IMPLEMENTASI SISTEM MERIT DALAM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN TELUK WONDAMA
WILLIAMS A TOREY, S.SOS, Prof. Dr. Yermias T. Keban,
2012 | Tesis | S2 Magister Adm. PublikPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana implementasi merit sistem dalam manajemen sumber manusia daya di Kabupaten Teluk Wondama, dengan faktor pendorong dan penghambat yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi, stuktur organisasi dan budaya mengedepankan kelompok. Praktek manajemen kepegawaian yang sudah dijalankan di Kabupaten Teluk Wondama dengan pokok permasalahan yakni Mutasi, Rotasi dan Promosi (MRP) marak menjadi wacana dan bahan diskusi serta perdebatan sehingga berpengaruh terhadap efektivitas kinerja di Kabupaten Teluk Wondama. Sejalan dengan permasalah di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui apakah Mutasi, Rotasi dan Promosi (MRP) yang selama ini berjalan disesuaikan dengan penerapan merit sistem dalam manajemen sumber daya manusia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik pengamatan, wawancara, dan dokumentasi atau sumber tertulis, dengan informan Wakil Bupati, Asisten Bidang Pemerintahan, kepala dinas, badan dan kantor serta pejabat eselon III dan eselon IV di lingkungan Pemerintah Kabupaten Teluk Wondama. Selain itu juga informan lain penulis peroleh dari institusi adat seperti halnya ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) sebagai interpretasi dari masyarakat adat. Pola kerja yang selama ini dipakai di Kabupaten Teluk Wondama, memakai pola kinerja birokrasi lama, dimana ketergantungan kepada pemimpin sangat dominan. Praktek spoil system sangatlah nampak dalam manajemen sumber daya manusia. Penggunaan sistem merit dalam praktek kepegawaian di Kabupaten Teluk Wondama seperti halnya mutasi dalam jabatan, rotasi jabatan dan promosi dalam jabatan, masih dibelenggu oleh permainan kotor yang indikasinya praktek KKN dan spoil system lebih dominan ketimbang sistem merit. Faktor-faktor yang mendorong dan menghambat implementasi sistem merit dengan indikator komunikasi, disposisi, sumber daya, struktur organisasi dan budaya mengedepankan kelompok gagal diterapkan. Implementor sebagai pelaksana kebijakan tidak mengetahui secara baik tentang sistem merit dalam manajemen sumber daya manusia. Selain itu juga badan kepegawaian sebagai instansi yang berperan untuk mengatur pegawai justru tetap tidak eksis secara maksimal serta tidak mampu merumuskan model manajemen sumber daya manusia yang mampu eksis untuk dalam meningkatkan kinerja organisasi publik Kabupaten Teluk Wondama. Oleh karena itu perlu direkomendasikan untuk menggunakan sistem merit dalam penataan pegawai negeri sipil dengan baik yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi Kabupaten Teluk Wondama, Badan Kepegawaian dan Diklat perlu di reform agar menjadi instansi Human Development Resources (HDR), perlu adanya restrukturisasi kelembagaan di Kabupaten Teluk Wondama dengan mengkaji tersedianya sumber daya aparatur yang ada.
The study was conducted to determine how the implementation of the merit system in human resources management in the Wondama Bay District with the drivers and inhibitors of communication, resources, disposition, organizational structure and cultural advance team. Personnel management practices that have been executed in the Wondama Bay District with subject matter that is Mutation, Rotation and Promotion (MRP) to bloom into a discourse and debate on the effectiveness of this affects performance in Wondama Bay District. In line with the above problems, this study was to determine whether Mutations, Rotation and Promotion (MRP) which had been running tailored to the application of merit system in human resource management. This study uses qualitative research methods. Collecting data used observational techniques, interviews, and documentation or written sources, with the informant of Vice Regent, Assistant for Administration, Agency heads, bodies and offices as well as officials of echelon III and IV in Wondama Bay District Government. In addition, the authors obtained informants from other traditional institutions as well as chairman of the Institute for Indigenous Peoples (LMA) as an interpretation of indigenous peoples. The work patterns that have been used in Wondama Bay District, is wearing a long pattern of bureaucratic performance, where the dependence on the leader is very dominant. Spoil practice system is very apparent in human resource management. The use of merit system in civil service practice in the Wondama Bay District as a mutation in position, rotation in office positions and promotions is still shackled by an indication of foul play and corruption. Spoil the system is more dominant than the merit system. Factors that is applied encourage and inhibit the implementation of merit system such as communication indicator, disposition, resources, organizational structure and culture advance team are failed to put forward. The implementor as policy implementers do not know very well about the merit system in human resource management. In addition, staffing agencies as the agency whose role is to regulate employee still does not exist precisely to the maximum and unable to formulate a human resource management model that is able to exist for improving the performance of public organizations in Wondama Bay District. It is recommended in structuring the civil service using merit system that had to be modified in accordance with the conditions of Wondama Bay District. Government Personnel Agency and Training needs to be reformed to become agency of Human Resources Development (HDR). It is necessary to restructuring the institutional in Wondama Bay District by examining the availability of personnel resources.
Kata Kunci : Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi, Struktur Organisasi dan Budaya Mengedepankan Kelompok.