PERUBAHAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PASCA KONFLIK POSO (Studi Kasus Pengungsi Poso di Desa Wuasa Kecamatan Lore Kabupaten Poso)
UCI LUSIANA NYOLONYOLO, S.Sos, Drs. Soetomo, M.Si.
2012 | Tesis | S2 Sosiologi minat Kebijakan dan Kesejahteraan SosialProses perubahan dapat dialami oleh semua orang, baik pada tataran individu (mikro), kelompok-kelompok dalam masyarakat (meso) maupun masyarakat sebagai sebuah kesatuan kelompok yang luas (makro). Adapun proses perubahan tersebut dapat terjadi secara alamiah maupun secara terencana. Akan halnya proses perubahan yang dialami oleh sebahagian masyarakat di wilayah kabupaten Poso, dapat dikategorikan sebagai sebuah perubahan yang tidak direncanakan, karena terjadi akibat konflik sosial berkepanjangan mulai pada tahun 1998 dan puncaknya terjadi pada tahun 2000. Dimana terjadi banyak kekerasan fisik dan mental, terjadi perampasan hak-hak sosial ekonomi warga, masyarakat hidup dalam ketakutan sehingga berdampak pada terhambat dan berhentinya aktifitas sosial ekonomi.Situasi bertambah buruk karena tidak adanya jaminan pemerintah bagi keselamatan jiwa, sehingga menyebabkan mereka terpaksa eksodus ke wilayah yang dianggap lebih aman. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas keseharian pengungsi dalam memenuhi kebutuhan dasar dan juga perubahan posisi mereka dalam stratifikasi masyarakat baru di Desa Wuasa.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif untuk mendalami, memahami serta menjelaskan fenomena yang terjadi. Data yang gunakan berasal dari pengungsi maupun masyarakat Desa Wuasa sebagai sumber data primer dan juga stake holders baik pemerintah, LSM dan tokoh-tokoh masyarakat. Selanjutnya menggunakan dokumen-dokumen sebagai sumber data sekunder.Data-data tersebut diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi yang berkaitan dan menunjang tema penelitian ini. Hidup ditempat pengungsian berbeda dengan kondisi sebelumnya, dengan keadaan serba kekurangan pengungsi harus memulai aktifitas hidupnya dari awal sehingga pola hidup merekapun ikut berubah dalam berupaya memenuhi kebutuhan dasar. Hal ini menjadi semakin tidak mudah karena kondisi sosial ekonomi pengungsi berada pada level mobilitas vertikal menurun (social-sinking) baik dalam tataran ekonomi maupun tataran sosial. Selanjutnya terdapat perbedaan nilai, norma, budaya, cara pandang maupun perbedaan kepentingan antara pengungsi dan penduduk Desa Wuasa, sebagai realita yang membutuhkan penyesuaian dan interaksi, namun beberapa kesamaan seperti kesamaan religi/agama yang dianut pengungsi dan penduduk lokal dapat memperkecil perbedaan (cross cutting), sehingga saat ini yang terjadi bahwa pengungsi dapat kembali hidup layak dan berada dalam semua strata kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Wuasa. Dalam proses penataan kehidupan sosial ekonomi pengungsi untuk menjadi layak dan normal, ada peran stake holders baik itu pemerintah, tokoh agama maupun tokoh masyarakat walaupun belum maksimal bahkan cenderung tidak lagi sesuai dengan kebutuhan. Kondisi perubahan kehidupan sosial ekonomi pengungsi tersebut diatas, dijelaskan lebih mendalam dalam sebuah penelitian yang telah penulis lakukan dan dijabarkan dalam penulisan tesis ini.
All people can experience the transformation process, either in individual phase (micro), groups in a society (meso) or in a society itself as a wide group unity (macro). Therefore, the transformation process can be derived naturally or by plan. In terms of the transformation process experienced by some people in Poso regency, it can be classified into a non-planned transformation since the endless social conflict started from 1998 and its climax on 2000. In fact, there were much physical and mental violence, the expropriation of the inhabitant’s socio-economics rights, people lived in fear and it gave an impact of the obstruction and discontinue of socio-economics activity. This condition got worst since there was no insurance from government concerning on life safety, therefore, it caused the exodus of people in the more saving place. The research is conducted to know the daily activity of refugee in fulfilling their basic needs as well as their disposition in new society stratification in Wuasa Village. Thus, the research uses qualitative – deductive analysis to explore in depth and comprehend as well as explain the phenomenon occurred. The data used is derived from refugee or society of Wuasa Village as primary data source and the stakeholder comprising of government, NGO or public figures. Moreover, it uses documents as secondary data source. Those data are achieved through observation, a depth interview and documentation related on and sutain in theis research theme. Living in asylum is different from the previous condition. It lives with the shortage and they have to start from the beginning so that their life pattern is changed in term of fulfilling their basic needs. This condition is worst because the socio-economics condition of the refugee is in declining vertically mobility (social sinking), either in economics or in social condition. In addition, there are differences of value, norm, culture and point of view as well as interest of the refugee and local inhabitant of Wuasa Village. It is as reality requiring adjustment/adaptation and interaction, yet several similarities such as religion of refugee and local inhabitant can decrease those differences (cross cutting), thus, the recent fact is that the refugee is back to live normal and places in all socio-economics strata of Wuasa Village’s society. In the arrangement process of the refugee’s socio-economics condition to live normal, there are some roles of stakeholder consisting of government, religion figure and public figure, even it has not maximal, yet and it is not suitable with the necessity. The transformation condition of socio-economics of refugee above can be explained deeply in a research that the writer conducted and explained in this thesis.
Kata Kunci : Pengungsi, perubahan kehidupan sosial ekonomi, masyarakat