaran tuberculosis dan hubungannya dengan kepadatan penduduk dan kepadatan rumah, yang ke tiga, adalah analisis deskriptif tentang tingkat kemudahan jangkauan unit pelaksana kesehatan dan kedekatan rumah penduduk dengan sungai. Hasil : Variabel yang berhubungan dengan tuberculosis paru BTA positif yaitu variable kepadatan hunian, suhu ruang, pencahayaan, kelembaban dan particullat matter 10 µ (PM 10). Hasil analisis menunjukkan kepadatan hunian, pencahayaan dan PM 10 bermakna secara statistic (p<0,05).Variabel yang paling kuat adalah kepadatan dengan nilai sig 0,000, Exp β = 2,603, confidence interval = 1,585-4,072. Analisis spasial menunjukkan adanya 1 (satu) most likely cluster, yaitu di titik kasus 2 58 05.5 LS dan 104 47’43.6” BT, sejauh radius 492,37 meter. Hubungan antara overlay kepadatan penduduk tiap km2 tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Kepadatan rumah di suatu wilayah menunjukkan hubungan yang bermakna dengan jumlah kasus TB paru BTA positif (coefficient 0.0003; probability 0.0001). Analisis buffer pada unit pelayanan kesehatan dalam radius 750 m terdapat 67.05 % kasus dan buffer wilayah sungai dalam radius 1000 m terdapat 52,60 % kasus. Kesimpulan : Variabel kepadatan hunian, pencahayaan dan kadar PM 10 signifikan secara statistic terhadap kejadian TB paru BTA(+). Analisis spasial menggambarkan adanya hubungan tempat kasus dengan keberadaan sungai di Kota Palembang.

Background: Program control tuberculosis (TB) expects to find 70% of the estimated presence of new acid-resistant patients positive and then cure 85% of these patients and maintain it. Thus the expected prevalence rates and deaths from tuberculosis will decline by 50% in 2015 compared to 1990. That means the achievement of Millennium Development Goals (MDG's). Palembang City Health Office in its report says the percentage of healthy housing conditions in the city of Palembang as much as 76.62% of the 207,618 homes inspected. Total number of houses as many as 257,130 homes. Methods: This study uses a case-control method. Cases are smear positive TB patients registered in the TB form 03 Palembang. Controls are the people who do not suffer from tuberculosis who visited the health center. Number of samples: 346 respondents, consisting of 173 cases and 173 controls. Research using several tools, namely: observation sheet (form), questionnaires and GPS. Data analysis techniques using three approaches, namely the individual analysis, spatial analysis by looking at the spread of tuberculosis and its relation to population density and the density of homes, the third, is a descriptive analysis of the level of ease of implementation units health coverage and the proximity of houses to a river. Results: Variables associated with smear positive pulmonary tuberculosis are variable density residential, room temperature, lighting, humidity and 10 μ particullat matter (PM 10). The analysis showed the density of occupancy, lighting and PM 10 are statistically significant (p <0.05). The most powerful variable is the density residential with a value of .000 sig, Exp β = 2,603,95% confidence interval = 1,585-4,072. Spatial analysis indicate the presence of 1 (one) most Likely clusters, namely at the point of case 2 58 05.5 latitude and 104 47'43 .6 \"BT, as far as a radius of 492.37 meters. The relationship between population density per km2 overlay showed no meaningful relationship. Density houses in the area showed a significant association with the number of smearpositive pulmonary TB cases (coefficient 0.0003; probability 0.0001). Analysis of the buffer on the health care units within a radius of 750 m contained 67.05% of cases and the river buffer area within a radius of 1000 m there are 52.60% of cases. Conclusion: The variable density of occupancy, lighting and levels of PM 10 statistically significant on the incidence of pulmonary tuberculosis AFB (+). Spatial analysis describes the relationship with the case where the existence of the river in the city of Palembang.

Kata Kunci : tuberculosis, PM 10, kondisi rumah dan lingkungan, spasial.