OPTIMASI USAHATANI BERKELANJUTAN PADA RUMAHTANGGA TANI LOKAL DAN PENDATANG DI DAERAH LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN KAPUAS
JHON WARDIE, SP,MP, Dr. Ir. Slamet Hartono, MSc.
2012 | Disertasi | S3 Ekonomi PertanianPenelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tingkat keberlanjutan usahatani; (2) menganalisis alokasi sumberdaya rumahtangga tani optimal; (3) mengetahui sumberdaya yang menjadi faktor pembatas atau kendala utama; dan (4) menganalisis pengaruh perubahan kendala sumberdaya ternak, harga input, harga output dan teknologi usahatani terhadap alokasi sumberdaya optimal dan pendapatan maksimal bagi rumahtangga tani di daerah lahan pasang surut. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kapuas dan pengambilan sampel secara purposive sampling dengan memilih masing-masing 50 rumahtangga tani lokal dan 50 rumahtangga tani pendatang di daerah lahan pasang surut. Pengukuran keberlanjutan usahatani pada rumahtangga tani di tipe luapan A dan B menggunakan metode skala Likert dengan skoring indikator keberlanjutan usahatani. Pengukuran optimasi menggunakan model pemrograman linier. Pengelolaan lahan usaha dan lahan pekarangan ditata dengan sistem surjan, tanamannya diatur dalam pola usahatani. Pola usahatani pada rumahtangga tani lokal di lahan usaha adalah padi lokal, padi lokal+rambutan, padi lokal+buah1, padi lokal+buah2, padi lokal+sayur1, padi lokal+padi unggul+pisang, dan di lahan pekarangan pola buah3. Sementara pada rumahtangga tani pendatang di lahan usaha adalah padi lokal, padi lokal+ubi kayu, padi lokal+sayur2, padi lokal+karet, dan di lahan pekarangan adalah padi lokal, rambutan, karet, buah3, buah4, buah5. Selain berusahatani, rumahtangga tani juga beternak sapi, kambing, ayam dan itik. Tingkat keberlanjutan usahatani pada rumahtangga tani pendatang berkategori sangat berkelanjutan, sedangkan pada rumahtangga tani lokal berkategori cukup berkelanjutan. Tingkat keberlanjutan usahatani pada rumahtangga tani di tipe A dan B sama-sama berkategori cukup berkelanjutan, ditegaskan secara statistik ternyata terdapat perbedaan signifikan. Pola usahatani optimal pada rumahtangga tani lokal adalah pola II (padi lokal + rambutan) dan pola buah3 (pisang + mangga) dengan pendapatan (setelah konsumsi) maksimal sebesar Rp. 6.712.767,-. Sementara pola usahatani optimal pada rumahtangga tani pendatang adalah pola IV (padi lokal + karet) dan pola III (karet) dengan pendapatan (setelah konsumsi) maksimal sebesar Rp. 5.839.699,-. Lahan dan modal merupakan sumberdaya langka (aktif) sehingga menjadi faktor pembatas dalam aktivitas usahatani, sedangkan tenaga kerja merupakan sumberdaya tidak langka (pasif). Meningkatkan jumlah ternak, harga input, harga output dan teknologi usahatani dapat mengakibatkan meningkatnya pendapatan rumahtangga tani dan meningkatnya jumlah penggunaan input internal (pupuk organik) menggantikan penggunaan input eksternal (pupuk anorganik).
This study aimed to: (1) analyze the level of sustainability of farming, (2) analyze the optimal resource allocation of farm households, (3) find the resources to be limiting factors or the main constraints, and (4) analyze the effect of changing resource constraints of livestock, input prices, output prices and farm technology on optimal resource allocation and maximum income for farm households in tidal swamps area. The research was conducted in Kapuas District and sampling is purposive sampling by selecting each 50 local farm households and 50 non local farm households in tidal swamps area. Measurement sustainability of farming on farm households in flood type A and B using the Likert scale with scoring indicator of sustainability of farming. Measurement optimization using linear programming model. Management of land farming and yards organized with surjan system, the plants arranged in a pattern of farming. The pattern of farming on the local farm households in the land farming are local rice, local rice + rambutan, local rice + fruits1, local rice + fruits2, local rice + vegetables1, local rice + non local rice + banana, and in yards is fruits3 pattern. While the non local farm households in the land farming are local rice, local rice + cassava, local rice + vegetables2, local rice + rubber, and in yards are local rice, rambutan, rubber, fruits3, fruits4, and fruits5. In addition to farming, farm households also raise cattle, goats, chickens and ducks. Level of sustainability of farming on the non local farm households categorized highly sustainable, while at the local farm households categorized quite sustainable. Level of sustainability of farming on farm households in the type A and B are both categorized quite sustainable, confirmed there was a statistically significant difference. Optimal farming pattern on the local farm households are the pattern II (local rice + rambutan) and pattern fruits3 (banana + mango) with income (after consumption) maximum of Rp. 6,712,767. While the pattern of optimal farming on the non local farm households are the pattern IV (local rice + rubber) and pattern III (rubber) with income (after consumption) maximum of Rp. 5,839,699. Land and capital are scarce resources (active) to become the limiting factor in farming activities, while labor is not scarce resources (passive). Increase the number of livestock, input prices, output prices and farm technology may result in increased farm households income and the increasing amount of use of internal inputs (organic fertilizer) replaces the use of external inputs (inorganic fertilizer).
Kata Kunci : optimasi, keberlanjutan usahatani, rumahtangga tani, lahan pasang surut