MANAJEMEN PENGUNJUNG DALAM PELESTARIAN SITUS TAMANSARI
Wahyu Astuti, Prof. Dr. Sumijati Atmosudiro
2012 | Tesis | S2 ArkeologiPesanggarahan Tamansari adalah salah satu cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Pengelolaan Tamansari sebagai tempat wisata dilakukan sendiri oleh pihak Kraton Yogyakarta yang juga merupakan pemilik cagar budaya tersebut. Sebagai cagar budaya yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata Tamansari mempunyai konsep pengelolaan tersendiri, yang dilakukan oleh Tepas Keprajuritan Wahono Sartokriyo yang saat ini dipimpin oleh KGPH. Hadiwinoto. Pihak pengelola menjual tiket masuk untuk bangunan Gapura Panggung, Gedong Sekawan,Umbul Binangun. Hasil penjualan tiket tersebut sebagian dikontribusikan untuk memelihara (membersihkan) bangunan yang disebutkan di atas. Untuk pemanduan pengunjung dilakukan oleh penduduk sekitar. Pemanfaatan Tamansari sebagai termpat wisata membawa dampak positif bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar, karena selain bisa bekerja sebagai pemandu wisata, penduduk juga bisa menjual jasa sebagai pembantu pemotretan, menjual batik, souvenir atau menjual jasa membuka kursus batik. Namun, kunjungan tersebut dapat menimbulkan dampak negatif kerusakan pada bagian bangunan tertentu, seperti: dinding, lantai, dan tangga masuk, Kerusakan bangunan di Tamansari tidak merata, ada bangunan yang mengalami kerusakan dan vandalime yang parah, dan ada bangunan yang masih utuh dan bersih. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung di Tamansari, kurang terkelola dengan baik, karena kerusakan bangunan terkait dengan volume kunjungan. Untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi di Situs Tamansari, diperlukan pengelolaan sumberdaya budaya yang tepat yaitu dengan Manajemen Pengunjung. Orientasi dari Manajemen Pengunjung adalah memaksimalkan kunjungan dan meminimalisir dampak negatif pengunjung. Di samping itu, diperlukan pengelolaan yang komprehensif, yaitu kerja sama yang baik antar pihak terkait (stake holders), yaitu pemilik (kraton), pemerintah, baik pusat maupun daerah, akademisi, dan masyarakat sekitar.
Pesanggrahan Tamansari (Water Castle) is one of the cultural heritage of Yogyakarta which is used as tourism destination. Its management is on the Kraton Yogyakarta as the owner of Tamansari. Its daily execution is, however, done by Tepas Kaprajuritan Wahono Sartokriyo which is currently led by KGPH. Hadiwinoto. The management only sells entrance ticket to Gapura Panggung, Gedong Sekawan, dan Umbul Binangun. The income from tickets partly goes to the building maintainance The visitors management such as guiding, on the other hands performed by local people. This policy is taken in order to give positive impact to the surrounding community to improve their income The local people is able to earn extra income by working as a tour guide, selling refreshment and souvenir, providing services of photography, including up batik courses. Besides having positive impacts, the use of Tamansari as tourism object also lead to negative impacts. My observation result shows that visitors did vandalism. There are buildings that suffering severe damage due to vandalism.. I assume that this condition relates to the huge number of visitors without any good visitor management. To cope with this problems, it is necessary to provide proper visitor management at Tamansari. This study is aimed to design a proper visitor management concept. The concept is to maximize visitor experience and minimize any negative impact to the buildings. It can be gained by good cooperation between the owner (kraton), the government, both central and local government, academia, and the surrounding.communities
Kata Kunci : Yogyakarta, Tamansari, Pelestarian, dan Manajemen Pengunjung